"Aihhhh....! Kau melawan? Kau berani kepada Kong To Tek tokoh Pulau Neraka? Bocah, kau sudah bosan hidup!"
Tek Hoat menjadi terheran-heran dan bingung. Mengapa terjadi perubahan yang hebat pada diri kakek itu? Akhirnya dia dapat menduga sebabnya. Mungkin karena racun perampas ingatan itu. Setelah minum obat penawarnya, agaknya pikiran atau ingatan kakek itu malah sembuh sama sekali, pulih seperti dahulu ketika belum gila sehingga kakek itu teringat akan segala-galanya! Celaka, pikir Tek Hoat, kalau begini berbahaya sekali. Orang ini harus dibunuhnya!
"Bocah keparat, pencuri pusaka! Kau harus mampus!"
Dan kakek gundul itu sudah menerjang dengan terkaman seperti seekor singa kelaparan.
"Engkaulah yang akan mampus, Kong To Tek!"
Tek Hoat miringkan tubuh ke kiri dan dari kiri tangan kanannya menampar ke depan.
"Wuuuuttt.... dessss....!" "Aihhh....!"
Kong To Tek berteriak, karena sakit dan kaget melihat betapa pemuda yang dipandangnya rendah itu ternyata lihai sekali sehingga dua kali dia terjengkang. Tenaga sin-kang yang menyambar dari tangan pemuda itu membuka kedua matanya sehingga dia tahu bahwa pemuda ini memiliki ilmu kepandaian hebat.
"Bagus! Kiranya engkau seorang penjahat cilik!"
Dia memaki dan kini Kong To Tek mulai mengerahkan tenaga dari pusarnya. Kepandaian kakek ini memang hebat. Dahulu dia merupakan tokoh ke dua sesudah ketua di Pulau Neraka, dan ilmunya yang paling diandalkan adalah sin-kang dari perut yang membuat perutnya mengeluarkan bunyi seperti katak tertimpa hujan, dan kalau dia sudah mengerahkan tenaga sin-kangnya ini, dari mulutnya menyambar uap beracun pula! Apalagi setelah dia mempelajari kitab-kitab Cui-beng Koai-ong dari gambar-gambarnya, latihan itu membuat dia makin kuat dan lihai!
"Wuuuusssshh....!"
Mulutnya menyemburkan uap putih ke arah muka Tek Hoat, tubuhnya merendah seperti berjongkok dan kedua kakinya bergerak aneh ke depan sambil berjongkok, kemudian tiba-tiba kedua lengannya bergerak melakukan serangan dari bawah dengan hebat dan hawa pukulan menyambar-nyambar dengan dahsyatnya ke arah Tek Hoat.
Kalau saja Tek Hoat belum melatih diri dengan ilmu-ilmu dari dalam kedua kitab peninggalan dua orang datuk Pulau Neraka itu selama hampir dua tahun ini, kiranya dengan ilmu yang dipelajarinya dari Sai-cu Lo-mo saja dia tidak akan mampu menandingi tokoh gundul dari Pulau Neraka ini. Akan tetapi selama hampir dua tahun ini, di dalam guha itu Tek Hoat telah mempelajari ilmu-ilmu kesaktian yang amat hebat sehingga ilmu kepandaiannya menjadi hebat sekali, sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan dua tahun yang lalu. Namun, karena dia belum pernah mencoba ilmu-ilmu barunya, melihat serangan kakek gundul itu, dia terkejut bukan main dan cepat dia meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri.
"Haiiiiittt....!"
Kong To Tek meloncat dari kedudukannya berjongkok tadi, tubuhnya meloncat ke atas dan kedua lengannya bergerak-gerak, yang kiri mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala sedang yang kanan menonjok ke arah ulu hati Tek Hoat! Namun kini Tek Hoat sudah siap sedia. Melihat datangnya serangan yang amat dahsyat itu, dia berlaku cepat, mengangkat tangan kanan menangkis ke atas sambil mengerahkan tenaga sin-kang, sedangkan tangan kirinya dengan jari tangan terbuka mendorong ke depan, menerima pukulan tangan kanan lawan.
"Plak! Dessss....!"
Untuk ketiga kalinya tubuh Kong To Tek terdorong dan terjengkang! Kakek itu mendengus keras dan meloncat bangun lagi.
Ternyata ujung mulutnya mengucurkan darah, tanda bahwa benturan tenaga dalam tadi sedemikian hebatnya sehingga dia mengalami luka di dalam tubuhnya! Melihat hasil tangkisannya, besarlah hati Tek Hoat. Kini dia menghadap terjangan lawan dengan pandang mata mengejek dan sama sekali tidak merasa jerih lagi karena dia telah memperoleh kepercayaan tebal kepada kepandaian sendiri. Ketika kakek itu menerjang dan menyerangnya bertubi-tubi, sambil tersenyum mengejek dia mengelak dan menangkis, kadang-kadang balas memukul. Setiap kali dia membalas, kakek gundul itu pasti terdorong oleh pukulannya yang biarpun tidak mengenai tubuh lawan, namun hawa pukulannya amatlah hebatnya, tidak kuat kakek itu menahannya.
"Kong To Tek, sekali ini terpaksa aku harus membunuhmu!"
Bentak Tek Hoat dan tiba-tiba tampak sinar berkilauan ketika dia telah mencabut Cui-beng-kiam! Melihat pedang ini, Kong To Tek kelihatan gentar, akan tetapi juga marah. Sambil menerjang maju, dia membentak,
"Kembalikan Cui-beng-kiam kepadaku!"
Terjangannya dahsyat sekali karena dia menggunakan jurus-jurus dari Ilmu Silat Liong-jiauw-pok-cu (Cakar Naga Menyambar Manusia). Kedua tangannya membentuk cakar dan bergerak-gerak mencengkeram untuk merampas pedang sedangkan dari perutnya terdengar bunyi berkokokan tanda bahwa dia mengerahkan sin-kangnya yang amat kuat, mulutnya mengeluarkan uap putih. Melihat terjangan ini, Tek Hoat bergerak ke kanan kiri cepat sekali sehingga tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banyak, dan dari kanan kiri menyambarlah gulungan sinar pedang Cui-beng-kiam yang ampuh.
"Singgggg.... crak! Crokk!"
Terdengar suara pekik melengking dan Kong To Tek roboh terguling, kedua lengannya buntung sebatas siku terbabat pedang Cui-beng-kim yang ampuh! Melihat tubuh itu berkelojotan dan bergulingan di atas tanah, Tek Hoat tersenyum untuk menekan perasaan hatinya yang menyesal. Kakek itu telah melakukan banyak kebaikan kepadanya!
"Hemmm, terpaksa aku membunuhmu, Kong-lopek. Hidupmu berbahaya bagiku setelah pulih kembali ingatanmu!"
Sambil meringis menahan rasa nyeri yang amat hebat, Kong To Tek bertanya,
"Orang muda.... siapakah engkau....?"
"Namaku Ang Tek Hoat. Dengan kebetulan saja aku bertemu denganmu, lopek. Kau menyangka aku bernama Wan Keng In dan engkau menyerahkan pusaka para datuk Pulau Neraka kepadaku. Tentu saja aku tidak dapat menolak datangnya keuntungan ini, dan sekarang pulih pula ingatanmu, maka kau berbahaya bagiku."
"Aughhhh.... kau.... kau.... memang mirip sekali dengan Wan-kongcu...., ahhh, agaknya roh Wan Keng In memasuki dirimu.... agaknya Wan-kongcu muncul kembali untuk dapat membalas musuh-musuhnya...."
"Siapa sih orang yang bernama Wan Keng In itu?"
Tek Hoat bertanya, ingin juga dia mengetahui siapa orang yang katanya mirip dengan dia itu.
"Dia...., dia bekas majikanku.... dia kongcu dari Pulau Neraka putera ketua Pulau Neraka...."
Tek Hoat mengangguk-angguk kagum.
"Dan siapa itu musuh-musuhnya?"
"Musuhnya adalah.... Gak Bun Beng.... dan.... dan To-cu Pulau Es...."
Tek Hoat merasa terkejut bukan main mendengar disebutnya dua nama itu! Gak Bun Beng juga musuh besarnya! Dan.... To-cu Pulau Es!
"Apakah kau maksudkan Pendekar Super Sakti dari Pulau Es?"
"Benar.... dia.... dia lihai...."
"Dan Gak Bun Beng, penjahat itu sudah dibunuh mati oleh ibuku!"
Kata pula Tek Hoat. Kong To Tek membelalakkan matanya. Darah bercucuran dari kedua lengan yang buntung itu. Mukanya pucat karena banyak kehilangan darah. Keadaannya sungguh mengerikan dan tubuhnya sudah mulai lemah. Namun agaknya dia terkejut mendengar pengakuan Tek Hoat itu dan dia bertanya.
"Siapa.... siapa ibumu....?"
Biarpun Tek Hoat tidak suka menceritakan keadaan keluarganya, namun melihat bahwa kakek ini tidak akan hidup lebih lama lagi, dia mengaku,
"Ibuku.... hem, ibuku seorang pendekar wanita puteri dari ketua Bu-tong-pai. Ayahku bernama Ang Thian Pa dan ibuku bernama Siok Bi...."