Kisah Pendekar Pulau Es Chapter 29

NIC

Akan tetapi, yang menyambut dengan sorak-sorai itu hanyalah para penjahat dari tingkatan rendah saja. Para tokoh hitam yang hadir di situ, tidak dapat menerima begitu mudah saja keterangan Hek-i Mo-ong. Bagi mereka ini, mereka tahu benar betapa hebatnya keluarga Pendekar Super Sakti dari Pulau Es, bahkan mereka tidak berani maju ketika Hek-i Mo-ong mengajak mereka bersekutu untuk menyerbu pulau keramat itu.

"Mo-ong, bagaimana kami bisa yakin bahwa keluarga Pulau Es sudah dibinasakan? Engkau berangkat berlima dan pulang hanya sendirian saja. Mana buktinya bahwa usaha penyerbuan ke Pulau Es itu berhasil baik?! terdengar seorang di antara para tokoh itu bertanya.

Pertanyaan ini didukung oleh banyak tokoh yang lain.

"Ya, mana buktinya?! Suara mereka susul-menyusul sehingga suasana menjadi riuh.

"Kalian tidak percaya kepadaku?! Suara Hek-i Mo-ong terdengar lantang penuh kemarahan sehingga semua orang terkejut dan gentar, suara berisik tadipun padam dan semua orang memandang kepada tokoh yang baru keluar dari kereta itu.

Melihat ini, dengan hati gembira Hek-i Mo-ong lalu tertawa. Seperti juga bentakannya tadi, suara ketawanya mengandung khi-kang yang amat kuat sehingga menggetarkan jantung semua orang yang hadir di situ.

"Ha-ha-ha-ha! Kalian ingin bukti? Lihat baik-baik! Bocah ini adalah cucu dalam dari Pendekar Super Sakti Suma Han.! Berkata demikian, Hek-i Mo-ong lalu dengan gerakan tiba-tiba melontarkan tubuh Ceng Liong ke atas. Tubuh itu terlempar ke udara. Ceng Liong merasa terkejut sekali, akan tetapi dia diam saja, bahkan lalu menarik kaki tangannya yang lelah dan lemah. Ketika tubuhnya meluncur turun, Hek-i Mo-ong menyambutnya dan melemparkannya kepada para pembantunya yang berada di belakangnya.

"Gantung kaikinya di pohon itu agar semua orang dapat melihatnya!!

Dengan girang anak buahnya melakukan perintah ini, akan tetapi mereka sudah kapok untuk berlancang tangan sehingga tidak ada yang mengganggu Ceng Liong kecuali menggantungnya di pohon dengan kepala di bawah, dengan mengikat kedua pergelangan kakinya seperti yang diperintahkan kepada mereka. Tidak ada tangan yang berani mengganggu, menamparpun tidak.

Sementara itu, Hek-i Mo-ong sudah menuju ke tempat terbuka di mana terdapat batu-batu dan bangku-bangku kasar di mana para tokoh itu berkumpul. Maka berceritalah Hek-i Mo-ong tentang penyerbuannya ke Pulau Es.

Ceng Liong yang digantung pada kedua kakinya itu, mendengarkan saja dan dia mengambil keputusan untuk menghadapi kematian seperti cucu sejati dari Pendekar Super Sakti! Dia tidak pernah mengeluh dan diam-diam dia malah melakukan samadhi sambil tergantung seperti itu. Dia merasa betapa detik jantungnya menjadi aneh, apalagi ketika dia mengikuti jalan darahnya dan menghimpun hawa sakti di pusar.

Tiba-tiba saja, hawa sakti yang diterimanya dari kakeknya dua minggu yang lalu, kini berputar-putar dan mendatangkan kehangatan, akan tetapi kepalanya yang tadinya seperti berputar itu menjadi semakin ringan dan yang lebih aneh, panca inderanya menjadi amat tajam sehingga dengan mata terpejam, telinganya dapat mendengarkan suara dari jauh! Cerita Hek-i Mo-ong terdengar semua olehnya, demikian jelasnya, bahkan dia dapat menangkap tarikan napas dan detik jantung orang-orang yang duduk tidak lebih dari lima meter dari tempat dia tergantung!

Dua minggu yang lalu, pada suatu malam ketika dia tertidur, seperti mimpi saja dia merasa dibangunkan oleh kakeknya, kemudian digandeng oleh kakeknya dan diajak ke luar kamar. Malam itu tiada bulan akan tetapi langit amat cerah, membentang biru penuh dengan bintang-bintang yang gemerlapan amat indahnya. Kakeknya mengajaknya ke tepi pantai yang landai dan di situ kakeknya menyuruh dia duduk bersila berhadapan dengan kakeknya.

"Ceng Liong, aku akan memindahkan hawa sakti ke dalam pusarmu dan dapat kau jadikan pusat pengerahan sin-kang kelak kalau engkau sudah pandai mengendalikannya. Sudah kulihat dan engkau lah yang tepat untuk mewarisinya. Akan tetapi ingat, kekuatan ini dapat menjadi dahsyat sekali dan kalau disalahgunakan, kelak hanya akan memukul dirimu sendiri. Nah, ulurkan kedua lenganmu dan buka semua jalan darah, hentikan semua kesibukan dalam diri dan batinmu.!

Seperti dalam mimpi saja dia lalu menempelkan kedua tangannya kepada telapak tangan kakeknya dan di malam yang teramat dingin itu, yang dapat membuat semua air membeku, dia merasakan kehangatan luar biasa memasuki tubuhnya melalui kedua tangannya, makin lama semakin panas sampai dia hampir tidak tahan lagi, lalu perlahan-lahan menjadi dingin dan semakin dingin sampai dia merasakan seluruh darahnya membeku, kemudian berbalik menjadi panas lagi.

Dihantam serangan hawa panas dan dingin berganti-ganti ini, akhirnya dia tak ingat apa-apa lagi dan setelah sadar, tahu-tahu dia telah berada di dalam air membeku, duduk bersila seperti semula, akan tetapi bukan di tempat semula melainkan telah terendam air beku sampai ke pinggangnya. Kakeknya juga duduk bersila di depannya.

"Kerahkan hawa panas dari pusar ke bawah untuk melawan dingin,! kakeknya berkata lirih namun suaranya mengandung daya pembangkit yang demikian kuatnya sehingga seolah-olah suara atau perintah itulah yang menggerakkan hawa di pusarnya. Tiba-tiba dia merasa betapa hawa dingin yang menembus tulang-tulang di bagian bawah tubuhnya itu melenyap, terganti dengan hawa hangat yang amat menyenangkan! Akan tetapi, tubuhnya bagian atas berkeringat dan terasa panas sekali!

"Kerahkan sebagian hawa dari pusar ke atas untuk melawan panas! Gunakan pernapasan untuk mengatur pembagian hawa....! kembali kakeknya berkata dan tangan kakeknya menyentuh dan menekan kedua pundaknya. Mula-mula dia merasa betapa sukarnya membagi hawa sakti dalam tubuh itu menjadi dua, bagian bawah melawan dingin dan bagian atas melawan panas. Akan tetapi begitu kedua pundaknya ditekan, mulailah dia dapat mengatur keseimbangan itu, seolah-olah ada hawa keluar dari kedua tangan kakeknya yang membimbingnya menguasai dan mengatur hawa dalam tubuhnya sendiri.

Semalam suntuk dia dilatih dan tanpa disadarinya, dia telah mewarisi sumber pembangkit tenaga sin-kang dari kakeknya! Semua ini teringat kembali oleh Ceng Liong ketika dalam keadaan tergantung kakinya itu dia mengalami hal yang luar biasa anehnya, yaitu ketika hawa sakti yang diterima dari kakeknya itu bergerak dan mendatangkan hal-hal aneh, mempertajam panca inderanya!

Setelah Hek-i Mo-ong selesai bercerita, menyombongkan hasil usahanya yang telah membakar Istana Pulau Es dan membinasakan keluarga Pulau Es, dia tertawa dan menutup ceritanya.

"Hua-ha-ha, hancurlah sudah musuh nomor satu kita semua! Pendekar Super Sakti dan dua orang isterinya itu telah tewas. Seorang cucunya, gadis cantik itu, tentu akan hancur pula karena terjatuh ke tangan Jai-hwa Siauw-ok! Siapa tidak tahu keganasan Siauw-ok terhadap wanita? Dan seorang cucu pria terjatuh ke laut, bersama jenderal muda musuh kita pula, putera Naga Sakti Gurun Pasir itu. Mereka berdua tak mungkin dapat hidup ditelan ombak badai itu. Tinggal yang seorang ini, cucu keluarga Pulau Es yang tidak kubunuh karena hendak kuperlihatkan kalian semua. Ha-ha-ha!!

"Maaf, Mo-ong, kukira keadaannya belum begitu membesarkan hati sehingga kita boleh tergesa-gesa bergembira dengan hasil itu.!

Semua orang menoleh dan memandang kepada orang yang bicara. Begitu beraninya orang ini bicara yang sedikit banyak merupakan celaan terhadap Mo-ong, atau mengecilkan arti pembinasaan Pulau Es itu.

Hek-i Mo-ong sendiri dengan perlahan menoleh dan membalikkan tubuh menghadapi orang yang bicara itu. Semua orang menghentikau suara mereka dan keadaan menjadi hening karena mereka semua ingin mendengar apa yang akan dibicarakan antara dua orang ini. Apalagi setelah semua orang melihat bahwa yang bicara itu adalah orang yang amat aneh, dan yang tadi tidak mereka lihat berada di situ. Agaknya orang ini, seperti setan saja, tahu-tahu muncul di situ dan berani mencela Hek-i Mo-ong. Sebaliknya, Begitu Hek-i Mo-ong melihat orang itu, alisnya yang berkerut itu membuyar dan wajahnya berseri, mulutnya tertawa ramah.

"Ha-ha-ha, tadinya kusangka siapa yang berani lancang mencelaku. Kiranya See-thian Coa-ong! Ha-ha-ha, di antara sahabat sendiri, memang sebaiknya kalau kita bicara blak-blakan saja. Nah, jelaskan, kawan, mengapa kita tidak boleh bergembira dengan hasil baik ini?!Banyak di antara mereka terkejut mendengar disebutnya nama See-thian Coa-ong (Raja Ular Dunia Barat) itu.

Posting Komentar