Thian Khi Tosu berseru geram.
"Tentu saja dua orang murid kami itu bukan lawan kalian karena mereka hanyalah murid kami tingkat tiga yang masih hijau! Coba yang kauhadapi itu murid-murid utama Kun-lun-pai atau kami sendiri, belum tentu akan dapat mengalahkan dengan semudah itu!"
"Omitohud....! Siapakah yang sombong, kami ataukah Kun-lun-pai? Sungguh, kamipun ingin melihat apakah benar Kun-lun-pai sedemikian tangguh dan lihainya sehingga berani mencampuri urusan kami para utusan Tibet!"
Thian Khi Toou yang memang berwatak keras itu segera menjawab, dengan suara keras.
"Bagus! Lima Harimau Tibet menantang kami dari Kun-lun-pai? Kami bukan mencari permusuhan. Akan tetapi kalau ditantang, siapapun juga akan kami hadapi!"
"Omitohud....!"
Thay Si Lama, orang ke dua dari Lima Harimau Tibet itu berseru.
"Kalau begitu majulah dan mari kita buktikan siapa yang lebih unggul di antara kita!"
"Manusia sombong! Aku yang akan maju mewakili Kun-lun-pai!"
Thian Khi Tosu hendak melangkah maju, akan tetapi tiba-tiba lima belas orang murid utama dari Kun-lun-pai yang terdiri dari pria berusia antara tiga puluh sampai lima puluh tahun, sudah berlompatan ke depan dan seorang di antara mereka berkata kepada Thian Khi Tosu,
"Harap suhu jangan merendahkan diri maju sendiri. Ji-wi suhu (guru berdua) adalah tuan-tuan rumah, pimpinan Kun-lun-pai. Masih ada teecu sekalian yang menjadi murid, perlukah ji-wi suhu maju sendiri? Biar kami yang menghadapi lima orang Lama sombong ini!"
Thian Khi Tosu hendak membantah, akan tetapi suhengnya, Thian Hwat Tosu ketua Kun-lun-pai menyentuh lengannya dan mencegah sehingga wakil ketua itu membiarkan lima belas orang murid utama itu maju. Kalau lima belas orang murid utama itu maju, maka mereka bahkan lebih kuat dari pada dia atau suhengnya sekalipun. Lima belas orang murid itu merupakan murid utama yang ilmu kepandaiannya sudah matang dan tinggi, apalagi kalau mereka maju bersama.
Mereka itu sudah menciptakan suatu ilmu, dibantu oleh petunjuk guru-guru mereka , yaitu ilmu dalam bentuk barisan yans dinamakan Kun-lun Kiam-tin (Barisan Pedang Kun-lun). Dengan barisan pedang ini, mereka dapat menjadi suatu pasukan yang amat kuat sehingga ketika diuji, bahkan dua orang pimpinan Kun-lun-pai itu sendiri terdesak dan tidak mampu mengatasi ketangguhan Kun-lun Kim-tin! Inilah sebabnya mengapa Thian Hwat Tosu mencegah sutenya turun tangan sendiri. Para murid itu cukup tangguh, bahkan dapat dijadikan batu ujian untuk mengukur sampai di mana kepandaian musuh! Lima belas orang murid utama Kun-lun-pai itu lalu berlarian menuju ke tempat terbuka, di atas padang rumput yang lapang dan di situ mereka membentuk barisan berjajar dengan pedang di tangan masing-masing, kelihatan gagah perkasa dan rapi.
"Lima Harimau Tibet, kami telah siap sedia! Majulah kalau kalian memang hendak memusuhi Kun-lun-pai!"
Bentak murid tertua yang usianya sudah hampir lima puluh tahun dan menjadi kepala barisan pedang itu, berdiri di ujung kanan. Melihat ini, lima orang pendeta Lama tersenyum mengejek dan merekapun melangkah maju menghadapi mereka, dengan berjajar.
Setelah mereka berhadapan, lima belas orang murid pertama Kun-lun-pai itu lalu bergerak mengikuti aba-aba yang dikeluarkan oleh pemimpin pasukan, dan mereka sudah mengepung lima orang pendeta Lama. Gerakan kaki mereka ketika melangkah amat tegap dan dengan ringan pula, menunjukkan bahwa mereka telah berlatih matang. Melihat ini, lima orang pandeta Lama itupun bergerak membuat suatu bentuk sagi lima dan berdiri saling membelakangi. Bentuk seperti ini memang paling kokoh kuat untuk pembelaan diri, karena mereka berlima dapat menghadapi pengeroyokan banyak lawan dengan cara saling melingungi dan tidak akan dapat diserang dari belakang, Bahkan serangan dari samping dapat mereka hadapi bersama rekan yang berada di sampingnya. Pendeknya, pengepungan lima belas orang murid Kun-lun-pai itu berkurang banyak bahayanya dengan kedudukan lima orang Lama seperti itu.
Lima belas orang murid Kun-lun-pai itu adalah ahli silat yang sudah pandai. Mereka tidak berani memandang ringan lima orang lawan mereka. Mereka tahu bahwa kalau bertanding satu lawan satu, di antara mereka tidak akan ada yang mampu menandingi pendeta-pendeta Lama itu yang memiliki tingkat kepandaian lebih tinggi dari mereka, bahkan mungkin lebih tinggi dari pada tingkat ilmu kepandaian guru-guru mereka, melihat demonstrasi yang mereka perlihatkan tadi. Namun, mereka mengandalkan keampuhan barisan Kun-lun Kiam-tin dan begitu pimpinan mereka memberi aba-aba lima belas orang itu bergerak, mulai dengan penyerangan mereka yang serentak! Memang hebat gerakan para murid Kun-lun-pai ini. Pedang mereka berkelebatan seperti kilat menyambar-nyambar.
Ilmu pedang Kun-lun-pai memang terkenal hebat, dan kini mereka bukan hanya mengandalkan ilmu pedang masing-masing, bahkan diperkuat oleh kerapian barisan yang teratur sehingga begitu menyerang, kekuatan mereka terpadu, bagaikan gelombang samudera yang menerjang ke depan dengan dahsyatnya! Lima orang pendeta Lama itu telah siap siaga. Dengan gerakan cepat sehingga sukar diikuti pandang mata, tangan mereka bergerak dan tahu-tahu mereka telah memegang senjata masing-masing, Thay Ku Lama si muka codet sudah memegang sebatang golok tipis yang tadinya disembunyikannya di balik jubah merah yang longgar dan panjang itu. Thay Si Lama si muka bopeng sudah memegang sebatang cambuk hitam seperti cambuk penggembala lembu. Thay Pek Lama si muka pucat sudah memegang sepasang pedang yang tipis dan mengeluarkan cahaya kehijauan.
Thay Hok Lama si mata satu sudah memegang sebatang rantai baja yang tadi dipakai sebagai sabuk, sedangkan Thay Bo Lama sudah memegang sebatang tombak. Lama kurus kering ini memiliki sebatang tombak yang dapat dilipat dan ditekuk menjadi tiga bagian dan diselipkan di pinggang tertutup jubah. Kini, tombak itu diluruskan dan menjadi sebatang tombak yang panjangnya sama dengan tubuhnya. Dalam penyerangan pertama yang serentak dilakukan oleh para murid Kun-lun-pai kepada lima orang lawan mereka itu membuat setiap orang pendeta Lama diserang oleh tiga orang lawan. Mereka berlima tidak menjadi gugup dan mereka pun menggerakkan senjata mereka menangkis. Terdengar suara nyaring berdenting-denting disusul bunga-bunga api berpijar menyilaukan mata ketika lima belas batang pedang itu tertangkis oleh senjata lima orang pandeta Lama.
Karena memang tenaga sin-kang dari para pendeta Lama itu lebih kuat, maka banyak di antara pedang yang menyerang itu terpental keras dan pemegangnya merasa betapa lengan mereka tergetar hebat! Namun, pimpinan mereka memberi aba-aba dan mereka melanjutkan serangan sampai bergelombang baberapa kali, namun selalu dapat ditangkis oleh lima orang pendeta Lama, bahkan yang terakhir kalinya, lima orang pendeta Tibet itu mengerahkan tenaga mereka, membuat lima belas orang penyerang itu terdorong ke belakang bahkan ada yang hampir jatuh setelah terhuyung-huyung. Kesempatan ini dipergunakan oleh lima Harimau Tibet itu untuk membalas serangan pihak lawan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak dari jumlah mereka itu.
Thay Ku Lama yang merupakan orang pertama dari Lima Harimau Tibet, memutar goloknya den golok itu seperti kilat menyambar-nyambar, menyerang siapa saja di antara pihak lawan terdekat. Thay Si Lama, si muka bopeng, juga menggerakkan cambuknya dan terdengar cambuk itu meledak-ledak di atas kepala para murid Kun-lun-pai. Thay Pek Lama memutar sepasang padangnya yang berubah menjadi dua gulungan sinar terang. Thay Hok Lama juga memutar rantai baja di tangannya dan senjata istimewa ini menyambar-nyambar ke sekelilingnya, seperti jari-jari maut. Orang ke lima, Thay Bo Lama yang kurus kering itu menggerakkan tombaknya dan terdengarlah suara mendengung-dengung karena si kurus kering ini memiliki tenaga raksasa.
Biarpun lima belas orang murid utama Kun-lun-pai dapat pula menghindarkan diri dari cengkeraman maut yang disebarkan oleh Tibet Ngo-houw dengan cara saling melindungi dan saling membantu, namun mereka terdesak hebat dan hanya mampu mempertahankan diri saja terhadap serangan lima orang pendeta Lama yang bertubi-tubi itu datangnya. Jelas nampak pertempuran yang tidak seimbang sama sekali. Lewat dua puluh jurus lebih, dari lima belas orang murid utama Kun-lun-pai itu, hanya sepuluh orang yang masih mampu melawan, karena yang lima orang sudah terjungkal roboh terkena sambaran senjata lawan. Sepuluh orang ini mempertahankan diri mati-matian, namun kalau dilanjutkan, jelas bahwa merekapun akan roboh seperti yang dialami lima orang saudara mereka. Tiba-tiba berkelebat bayangan dua orang dan terdengar bentakan nyaring.
"Tahan senjata!"
Ketika sepuluh orang murid utama Kun-lun-pai melihat bahwa yang maju adalah kedua orang guru mereka, maka merekapun berloncatan ke belakang dan sebagian segera menolong lima orang saudara mereka yang tadi terluka. Lima orang pendeta Lama juga menahan senjata mereka dan kini mereka memandang dengan senyum mengejek kepada dua orang pimpinan Kun-lun-pai itu.
"Pinto Thian Khi Tosu dan suheng Thian Hwat Tosu menantang kalian untuk mengadu kepandaian seorang lawan seorang!"
Bentak Thian Khi Tosu yang bertubuh besar itu dengan garang. Mendengar ini, lima orang pendeta Lama itu saling pandang lalu Thay Ku Lama tertawa sambil melangkah maju.
"Omitohud....! Dua orang tosu pimpinan Kun-lun-pai sungguh mau menang dan mau enak sendiri saja! Tadi, mereka membiarkan lima belas orang muridnya untuk mengeroyok kami berlima, sekarang bicara tentang mengadu kepandaian seorang lawan seorang!"