Iblis dan Bidadari Chapter 13

NIC

menepuk pundak Lian Hong dan mengurut punggungnya beberapa kali dan gadis itu sehat kembali, Lian Hong segera menghaturkan terima kasih dan berlutut.

“Anak baik,” kata tosu itu, “ketahuilah bahwa kedatanganku ini atas kehendak ayahmu untuk melatih ilmu silat kepadamu.” Lian Hong menjadi girang sekali dan serta merta ia berlutut kembali sambil menyebut, “suhu!”

Ketika tosu itu memeriksa Ciok-taijin, ia menggeleng kepala. “Si gundul jahat itu benar-benar ganas sekali tangannya,” katanya.

Nyonya bangsawan Ciok menjadi pucat dan sambil menangis ia bertanya tentang keadaan suaminya.

“Tak perlu khawatir,” jawab tosu itu tenang, “biarpun tubuhnya telah terkena pengaruh hawa racun, akan tetapi pinto (aku) mempunyai obat penolaknya. Hanya harus diakui bahwa pembersihan darah di dalam tubuhnya akan makan waktu lama, sedikitnya satu bulan baru akan sembuh betul.”

Demikianlah, semenjak hari itu, Ouwyang Sianjin tinggal di dalam gedung Ciok-taijin, merawat bangsawan yang dilukai oleh Leng Kok Hosiang itu. Ketika Ciok-taijin sadar dari pingsannya dan mendengar bahwa Ouwyang Sianjin datang atas permintaan Ong Han Cu untuk melatih ilmu silat kepada Lian Hong, orang tua ini tidak menyatakan keberatannya. Ia bahkan merasa girang bahwa kebetulan sekali datang tosu yang lihai ini, dan merasa pula betapa pentingnya mempelajari ilmu silat tinggi. Ia tidak mempunyai keturunan lain lagi dan cucunya hanya Lian Hong seorang, maka kalau gadis itu tidak mempunyai kepandaian tinggi, bagaimana untuk menjaga diri dan keluarganya dari serangan orang-orang jahat?

Selain membawa pesanan Ong Han Cu untuk mendidik gadis itu, juga Ouwyang Sianjin membawa sebatang pedang dari pendekar Liong-cu-san itu untuk diberikan kepada Lian Hong. Pedang ini adalah pedang mustika yang tipis dan lemas sekali sehingga dapat dijadikan ikat pinggang.

Liong-cu-kiam-hwat adalah kepandaian tunggal dari Ong Han Cu, maka biarpun Ouwyang Sianjin masih terhitung sutenya, akan tetapi tosu ini tidak paham akan ilmu pedang ini, sebaliknya ia memiliki dua macam kepandaian yang amat tinggi, yakni permainan silat dengan kipas dan hudtim (kebutan pendeta).

Ketika Ouwyang Sianjin mendengar bahwa muridnya yang baru ini pandai menari, ia tertarik sekali lalu m inta kepada muridnya untuk menari. Lian Hong memenuhi perm intaan suhunya dan menarilah ia dengan sehelai selendang merah. Melihat pergerakan yang lemas dan indah ini, tiba-tiba Ouwyang Sianjin berseru.

“Bagus! Selendangmu inilah yang akan merupakan senjata istimewa!”

Lian Hong menghentikan tariannya dan memandang kepada suhunya dengan heran. Akan tetapi tanpa banyak cakap lagi, tosu itu lalu m inta selendang muridnya dan bersilatlah ia dengan selendang itu. Ujung selendang itu sama lemasnya dengan kebutan, maka dapat dipergunakan sebagai pengganti kebutannya.

Selain memberi pelajaran ilmu silat dengan se lendang merah yang disebut Ang-kin-ciang-hwat (Ilmu Silat Selendang Merah) juga Ouwyang Sianjin melatih ilmu pedang kepada muridnya ini. Akan tetapi, ia tidak melarang muridnya berlatih Liong-cu-kiam-hwat, bahkan ia lalu memberi petunjuk untuk menggabungkan ilmu pedang yang diajarkannya dengan ilmu pedang Liong-cu-kiam-hwat yang lihai itu.

Tiga tahun lebih tosu itu menggembleng muridnya dengan ilmu silat tinggi sehingga setelah berusia delapan belas tahun, Lian Hong telah memiliki kepandaian yang amat lihai. Keistimewaan dara jelita ini adalah permainan selendang merah dan pedangnya yang dapat dimainkan berbareng dengan kedua tangannya secara indah dan juga kuat sekali. Ia telah menjadi seorang gadis yang luar biasa cantiknya dan selain ilmu silatnya yang tinggi, iapun terkenal akan kepandaiannya menari. Pernah ia dipanggil oleh permaisuri kaisar untuk menari di depan wanita agung ini dan ia mendapat pujian hebat dan menerima hadiah-hadiah yang amat berharga.

Setelah melihat bahwa muridnya telah memiliki ilm u kepandaian yang cukup tinggi, Ouwyang Sianjin lalu meninggalkan kota raja diiringi oleh penghormatan dan ucapan terima kasih dari keluarga bangsawan Ciok. Diam-diam Lian Hong berpesan kepada suhunya agar suka memberi kabar tentang ayahnya, Pat-jiu kiam-ong Ong Han Cu dan permintaan ini te lah disanggupi oleh Ouwyang Sianjin.

Nama Lian Hong sebagai seorang gadis yang amat cantik jelita dan pandai menari amat terkenal di kota raja. Banyak sekali pemuda, sungguhpun belum menyaksikan kecantikan gadis ini dengan mata kepala sendiri dan hanya mendengar kabar saja, telah jatuh hati dan merindukan siang malam. Bahkan ada beberapa orang pemuda bangsawan dan hartawan telah memberanikan diri mengajukan pinangan, akan tetapi Ciok-taijin yang amat sayang dan bangga akan cucunya, telah menolak semua pinangan itu.

Lian Hong merasa girang melihat sikap kakeknya, karena gadis ini sendiripun tidak suka memikirkan tentang pernikahan. Adapun ibunya hanya menyerahkan persoalan ini kepada Ciok-taijin saja.

Di kota raja terdapat seorang pemuda yang amat terkenal. Nama pemuda ini terukir di dalam lubuk hati banyak gadis bangsawan dan hartawan, dan banyak pula orang-orang tua para gadis memikirkan pemuda ini dengan hati penuh keinginan memungutnya sebagai mantu.

Pemuda ini adalah putera tunggal dari Pangeran Sim Liok Ong yang berpangkat tinggi, berpengaruh, dekat dengan kaisar. Selain itu, juga pangeran Sim terkenal kaya raya dan budiman. Tidak saja keadaan orang tua pemuda ini yang amat menarik hati orang untuk mengajak berbesan, juga kegagahan pemuda itu sendiri menjadikan dia bayangan dalam mimpi setiap dara yang telah mendengar namanya. Ia bernama Sim Tek Kun, terkenal tampan. Telah lulus dalam ujian siucai dan bentuk tulisan maupun gubahan syairnya amat indah. Kebaikan ini ditambah pula dengan kegagahannya karena ia adalah seorang murid terlatih dari Kun-lun-pai dan telah tamat mempelajari ilmu silat di pegunungan itu sehingga ia memiliki kepandaian ilmu silat tinggi.

Ketika terjadi pemberontakan dan kerusuhan yang ditimbulkan oleh segerombolan perampok di daerah utara, putera pangeran ini telah menunjukkan kegagahannya dan ikut membasmi perampok-perampok itu. Hal ini telah mengangkat namanya tinggi-tinggi dan ia mendapat jasa dan pujian dari kaisar sendiri.

Dengan keadaan seperti itu, gadis manakah yang tidak tergila-gila dan orang tua manakah yang tidak ingin sekali mempunyai seorang mantu seperti Sim Tek Kun? Akan tetapi, pemuda ini sendiri berkali-kali menolak bujukan ayah bundanya untuk menikah.

Sebaliknya, ia amat senang merantau, menjelajah di kalangan kang-ouw dan menuntut penghidupan sebagai seorang pendekar budiman. Ia keluar masuk di dusun-dusun dan kota-kota, mengulurkan tangan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Tangannya amat terlepas dan terbuka, baik untuk memberi uang maupun untuk menyumbangkan tenaga dan kegagahan demi kepentingan orang-orang yang lemah tertindas. Maka, sebentar saja namanya terkenal di kalangan kang-ouw dan ia dijuluki Bun- bu-taihiap (Pendekar Besar Ahli Sastra dan Silat).

Ketika Pangerang Sim Liok Ong dan isterinya melihat Lian Hong mereka menjadi amat tertarik. Di dalam kota raja jarang ada yang mengetahui bahwa nona ini pandai ilmu silat dan yang menjadikannya amat terkenal hanya kecantikan dan kepandaiannya menari. Melihat nona ini, Pangeran Sim dan isterinya merasa suka sekali dan mereka lalu mengajukan pinangan tanpa bertanya kepada putera mereka yang pada waktu itu entah sedang berada di mana.

Ciok-taijin ketika menerima pinangan ini, hampir menari kegirangan. Ia memeluk cucunya dengan air mata bercucuran sambil berkata, “Lian Hong ...... Lian Hong akhirnya Thian

menunjukkan kemurahannya kepada kita! Kau telah dipinang oleh Pangeran Sim ! Ah, Alangka besar kehormatan ini. Ketahuilah, banyak puteri pangeran lain dari istana kaisar belum tentu akan dapat menerima kehormatan sebesar ini. Bwe Kim, anak baik, akhirnya kau mendatangkan kebahagiaan dan kehormatan kepada orang tuamu karena puterimu ini ”

Melihat kegirangan besar yang diperlihatkan oleh ibunya dan kakek serta neneknya ini, Lian Hong tidak tega untuk menolak. Sebetulnya ia tidak girang sama sekali mendengar berita perjodohannya ini karena ia memang tidak mempunyai keinginan sama sekali untuk mengikat diri dengan perjodohan. Ia pernah mendengar nama Sim Tek Kun dan diam-diam iapun ingin sekali mengetahui sampai di mana kebenaran berita itu. Ia menganggap berita tentang pemuda itu amat berlebih-lebihan dan sering kali bibirnya yang manis itu ditarik mengejek.

“Hm, Bun-bu-taihiap ....? Pemuda sombong! Mana ada pemuda hartawan dan bangsawan yang patut disebut taihiap? Barangkali hanya seorang tukang peles ir dan tukang menghambur-hambur uang ayahnya belaka. Julukan itu tentu diberikan oleh orang-orang untuk menjilat pemuda bangsawan dan hartawan itu.

Dan kini ternyata pemuda itu telah meminangnya, yakni orang tua pemuda itu. Melihat kegembiraan orang-orang tuanya, ia tak dapat menyatakan sesuatu, hanya menundukkan mukanya yang menjadi merah, bukan hanya karena malu, akan tetapi sebagian besar karena marah. Ia marah kepada pemuda itu yang dianggapnya lancang dan kurang ajar telah berani meminangnya! Orang macam apakah pemuda itu maka berani mencoba hendak mengikatnya sebagai isterinya?

Demikianlah, diam-diam ia berpikir dengan hati penasaran. Memang Lian Hong adalah seorang gadis yang aneh, sikapnya lemah lembut, cantik jelita, dan amat jenaka. Akan tetapi dibalik semua itu ia memiliki kekerasan hati yang diwarisinya dari ayahnya.

Pertunangan diresmikan dan berita pertunangan ini telah tersiar di seluruh kota raja. Banyak sekali orang-orang tua dan puteri mereka merasa iri hati kepada keluarga Ciok atas keberuntungan mereka. Akan tetapi Lian Hong sendiri hanya menerima semua ini dengan hati dingin.

“Kong-kong,” katanya dengan lemah lembut dan sikap manja, “aku selalu menurut dan taat kepadamu dan dalam hal perjodohan inipun aku menyerahkan diri kepada kong-kong saja. Akan tetapi ada satu hal yang ku minta kong-kong suka mengabulkannya, yakni aku tidak mau dinikahkan dengan terburu-buru. Biarlah pertunangan ini ditunda sedikitnya setahun!”

Posting Komentar