Iblis dan Bidadari Chapter 07

NIC

Maka turunlah Siang Lan dari puncak Liong-cu-san dan mulailah ia merantau di dunia kang-ouw. Sebentar saja pedangnya telah berbuat banyak dan karena ia selalu berlaku keras terhadap golongan penjahat, tanpa mengenal ampun, maka ia lalu mendapat julukan Hwe-thian Mo-li.

Akan tetapi, setelah merantau selama satu setengah tahun dan kembali ke Gunung Liong-cu-san, ia mendapatkan suhunya dalam keadaan yang amat menyedihkan. Sebulan yang lalu, suhunya itu telah didatangi oleh lima orang dan kini suhunya telah dibuntungi kedua kaki tangannya dan berada dalam perawatan seorang penduduk kampung di lereng gunung itu.

Tentu saja Siang Lan merasa terkejut dan sedih sekali. Ia menubruk suhunya dan menangis tersedu-sedu.

“Suhu, kau kenapakah, suhu? Siapakah yang melakukan perbuatan keji ini? Katakanlah, suhu, siapa yang berani mencelakakan suhu seperti ini? Biar teecu pergi mencarinya, membunuh dan menghancur-leburkan kepalanya!”

Biarpun keadaannya amat lemah dan payah, Ong Han Cu masih dapat tersenyum melihat muridnya yang terkasih. “Syukurlah Siang Lan, syukurlah bahwa kita masih sempat bertemu muka.”

Kemudian Pat-jiu Kiam-ong Ong Han Cu lalu menceritakan pengalamannya kurang lebih sebulan yang lalu. Di atas puncak bukit Liong-cu-san, ia kedatangan lima orang kang- ouw yang telah dikenalnya baik. Mereka ini adalah Toat-beng Sin-to Liok Kong Si Golok Sakti Pencabut Nyawa, kedua adalah Si Lutung Sakti Yap Cin, ketiga Santung Taihiap Siong Tat Pendekar gagah dari Santung, keempat adalah seorang hwes io bernama Leng Kok Hosiang, dan kelima seorang gagah lain, yakni Kim-gan-liong Cin Lu Ek Si Naga Mata Emas.

Sebagai seorang kang-ouw yang menghormat kawan- kawannya dari satu golongan, Ong Han Cu lalu menyambut mereka dengan gembira sekali. Akan tetapi ternyata bahwa kedatangan mereka itu tidak mengandung maksud baik. Dengan secara licin sekali, diam-diam Leng Kok Hosiang, hwes io berkepandaian tinggi dari Sin-tok-san, telah memasukkan racun pada arak yang dihadapi oleh Ong Han Cu.

“Demikianlah,” Pat-jiu K iam-ong melanjutkan penuturannya kepada muridnya yang mendengarkan semua itu sambil bercucuran air mata, setelah minum racun dalam arak yang luar biasa kerasnya, aku rebah pingsan tidak merasa apa-apa lagi. Ketika aku tersadar, ternyata bahwa mereka telah pergi, meninggalkan aku dalam keadaan begini. Baiknya ada sahabat ini yang kebetulan melihatku dan menolong merawatku, kalau tidak, tentu aku telah tewas karena kecurangan mereka yang biadab itu!”

“Akan tetapi mengapakah, suhu? Mengapa mereka melakukan perbuatan sekeji ini ?”

Ong Han Cu tersenyum. “Ada dua hal yang mendorong mereka melakukan hal ini muridku. Bagi Leng Kok Hosiang dan Yap Cin, mereka itu memang mengandung dendam sakit hati terhadap aku karena aku pernah merobohkan mereka itu dan menghalangi perbuatan mereka yang jahat. Adapun Liok Kong, Siong Tat, dan Cin Lu Ek ikut datang melakukan perbuatan pengecut dan hina dina ini karena mereka silau harta terpendam yang berada di dalam guaku. Mereka pergi membawa harta terpendam yang dulu kudapatkan di dalam gua bersama kitab ilmu pedang. Sungguh aku tidak mengerti mengapa manusia dapat menjadi mata gelap dan kejam karena pengaruh harta dunia. Sepanjang pengetahuanku, Cin Lu Ek si Naga Bermata Emas itu bukanlah seorang yang memiliki watak jahat!” Ong Han Cu menghela napas bukan menyesali nasibnya, akan tetapi menyesali kejahatan orang- orang itu.

Memang sesungguhnya, ketika mendapatkan rangka manusia dan kitab pelajaran ilmu pedang di gua itu, Ong Han Cu juga menemukan sebuah peti besar terisi penuh harta berupa emas dan permata yang tak ternilai harganya. Akan tetapi, hal ini dirahasiakan oleh Ong Han Cu dan barang itu masih disimpannya di dalam guanya. Hanya kadang-kadang saja ia mengeluarkan sepotong emas atau permata untuk dijualnya dan dipergunakan sebagai biaya hidupnya.

Dan betapapun rapatnya ia menutup rahasia ini, ternyata mata para penjahat amat tajam dan telinga mereka amat kuat pendengarannya. Entah bagaimana, rahasia ini terdengar oleh ke lima orang berkepandaian tinggi itu yang lalu berkumpul, berunding dan mempergunakan siasat yang curang untuk merobohkan pendekar tua ini, membuntungi tangan kaki nya serta merampas harta bendanya itu.

(Oo-dwkz-oO)

Tentu saja Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan menjadi marah sekali dan dengan bercucuran a ir mata ia bersumpah di depan suhunya untuk membalas dendam besar ini. Kemudian ia membawa pedang suhunya dan turun gunung, mencari musuh-musuh gurunya itu.

Pertama-tama ia pergi ke Santung untuk mencari Santung Thaihiap Siong Tat dan dalam pertempuran yang amat hebat sehingga ia berhasil membunuh Siong Tat dan membawa kepala musuh besarnya ini naik ke atas gunung Liong-cu-san. Akan tetapi ketika ia tiba di situ, ternyata bahwa suhunya yang telah menjadi orang tak berguna lagi dan buntung kaki tangannya, sudah meninggal dunia.

Siang Lan bersembahyang di depan kuburan suhunya sambil menaruh kepala Santung Thaihiap Siong Tat di depan makam itu, kemudian ia lalu mulai merantau dan mencari empat orang musuh besar yang telah mencelakai gurunya itu. Mereka ini adalah Liok Kong Si Golok Sakti Pencabut Nyawa, Yap Cin Si Luntung Sakti, Lengkok Hosiang yang meracuni suhunya dan Cin Su Lek Si Naga Bermata Emas.

Dan sebagaimana telah dituturkan di bagian depan dari cerita ini, secara kebetulan sekali Siang Lan yang telah mendapat keterangan tentang musuh besarnya yang bernama Liok Kong, bertemu dengan Ong Lian Hong, gadis manis yang mengaku menjadi puteri suhunya.

Tentu saja ia tidak dapat mempercaya keterangan ini karena bagaimanakah suhunya tahu-tahu telah mempunyai seorang puteri demikian cantik jelita dan berkepandaian tinggi pula? Menurut pengakuan gadis itu, Yap Cin Si Luntung Sakti telah terbunuh dan karena Liok Kong telah mampus pula, maka kini musuh besar mereka tinggal Leng Kok Hosiang dan Cin Lu Ek.

Sampai lama Hwe-thian Mo-li duduk termenung di bawah pohon itu, tiada hentinya memikirkan keadaan Lian Hong nona yang aneh dan yang mengaku sebagai puteri suhunya. Akhirnya ia merasa khawatir juga kalau-kalau ia sampai kalah oleh gadis cantik itu, kalau-kalau dua orang musuh yang lain itupun akan tewas dalam tangan gadis itu pula.

“Tidak, bagaimanapun juga, aku harus mendahuluinya!” pikirnya dan ia lalu bangun berdiri dan melanjutkan perjalanannya dengan cepat. Dia telah mendengar bahwa Leng Kok Hosiang sekarang berada di Sin-tok-san, yakni pegunungan yang berada di selatan, adapun Cin Lu Ek si Naga Bermata Emas amat sukar dicari. Agaknya orang ini telah melarikan diri karena takut akan pembalasannya, dan mungkin juga si Naga Bermata Emas ini te lah mengganti namanya.

“Tidak perlu mencari dia yang bersembunyi.” Pikir Hwe- thian Mo-li sambil berlari cepat. “Lebih baik menuju ke pegunungan Sin-tok-san untuk mencari Leng Kok Hosiang.

Demikianlah, ia lalu membelok ke selatan dan langsung menuju ke pegunungan itu tanpa mengenal lelah. Ia melakukan perjalanan secepatnya agar jangan sampai didahului oleh nona yang mengaku puteri dari Mendiang suhunya itu!

(Oo-dwkz-oO)

SEBELUM kita mengikuti perjalanan Hwe-thian Mo-li yang menuju ke selatan untuk mencari musuh besarnya di pegunungan Sin-tok-san, marilah kita melihat dulu keadaan Ong Lian Hong, gadis penari yang cantik jelita dan penuh rahasia itu agar kita dapat mengenalnya lebih baik.

Memang benar gadis yang menyamar sebagai penari dan yang berhasil menewaskan Liok Kong ini adalah seorang puteri dari Ong Han Cu. Dahulu, sebelum Ong Han Cu menemukan ilmu pedang di Liong-cu-san dan sewaktu ia masih muda, pada suatu hari melihat serombongan keluarga bangsawan yang sedang melakukan perjalanan, dicegat dan dikeroyok oleh belasan orang perampok yang ganas.

Para pengawal keluarga bangsawan itu kewalahan menghadapi perampok-perampok yang dipimpin oleh seorang perampok yang berkepandaian tinggi. Tidak saja banyak pengawal yang tewas dan harta benda keluarga itu mulai diangkut oleh para anak buah perampok, bahkan seorang gadis cantik puteri bangsawan itupun telah dipondong oleh kepala rampok dan hendak dibawa pergi ke dalam hutan. Gadis itu meronta-ronta dan menjerit-jerit dan jeritan inilah yang menarik perhatian Ong Han Cu dan membuatnya berlari menolong.

Pertempuran hebat terjadi antara Ong Han Cu dan kepala perampok, akan tetapi akhirnya kepala rampok itu bersama beberapa orang anak buahnya tewas dalam tangan pemuda gagah perkasa ini. Melihat betapa pemuda gagah perkasa dan tampan itu telah menyelamatkan jiwa sekeluarganya, dan bahkan mendapatkan kembali harta benda yang tadi telah dirampok, maka bangsawan she Ciok ini menjadi amat kagum, terharu dan berterima kasih.

Tanpa disadarinya pula, di depan para pengawal dan pelayan, ia lalu menyatakan ingin mengambil mantu kepada Ong Han Cu, dijodohkan dengan puteri tunggalnya, yakni gadis cantik yang tadi hampir terculik oleh kepala rampok, yang bernama Ciok Bwe Kim. Ong Han Cu merasa bahagia sekali oleh karena memang semenjak bertemu muka dengan Ciok Bwe Kim, ia te lah jatuh hati kepada gadis cantik ini. Serta merta ia menjatuhkan diri berlutut di depan calon mertuanya dan menghaturkan terima kasihnya.

Baru setelah kembali ke tempat tinggalnya yang aman, yakni di dalam sebuah gedung besar di kota raja, Ciok-taijin (pembesar she Ciok) yang berpangkat teetok, merasa menyesal akan janjinya terhadap Ong Han Cu tadi. Ia adalah seorang pembesar berpangkat tinggi dan berdarah bangsawan, adapun pemuda itu sungguh pun tampan dan gagah perkasa, akan tetapi bukan keturunan bangsawan, tidak kaya raya, dan juga bukan ahli kesusasteraan sehingga takkan dapat memegang pangkat tinggi.

Posting Komentar