Golok Sakti Chapter 81

NIC

co Kang cay berkata demikian sambil panggil orangnya, disuruh merawat kudanya Ho Tiong Jong. Mereka kemudian berjalan masuk kedalam rumah.

"Kan bagaimana tahu aku selang membangun rumah?" tanya co Kang cay. ketika mereka sudah pada ambil tempat duduk di-pertengahan rumah.

"Ah, lopek mudah saja. Tadi aku melihat banyak orang yang mengangkuti batu ke rumah lopek."

"Kau pintar menebak, Tiong Jong. Memang tidak hentinya aku berusaha membangun rumah tapi sama sekali tidak menduga kalau penemuan kita kembali ada begini cepat, sungguh menggirangkan sekali hatiku."

co Kang cay ajak sahabatnya melihat rumah yang sedang dibangun.

Masih tinggal dindingnya saja dalam taraf penyelesaian, lainnya boleh dikatakan rumah co Kang cay sudah beres, Rumah itu besar dan lebar, cuma tidak mewah, hanya seperti rumah biasa saja rumah desa.

"Lopek, kau benar lihay, Rumahmu dibangun dengan sederhana sekali. Meskipun ada besar dan luas. Bagus, karena dengan demikian tidak menyolok dan membangunkan orang punya rasa curiga."

co Kang cay ketawa nyengir dipuji si anak muda.

orang tua itu memang membangun rumahnya selain sederhana juga ada banyak rahasianya disebelah dalam, inilah untuk menyelamatkan dirinya dari cengkeramannya orang-orang dari Perserikatan Benteng Perkampungan yang menghendaki jiwanya.

Setelah diajak melihat-lihat kebeberapa bagian, dimana jalannya berbulak biluk membingungkan, lalu Ho Tiong Jong dibawa ke ruang tetamu yang cukup lebar, tinggi dan menyenangkan hati.

" Lopek benar-benar kau sudah siap sedia menghadapi mereka, sebab bicara terus terang kalau orang tidak diberi pengunjukan, masuk kedalam banyak ruang tadi, bisa masuk orang tidak bisa keluar lagi."

"Ha ha ha..." orang tua itu tertawa bergelak-gelak.

Mereka lalu pada mengambil tempat duduk.

" Lopek setelah kau mengalami banyak penderitaan memang seharusnya kau hidup dengan tentrem dan bahagia, Bagaimana dengan kakimu yang separuh lumpuh apakah sudah sembuh?"

XXV. SIKAP ANEH DARI IBLIS CANTIK..

"KARENA pertolonganmu Tiong Jong, sehingga aku dapat selamat, Belum tahu budi ini aku dapat balasnya dengan apa?"

"Lopek tidak ada soal budi diantara kita, kita berdua mengalami satu nasib dalam penjara Seng Eng, apa halangannya kalau kita satu sama lain saling tolong, bukan?"

"Ya, tentang kakiku, meskipun tidak sembuh betul, aku masih bisa jalan dengan menggunakan tongkat, Tapi, eh, Tiong Jong bagaimana dengan racun yang mengeram dengan dirimu, apa sudah dapat disembuhkan?""

Ho Tiong Jong ketawa, ia lalu tuturkan dengan ringkas pada sang sahabat tua, tentang pengalamannya sejak mereka berpisahan.

Pertolongan pada Kim Hong Jie, diinjeksi dengan jarum mautnya si kakek aneh, perjalanannya dengan Seng Giok Cin. Tapi soal mencium bibir orang tentu saja tidak menceritakan.

Pertemuannya dengan Ie Boen Hoei satu penjahat ulung yang sadar dari kejahatannya setelah membunuh kakaknya sendiri. oleh siapa ia telah disembuhkan keracunan didalam tubuhnya diluar dugaan-

Setelah mendengar habis bicaranya si pemuda, co Kang cay tampak kerutkan alis.

"Tiong Jong, aku sangat girang tentang dirimu sudah sembuh dari bahaya kematian karena racun racun yang mengeram dalam tubuhmu, akan tetapi kau sudah berbuat

gegabah dengan meninggalkan nona Seng dalam keadaan tertotok dipenginapan-" Ho Tiong Jong terkejut.

"Tapi totokanku itu hanya untuk sementara waktu saja dan akan terbuka sendirinya." katanya pada sahabat.

"Ya, itu betul. Tapi harus curiga juga, dalam keadaan pulas demikian kalau ada orang jahat masuk kedalam kamarnya, bagaimana? Haa, kalau kehormatannya kena dicemarkan orang? Nona Seng tentu tidak mau mengerti terhadapmu dan akan mencari kau untuk mencuci malunya"

"Lopek. ah, masa sampai ada kejadian begitu?" menyelak Ho Tiong Jong dalam terkejutnya, mukanya seketika telah berubah pucat dan dadanya berombak keras, karena pikirnya, memang ada kemungkinan ada kejadian demikian-

"Ya, mudah-mudahan tidak sampai ada kejadian demikian," menghibur si orang tua.

Ho Tiong Jong tidak menjawab, Diam-diam dia memikirkan juga akan dirinya nona yang dicintanya itu. Kalau benar seperti katanya si orang tua kejadian, celaka sama juga ia mencelakakan dirinya si gadis pujaannya itu.

Tengah ia menjublek. Co Kang cay sudah berkata pula dengan air muka berseri seri. "Ah, Tiong Jong, itu hanya dugaan saja. Tapi masa bisa jadi, nona Seng ilmu silatnya tinggi. Tentu dalam sedikit waktu ia sudah bisa mendusin. Lagi pula ia ada puterinya Seng Eng, Pocu dari benteng Seng-kee-po yang sangat ditakuti, betul tidak? Nah, mari, kita minum teh."

co Kang cay suguhkan secangkir teh pada kawan mudanya itu, sambil berkata pula. "Tiong Jong legakan hatimu, apa yang aku kata barusan hanya dugaan saja dan rasanya tak mungkin kejadian-" Kembali si orang tua.

Ho Tiong Jong merasakan, tapi kejadian sudah berjalan begitu rupa, ia kobarkan hatinya dengan kata-kata si orang tua tadi.

Hatinya mulai lega dan tak percaya si nona akan mengalamkan malapetaka yang tidak enak atas dirinya.

Dengan begitu, pembicaraan diantara dua sahabat yang senasib tempo hari dalam penjara air, kini dapat berjalan dengan gembira.

"co lopek, bagaimana halnya dengan gunung-gunungan itu, apakah kau sudah dapat menemukan kuncinya untuk masuk kedalamnya?" tanya Ho Tiong Jong sewaktu ia ingat akan riwayat menarik dari gunung-gunungan di kota Jang-ce itu.

"Belum." jawab Co Kang cay, " rumah ku baru saja jadi, mana aku ada tempo untuk pergi kesana? Kebetulan kau sudah datang di sini, maka baiklah kau beristirahat saja dahulu dalam rumahku dua tiga hari, nanti kita bersama-sama kesana, bagaimana kau pikir."

"ow, tentu saja aku dengan senang hati ikut melihatnya." jawab Tiong Jong,

"Bagus, bagus . . ."

Bicaranya co Kang cay belum lampias, sudah dibuat berhenti dengan muncul satu pelayannya yang mengabarkan bahwa diluar ada seorang nona yang hendak ketemu dengan Ho Tiong Jong.

"Seorang nona?" kata co Kang cay, "Eh Tiong Jong apa kau ada membawa teman perempuan kesini?"

"Tidak." -jawab Ho Tiong Jong.

"Tapi katanya ada satu nona yang ingin ketemu denganmu bagaimana pikiranmu?" Ho Tiong Jong terdiam sejenak.

"Baik, silahkan dia masuk ketemu aku," akkirnya ia berkata.

co Kang cay tampak berduka romannya, ia kuatirkan bahwa yang datang itu ada orangnya Perserikatan Benteng perkampungan yang hendak mencari onar. Ho Tiong Jong mengerti akan kedukaan nya si orang tua, maka ia lalu menghibur.

"co Lopek, kau jangan kuatir, Aku bukannya sombong, asal ada orang datang hendak mengganggu ketentramanmu, aku si orang she Ho yang nanti akan mengusirnya. Legakan hatimu, dan percayalah padaku^"

"Ya aku juga tidak takut. cuma saja kalau benar nanti terjadi pertempuran pasti akan mengambil banyak korban jiwa. inilah yang membikin aku tidak tega hati." jawab si kakek sambil menghela napas.

Sebentar lagi tampak sipelayan muncul mengantarkan si nona tetamu masuk diruangan tamu.

"Hei, enci Ie." seru Ho Tiong Jong, ketika melihat tetamunya itu masuk. Memang benar ada Li-lo-sat ie Ya yang datang.

"Ya, aku yang datang." jawab si nona sambil kerllingkan matanya yang tajam.

"Enci ie. bagaimana kau tahu perjalananku dan datang kesini, silahkan duduk." mengundang Ho Tiong Jong, sambil menyodorkan sebuah kursi.

Kemudian sipemuda berkata pada co Kang cay. "co lopek. apa kau sudah tidak mengenali lagi pada nona ie?"

"Siapa dia, Tiong Jong?" siorang tua balik menanya.

"Enci ie masa kau lupa? Dengan pertolongannya pada itu malam, selamatlah kau sampai di kota Yang cie. Kalau bukannya enci Ie yang menolong, niscaya sampai sekarang kau masih nyantel saja di Seng kee-po. Ha ha ha..." co Kang cay kini baru sadar, maka ia buru-buru minta maaf.

"Nona ie, maafkan lohu yang sudah kurang terang matanya, tambahan malam itu ada gelap. hingga aku melupakan wajahmu.Maafkan, nona dan terima kasih atas pertolonganmu itu,"

co Kang cay tutup kata-katanya sambil menjura memberi hormat, tapi ie Ya cepat-cepat mencegah. " Lopek jangan pakai banyak peradatan didepanku. Aku paling benci sama segala peradatan yang mengikat kemerdekaan bergerak."

co Kang cay urungkan maksudnya tapi ia dengan sangat hormat sekali telah menyilahkan si nona ambil tempat duduk.

Setelah si nona berduduk. Ho Tiong Jong menanya. "Enci, kau sungguh baik sekali, selamanya aku merasa berhutang budi padamu. cuma, bagaimana tentang kedatanganmu ini, ada urusan apa, enci ie?""

Ie Ya tertawa tawar. Wajahnya dingin, mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan sorot mata memandang rendah.

"Tiong Jong kedatanganku ini boleh dianggap teman dan juga boleh diangap akan menjadi lawan, Kejadian antara kita yang sudah tidak perlu diingat-ingat lagi." Ho Tiong Jong heran mendengar kata-katanya ie Ya.

Ia memandang parasnya si nona yang cantik dan botoh, yang biasanya menawan hati, kini tampak beringas dan wajahnya seperti yang memandang hina padanya.

"Enci ie, aku penasaran menghadapi sikapmu yang tidak biasanya ini, Kau kenapa? Apkah aku si orang she Ho pernah berbuat kesalahan terhadap dirimu?"

"Kesalahan terhadapku tidak. tapi kau sudah berbuat salah terhadap orang lain-"

"Aku sudah berbuat salah apa?"

"Hmm...." ie Ya menggeram. "Kau ini dimukanya saja seperti orang jujur dan polos, tapi tidak tahunya hatimu lain

dari wajahmu, Kenapa kau masih belum terus terang kesalahanmu, kalau hendak mengaku aku ini encimu?" Ho Tiong Jong bingung mendengar bicaranya Ie Ya.

Posting Komentar