Golok Sakti Chapter 80

NIC

Sebagai jago muda yang belum berpengalaman menuruti hatinya yang polos, maka tadi Ho Tiong Jong sudah mau mengembalikan barang berharga itu kepada Ie Boen IHoei. Kini setelah mendengar keterangannya si erang tua baju kuning, bagaimana berharganya benda itu ada dalam badannya, maka hatinya sangat kegirangan

Ia tahu Sauw- lim-pay ada satu partai terbesar diantara partai-partai lainnya, orangnya sangat banyak dan ilmu silatnya juga sangat tinggi termashur dalam duni persilatan. Kalau dalam menjelajah dunia kangouw, berbuat banyak kebenaran, ia tidak usah kuatirkan dirinya, pasti mendapat perlindungan partai besar itu.

Sambil memasukan benda berharga itu ke dalam kantongnya ia berkata pada Ie Boen Hoei, "cianpwee, terima kasih, Nah, sampai ketemu lagi..."

Setelah berkata Ho Tiong Jong sudah hendak bertindak keluar, akan tetapi kembali telah di cegah oleh Ie Boen Hoei yang menanya kepadanya. "Eh, laote sudah lama kita bicrp. tapi lohu lupa menanyakan namamu ?"

"ouw, boanpwee bernama Ho Tiong Jong."

"Siapa suhumu yang mulia."

"Boanpwee tidak mempunyai suhu."

"Tapi ilmu silatmu barusan boleh juga, malah kau ada keluarkan itu ilmu golok delapan belas jurus dari Siauw- lim-pay. Hanya sayang kau cuma dapat meyakinkan dua belas jurus saja, enam jurus lagi kau tidak yakinkan-"

"Betul, memang boanpwee hanya belajar dua belas jurus saja."

"Dari siapa kau belajar?"

"Maaf, boanpwee tidak bisa kasih tahu namanya siapa?"

Ie Boan Hoei, sebagai murid dari siauw- lim-pay, tentu saja tahu ilmu golok termasyhur itu dari partay ia, maka tadi ketika Ho Tiong Jong mencecar padanya dengan golok Lam thian to, sama sekali tidak dapat menemui sasarannya karena Ie Boan Hoei sudah yakin dengan bagaimana memusnahkannya.

"Sayang." kata Ie Boen Hoei setelah sejenak ia terdiam, "Kalau kau mendapat didikannya seorang pandai seperti In Kie Lojin, kau pasti akan menjadi jago tanpa tandingan dalam kalangan Kangouw, Kau ada mempunyai bakat yang baik sekali, dengan meyakinkan ilmu dari kitab " Kumpulan ilmu silat sejati."

"Eh, cianpwe," menyelak Ho Tiong Jong.

"Ada apa?" tanya siorang tua.

"Itu kitab yang barusan cianpwe sebut ada pada boanpwee." sambil mengeluarkan kitab tersebut dari saku babunya. Ie Boen Hoei menyambuti dan periksa.

"lni benar ada kitabnya, kau dapat dari mana?" tanyanya.

"Boanpwe dapat dari Tok-kay Kang ciong" jawabnya.

Ia menuturkan dengan singkat pertemuannya dengan Tok kay dikuil bobrok dan kitab itu sudah disambit nyangkut diatas pohon dan kemudian diambil olehnya karena merasa sayang kitab itu dipatuki burung.

Sambil mendengarkan Ho Tiong Jong cerita Ie Boen Hoei telah bulak balik lembarannya kitab tersebut, "Ini memang kitab tulen, hanya sayang bagian kedua yang menceritakan keistimewaannya berbagai ilmu silat, sedang pelajarannya dan bagaimana mempraktikkan ilmu silat yang tersebut didalamnya tidak ada, sebab itu dimuat dalam jilid kesatu. Sayang, tapi dalam buku ini juga ada disebut ilmu yang lohu yakinkan yalah "Diluar kemauan hati sejati" sayang kau tidak memiliki yang ke satu."

IHo Tiong Jong berpikir sejenak. setelah mendengar bicaranya si orang tua baju kuning. "cianpwee," katanya, "kitab itu boleh cianpwee ambil, boanpwee senang kasih, cuma boanpwee mohon bantuan cianpwee suka menurunkan ilmu golok keramat Siauw-lim-sie. semuanya ada delapan belas jurus, boanpwee hanya paham dua belas jurus saja, yang enam jurus lagi ini yang boanpwee mohon cianpwee suka menurunkan pelajarannya untuk mana boanpwee merasa sangat berterima kasih sekali." Ie Boen Hoei ketawa ngakak mendengar perkataannya si pemuda.

"Ho Laote," katanya gembira sekali, "permohonanmu aku terima dengan baik, tapi buku ini kau terima kembali saja, sebab ada pada lohu juga tidak ada gunanya. Lohu sudah tua, otaknya sudah macet untuk belajar ilmu kepandaian lebih tinggi lagi, apalagi dalam buku ini semua yang tertulis dari

berbagai partai punya ilmu silat rasanya lohu sudah cukup paham. Kau simpan saja, untuk kau ada gunanya, diwaktu ada tempo lowong kau boleh meyakinkannya, lohu percaya otak mu yang encer dapat belajar dengan sempurna."

Ho Tiong Jong tidak menyangka bahwa orang tua itu menolak dikasih kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati." Ketika ia ulangi lagi maksudnya hendak memberikan kitab dengan setulus hati ditolak. maka ia lalu sisipkan lagi dalam sakunya.

"Mari, kau boleh belajar itu enam jurus lagi dari ilmu golokmu." Ie Boen Hoei mengajak sipemuda hingga Ho Tiong Jong bukan main girangnya.

Ie Boen Hoei telah menurunkan kepandaiannya dengan sungguh-sungguh, tambahan otaknya Ho Tiong Jong mudah menerima pelajaran yang orang berikan dengan beberapa pengujuknya saja, maka enam jurus kekurangannya itu Ho Tiong Jong sudah dapatkan, Dengan mana ilmu golok keramatnya Ho Tiong Jong sekarang sudah menjadi lengkap delapan belas jurus. saking tekunnya ia belajar hingga lupa sama sang waktu, tahu-tahu hari sudah menjelang pagi.

Tiba-tiba Ho Tiong Jong hentikan latihannya dan berdiri bengong. Hal mana membuat Ie Boen Hoei menjadi heran, ia lalu menanya, "Laote kenapa kau? Apakah ada apa-apa yang tiada beres lagi?"

Ho Tiong Jong bengong berdiri, karena saat itu sudah hampir pagi, tapi kenapa racun dalam tubuhnya belum juga bekerja dan merenggut jiwanya? inilah yang ia buat pikiran tidak habis mengerti, maka ia sudah berdiri bengong. " cianpwee, memang ada yang tidak beres, aku telah kena keracunan..."

Selanjutnya ceritakan tentang kena racun Tok kay, kemudian ceng ciauw Nikouwpunya Tok-kim-chi, lalu paling belakang jarum mautnya sikakek aneh dari Liu soa- kok juga

tentang hubungan Seng Glok cin dan Kim Hong Jie, ia telah ceritakan dengan terang kepada Ie Boan Hoei.

Dengan tenang siorang tua baju kuning mendengarkan ceritanya Ho Tiong Jong.

"Boanpwe heran, kenapa racun itu sampai sekarang belum ada reaksinya?" tanya Ho Tiong Jong sebagai penutup ceritanya. Terdengar Ie Boan Hoei tertawa terbahak-bahak.

"Ho laote, kau benar-benar ada seorang yang sangat beruntung, Dua jelita sudah berbareng sudah menyintai dirimu, rasanya tak akan sia-sia pengharapannya . . . ."

" cianpwee, boanpwee bakalan mati, bagai mana bisa bilang demikian ?"

"Anak muda," kata pula Ie Boan Hoei dengan ketawa girang, "kau kini sudah selamat, kesananya kau hanya akan menempuh bahagia saja..."

" cianpwe, kenapa bisa begitu?"

"Barusan, ketika lohu menepuk punggungmu dan kau memuntahkan benda sebesar kepalan, itulah ada racun yang bergempal dan akan membinasakan dirimu kalau saja tidak bisa dikeluarkan dari perutmu. Kini ia sudah keluar, maka dalam tubuhmu sudah tidak ada racun lagi. Umurmu bisa jadi seratus tahun, percayalah kepada lohu" Ho Tiong Jong terbengong mendengarkan keterangan si orang tua baju kuning.

" Laote." kata pula Ie Boan Hoei, " lohu sudah banyak pengalaman dalam dunia Kang ouw, kejadian apa saja sudah tahu, Bahwa dalam dirimu akan mengeram racun lohu juga sudah tahu siang-siang, Melihat air mukamu, lohu tidak perca yakau bisa mati karena racun. Kau mestinya panjang umur, bukan mustahil kau nanti mengangkat namamu termashur dalam rimba persilatan-"

Ho Tiong Jong kegirangan mendengar kata-katanya si orang tua baju kuning.

Tidak dinyana ia bisa sembuh dari keracunan dengan cara kebetulan ketemu Ie Boen IHoei, ia percaya omongannya si orang tua karena ia merasakan sendiri tubuhnya merasa sangat segar dan kuat sekali, pertolongan gaib.

" Laote," Ie Boen Hoei berkata pula. " racun ketemu racun dalam tubuhmu telah berhantam dan saling bergempal, sukur kau ketemu lohu, kalau tidak rasanya sukar ketolongan jiwamu kalau tidak ada si Dewa obat Kong Jat Sin yang memberikan pertolongan dengan obatnya yang istimewa. Tapi Laote, lohu sudah mendapat keyakinan, bahwa ilmu tenaga dalammu sangat hebat sekarang, jalannya darah sudah ncrmal kembali, semangatmu juga sudah berubah, bagaimana apa kau tidak merasakan itu semua?"

Mau tidak mau Ho Tiong Jong telah anggukan kepalanya, memang benar apa yang di katakan oleh orang tua itu

Dengan suara terharu saking berterima kasih dan kegirangan Ho Tiong Jong telah berkata. " cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee harus membalas budi cianpwee yang sangat besar ini, hingga jiwa boanpwee terluput dari kematian-"

"Ho laote." memotong Ie Boen Hoei, "pertolongan yang keluar dari hati yang tulus tidak memerlukan terima kasih, bukankah kau ada mengatakan demikian?"

Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, hanya matanya memandang si orang tua dengan mengembang air mata terima kasih.

Dilain saat Ho Tiong Jong sudah riang gembira. Mereka satu dengan lain cocok pikiran, maka tidak heran mereka telah mengikat tali persahabatan-

Ketika sudah terang tanah, Ho Tiong Jong dan Ie Boan Hoei jalan sama-sama sampai sepuluh li jauhnya, kemudian mereka berpisahan, Ie Boan Hoei meneruskan perjalanannya ke barat daya dengan membawa jenazah nya sang kakak. selang Ho Tiong Jong telah mengambil jurusan lain-

Sepanjang jalan Ho Tiong Jong pikirkan, sekarang ia harus menuju kemana? Menemui Seng Giok cin? Menyambangi Kim Hong Jie?

Dua nona yang sekaligus menyintai dirinya sungguh ia harus merasa bangga, tapi ia tidak berani untuk mengunjungi salah satu diantara nya.

Pikirnya, sekarang masih belum waktunya, paling baik sekarang ia menuju ke Yang-ce untuk menemui sahabat tuanya co Kang cay. Siapa tahu orang tua sudah bersiap-siap dengan rencananya untuk menyelidiki gunung-gunungan yang mengandung riwayat istimewa ialah didalamnya ada tersimpan baskom ajaib yang bisa membuat uang yang sedikit ditaruh didalamnya bisa berubah banyak dan satu patung wanita cantik, kalau dapat tidur bsrsama-sama dengannya akan merasakan kehangatan dan semangat segar serta kekuatan tenaga dalam juga dapat bertambah.

Demikianlah setelah mengambil keputusan, ia telah membeli pakaian baru dan seekor kuda untuk perjalanannya. Dalam pakaian yang baru, tentu saja Ho Tiong Jong punya paras yang tampan semakin menyolok saja.

Roman cakap. pengawakan gagah, dengan sebilah golok digantung diatas kuda. Ho Tiong Jong telah menarik banyak orang yang mengagumi dirinya. Setelah menangsel perutnya, pemuda gagah itu telah melanjutkan perjalanannya.

Disepanjang jalan ia mengenangkan dua jelita, yang saat itu entah bagaimana keadaannya, karena mereka menganggap dirinya akan mati karena racun, sekarang ia tidak sampai mati maka seandainya ketemu dengan mereka,

bagaimana girangnya mereka itu, sukar untuk dapat dibayangkan-

Rumahnya co Kang cay ada dalam sebuah desa termasuk bilangan kota jang-ce.

Jauh juga perjalanan yang ditempuh oleh Ho Tiong Jong, akhirnya ia sampai juga ke-desanya co Kang cay. Kebetulan sekali ketika ia sampai, didepan sebuah rumah tampak berdiri seorang tua dan ia bukan lain dari co Kang cay sendiri.

Sambil melambai-lambaikan tangannya orang tua itu agaknya hendak menyongsong kedatangannya belum leluasa dan masih pakai tongkat, maka Ho Tiong Jong agak terkejut.

Ia bedal kudanya dan sebentar saja sudah berada di muka rumahnya co Kang cay. cepat-cepat ia turun dari kudanya dan menubruk si sahabat tua. Mereka saling peluk dengan penuh kegirangan.

"co lopek. memang tidak salah dugaanku, kau sedang membangun rumah" kata Ho Tiong Jong dengan roman girang.

"Tiong Jong, kita bicara didalam." kata co Kang cay, sambil menarik tangannya si pemuda.

"Eh, nanti dahulu, bagaimana dengan kudaku?" kata Ho Tiong Jong Jenaka.

"Ah, itu mudah saja, kasihkan saja orangku yang urus."

Posting Komentar