Golok Sakti Chapter 79

NIC

" Kenapa kau menolong dia ?"

"Karena boanpwee mendengar pembicaraan kedua cianpwee dan tahu bahwa kakak cian-pwee ada seorang yang berhati mulia, maka dengan melupakan kepandaian boanpwee yang rendah sudah coba menolongnya jangan sampai tubuhnya menjadi hancur lebur jatuh ke- dalam jurang."

Orang tua baju kuning itu memandang wajahnya sipemuda.

"Laote perbuatanmu itu sungguh membuat lohu sangat berterima kasih, sebab kalau tidak kau datang menolong niscaya mayatnya kakak lohu kini sudah menjadi makanannya binatang liar."

"Ah, itu tidak ada artinya, pertolongan boanpwee itu hanya disebabkan merasa simpati kepada kakak cianpwee dan boanpwee beruntung sudah dapat menolong dirinya, hati boanpwee sudah merasa sangat girang, Boanpwee tidak mengharap cianpwee punya ucapan terima kasih, Tapi boanpwee ingin juga tahu sedikit urusannya, kenapa cianpwee berbuat demikian kejam kepada saudara sendiri"

si orang tua baju kuning unjukkan roman sedih.

"Lohu bernama Ie Boen Hoei," orang tua itu menutup "Pada duapuluh tahun yang lampau lohu sangat akur dengan kakak. tapi setelah lohu mendapatkan ilmu yang dinamai "Diluar kemauan hati sejati" tabeat lohu berubah menjadi penjahat besar sangat ditakuti.

Kecuali lima tokoh, dalam rimba persilatan semua jago dikalangan hitam maupun putih jerih terhadap lohu. Nama lohu dalam dua puluh tahun belakangan ini menjadi sangat busuk. Kakak lohu yang mendengarnya merasa tidak tega saudaranya melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan jahat, maka dia sudah berulang kali datang menasehati pada lohu dan terus-terusan berdoa supaya lohu kembali menjadi orang baik-baik. Hal mana membuat lohu menjadi jemu dan akhirnya

dia mendiamkan kematian ditangan lohu menjadi adiknya yang tidak berbudi."

Ho Tiong Jong diam-diam mengutuk perbuatan si orang tua baju kuning.

Lalu terdengar pula Ie Boen IHoei berkata, "Laote, lohu sangat menyesal atas perbuatan lohu tadi, Kakak lohu sebenarnya ada calon kepala dari gereja Siauw lim sie, tapi dia tidak mau memangku jabatan itu karena terus-terusan dia mengikuti lohu sebagai bayangan, maksudnya yalah hendak mengincarkan perbuatan lohu yang tidak punyaperi kemanusiaan- syukur sebelumnya dia mati, dia tahu bahwa lohu sudah menyesal."

"Ya, tidak apa," menyelak Ho Tiong Jong "cianpwe sekarang sudah menyesal, maka kakak Cianpwee juga abahnya tentu sudah merasa senang dialam baka."

"Lote, perkataanmu tepat betul. Kau sebenarnya hendak kemana? Kalau tidak keberatan marilah mampir dahulu dirumah lohu." demikian mengundang Ie Boen IHoei.

Waktu itu keadaan sudah lewat tengah malam, Pikirnya, semestinya jam sembilan tadi jiwanya sudah melayang, tapi kenapa sampai sekarang ia belum mati ?

Ho Tiong Jong terima baik undangannya si orang rua baju kuning. Sesampainya didalam rumah, tampak mukanya Ho Tiong Jong sangat pucat. Ia merasakan terus terusan eneg kepingin muntah.

Ie Boen Hoei yang melihat demikian lantas menanya, "IHei, laote, wajahmu kelihatan pucat sekali, kenapa apa kau kurang enak badan ?"

Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepala, ia sudah tidak tahan kepingin muntah tapi tidak berani muntah dalam orang punya rumah, kelakuannya itu membuat Ie Boan Hoei merasa heran, maka ia setelah meletakan mayat kakaknya

dipembaringan, lantas menghampiri sianak muda dan dipandangnya dengan teliti, Diam-diam ia merasa kaget, tanpa berkata baa biii bu lagi, lantas saja menyekal baju Ho Tiong Jong dibagian tengkuk dan sebelah bawah pinggangnya, kemudian diangkat ditunggingi,

celaka pikir Ho Tiong Jong ia menyaksikan kekejaman si orang tua baju kuning ini, pikirnya, mungkin saat itu ia sudah timbul hati jahatnya dan hendak membunuh dirinya, makanya ia angkat tubuhnya diterbaliki demikian.

oleh karena itu, maka sipemuda itu sudah berontak- rontak, Kakinya menendang tangannya menyerang dengan hebat, Tiba-tiba Ie Boan Hoei membentak. lantas tubuhnya si pemuda dilempaikan keluar rumah hingga jatuh duduk. Bukan main sakit pantatnya, matanya dirasakan berkunang-kunang.

Ia merangkak bangun lagi, ketika ia terdiri dihadapannya sudah berdiri Ie Boan Hoei dengan muka bengis. Kemudian ia merasakan mau muntah tapi ia terus menahannya. Pikirnya, sebelumnya mati ia hendak menunjukkan kepandaiannya yang istimtwa kepada orang tua dihadapannya. maka seketika itu ia telah mencabut goloknya "Maen-tian-to". Dengan senjata mana ia lantas bergerak menyerang pada Ie Boen Hoei.

Ilmu golok keramat yang dua belas jurus telah diperlihatkan oleh si pemuda, akan tetapi ternyata tidak dapat menyentuh meskipun ujung bajunya saja si orang tua.

Ternyata kepandaiannya sangat lihay, semua gerakan goloknya seperti yang sudah diketahui lebih dahulu kemana arahnya.

Ho Tiong Jong menjadi jengkel, makanya rasa "nak" semakin menjadi jadi saja, ia lantas keluarkan ilmunya "Tok- liong ciang-hoat" warisan Tok-kay Kang clong, ilmu ini sangat bagus dimainkan olehnya, akan tetapi sayang sekali ia tidak tahan lama bertempur. Karena rasa "nak" semakin tak tertahan dan akhirnya ia muntah-muntah.

Menggunakan kesempatan ia sedang muntah, Ie Boen IHoei menghampiri dan menepuk punggungnya dan satu benda segede kepalan keluar dari mulutnya.

"Ha ha ha..." demikian terdengar Ie Boen IHoei ketawa, "Selamat, selamat, kau kini sudah baik dari penyakitnya."

Ho Tiong Jong terbelalak matanya. ia heran melihat kelakuannya Ie Boen Hoei sebab tadi melek-melek ia melihat orang tua itu demikian beringas dan menyerang kepadanya dengan tanpa sungkan-sungkan dalam pertempuran barusan, tapi kini mendadak saja sudah berubah sikapnya menjadi ramah tamah sebagai seorang sahabat. Ie Boen Hoei mengerti apa yang dipikirkan oleh sipemuda maka ia lalu berkata.

"Laute, maafkan lohu sengaja seperti yang benar- benar mau mengambil jiwa mu, supaya kau dengan sungguh-sungguh menempur lohu. Dengan begitu perasaan "nak" kepingin muntah lebih hebat lagi, ini ada maksud lohu supaya oleh karena racun yang mengeram dalam tubuhmu dapat terdorong keluar.

Barusan, ia sudah hendak keluar kau masih mau tahan- mesti lohu jadi tidak sabaran dan menepuk punggungmu sehingga ia mencelat juga keluar. Kau tahu itu benda yang bergumpal dari mulutmu itu ada racun yang sangat berbisa, yang membuat dan jadi merasa hidupmu."

Mendengar keterangan ini, barulah Ho Tiong Jong mengerti sikapnya siorang tua baju kuning yang sebenarnya bermaksud baik untuk dirinya.

Berbareng ia rasa "nak" hilang, malah seluruh badannya dirasakan sangat segar dan bukan main bersemangat setelah benda yang bergempal sebesar kepalan tadi sudah dikeluarkan dari mulutnya.

"cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee dapat menyatakan terima kasih baonpwee atas pertolongan Cianpwe ini." kata Ho Tiong Jong hormat.

Ie Boan Hoei tertawa bergelak-gelak.

"Laote." katanya, "seperti barusan kau bilang, pertolongan pada kakak lohu tidak memerlukan terima kasih, maka lohu juga tidak perlu terima kasihmu, Lohu merasa senang telah berbuat suatu untuk kebaikanmu."

Ho Tiong Jong melongo. orang tua ini benar-benar kocak. masih ingat saja perkataannya tadi. Kemudian dengan bersenyum ia menanya.

"cianpwe, cara bagaimana cianpwee tahu bahwa dalam tubuh boanpwee ada mengeram racun?"

"Laote, itu mudah sekali, Lohu yang sudah banyak pengalaman dalam kalangan kangouw sekali lihat saja keadaanmu, lantas sudah dapat menebak seratus persen apa yang diderita olehmu, Tadi, kalau lohu mengatakan terus terang, tentu kau tidak akan percaya, maka juga lohu sudah berpura-pura seperti orang jahat menghendaki jiwamu, hingga kau menempur lohu dengan mati-matian.

Ini perlu karena dengan keluarkan banyak tenaga, rasa kepingin muntah semakin menjadi-jadi dan akan mendorong racun lebih lekas keluar. Buktinya kau lihat sendiri barusan-..."

Ho Tiong Jong kembali membuka mulutnya hendak mengucapkan terima kasih, akan tetapi urung, karena si orang baju kuning geleng-gelengkan kepala sambil goyang tangannya.

"cianpwee, boanpwee sudah menerima budimu," demikian Ho Tiong Jong rubah perkataan yang mau diucapkan tadi, "biar bagaimana boanpwee tidak akan melupakannya. Nah sampai disini kita berpisahan, karena ada mempunyai urusan lain yang meminta perhatian boanpwee."

orang tua itu tidak bisa menduga karena urusan Ho Tiong Jong itu, hanya ia memesan kalau seandainya Ho Tiong Jong

ada urusan apa apa yang memerlukan pertolongan lupa datang kepadanya di gereja Siauw lim-sie di gunung Ko-san.

"Terima kasih." jawab Ho Tiong Jong. "boanpwee akan perhatikan ini."

Kemudian dia angkat kaki berlalu, tapi belum berapa tmdak. mendadak dipanggil balik oleh Ie Boen Hoei dan kemudian diajak masuk pula kedalam rumah.

Ie Boen IHoei menghampiri mayatnya sang kakak. dari sakunya ia mengeluarkan sebuah gelang dari batu kumala berwarna hijau, lalu disertakan kepada Ho Tiong Jong sambil berkata.

"Laote, kau terimalah ini barang wasiat sebagai warisan dari kakek lohu yang sudah meninggal dunia. Sejak kakek sebagai murid Siauw lim sie, menerima gelang kumala hijau ini terus-terusan dibawa di badan-nya. Gelang ini merupakan benda kepercayaan dari Siauw lim pay, siapa saja orang-orang dari Siauw lim-pay melihat ini akan tunduk dan menghormat seperti juga ketemu dengan ketuanya."

Benda kepercayaan ini ada berbagai warna, yang termulia adalah warna putih, lalu merah, kemudian hijau, hitam dan lainnya. Semua ada lima warna untuk membedakan tingkatan, sekarang dikalangan hweshio Siauw lim-pay yang memegang benda kepercayaan itu, kecuali kakak lohu adalah Beng Ti Taysu, seorang yang berilmu silat tinggi dan ilmu Budha-nya juga sangat dalam...."

"Beng Ti Tay-su ada mempunyai gelang warna hitam, dia ada sutit (keponakan murid) dari kakak lohu, Yang memiliki gelang batu kumala tingkatannya paling atas, lainnya gelang demikian terbikin dari emas, perak dan selanjutnya. Semua ada benda benda kepercayaan yang harus di hormati."

Ho Tiong Jong pandang bulak-balik gelang dari batu kumala hijau itu.

"cianpwee, benda ini ada miliknya Taysu yang telah meninggal tidak seharusnya berada pada boanpwee, juga boanpwee tidak memerlukan, maka boanpwee harap cianpwee suka menyimpannya saja,"

"Kau keliru, laote " jawab Ie Boen Hoei, " Dalam kalangan Kang ouw itu, tidak sedikit bahayanya. Soal sedikit bisa ditiup-tiup menjadi besar maka dalam perjalananmu sebagai seorang Kang-ouw yang masih belum berpengalaman perlu memiliki benda serupa itu. Bukan saja lohu, tapi kakak lohu yang sudah jadi orang halus tentunya akan merasa senang memberikan itu untuk melindungi dirimu. Misalnya dalam bentrokan karena salah paham, kau tak dapat mengatasinya karena lawan ada jauh lebih kuat, mudah saja kau perlihatkan benda itu kepada Beng Ti Taysu dari gereja Siauw-lim si, bilang padanya kau dapat itu dari kakak lohu, pasti dia akan membuang waktunya untuk mengurus urusanmu. Kalau kau ada dipihak betul, kau akan mendapat perlindungan dari semua orang Siauw lim-pay."

Posting Komentar