Golok Sakti Chapter 74

NIC

"Iyah dah. aku tidak berani lagi." jawab sipemuda bergurau.

Seng Giok Cin ketawa, Suasana menjadi gembira lagi, keduanya meneruskan percakapannya. Seng Giok Cin menyatakan pikirannya.

" Engko Jong meski betul katanya kau tak iapal ditolong lagi, tapi apa salahnya sebelumnya waktunya sampai, kita berdaya untuk mencari pemunah racun yang ada ditubuhmu. Siapa tahu Tuhan memberkahkan kita dapat hidup bahagia nanti?" Ho Tiong Jong diam saja.

Tapi otaknya bekerja, ia pikir, tubuhnya sudah tiga kali kena racun. Pertama karena goresan kukunya Tok-kay, kemudian Toat-kim chi dari ceng ciauw Nikow yang ia gigit dengan giginya, lantas belakangan diinjeksi oleh jarum mautnya si kakek aneh dari Lembah Pasir Berjalan-

Tiga macam racun sudah mengaduk dalam tubuhnya, mana mungkin dirinya ketolongan dari bahaya kematian.

Melihat sipemuda diam saja. Seng Giok Cin meneruskan bicaranya.

"oo, ya.... sekarang aku baru ingat, Locianpwee Kong Yat Sin sering-sering datang ke gunung Po kay san menyambangi seorang sahabatnya untuk bercakap-cakap. Dari sini gunung itu jaraknya hanya seratus lie saja. Aku kira, dalam waktu dua jam kita sudah bisa sampai, Siapa tahu peruntunganmu panjang umur, dengan Tuhan Yang Maha Esa kau dapat di tolong. Dia ada mempunyai hubungan baik dengan ayahku, maka aku akan minta supaya bagaimana juga ia dapat menolong dirmu. Eh bagaimana kau pikir?"

Ho Tiong Jong terbuka sedikit harapannya, ia menyetujui usulnya si nona untuk pergi kesana.

Disaat mereka pada bangun berdiri dari duduknya, tiba tiba muncul Souw Kie Han dihadapan mereka.

"Hei, kalian lagi merundingkan apa lagi bukan lekas pergi?" tegurnya kasar.

Ho Tiong Jong beringas, Agaknya ia sangat marah pada si kakek yang menginjeksi dirinya dengan jarum mautnya. Tapi sebelum pemuda membuka suara, Seng Giok Cin menalangi padanya menjawab. "Hii, kau ini orang tua bawel benar, sekarang juga kira memang hendak meninggalkan tempatmu"

Souw Kie Han melihat sepasang matanya si nona merah seperti habis menangis, hatinya menjadi lemas. Tidak tega berlaku keterlaluan, ia hanya menyuruh supaya mereka buru buru meninggalkan tempat itu.

Matanya Ho Tiong Jong mendelik, "IHm...." ia menggeram, "kalau kepandaianku diatasmu, aku akan membereskan kau kakek serakah ini mengangkangi seluruh gunung."

Souw Kie Han berubah wajahnya, ia tidak senang mendengar perkataan Ho Tiong Jong. "Bccah, kau jangan banyak omong. Sekali lagi kau berani berkata begitu awas" demikian ia mengancam.

Ho Tiong Jong meluap amarahnya.

Ia nekad dan hendak menempur lagi si kakek, meskipun ia sudah dipecundangi dan tahu bahwa kepandaiannya belum nempil untuk melayani si kakek. Pikirnya, sudah kepalang, tokh dirinya bakalan mati, Takut apa sama si kakek yang kejam itu.

Tapi Seng Giok cia lebih sabar, ia tahu meski ia berdua bersatu juga mengerubuti si kakek masih bukan tandingannya, apa lagi Ho Tiong Jong seorang diri menghadapinya, maka ia sudah kasih isyarat kepada sipemuda dengan kerlingan matanya.

"Sabar Locianpwee, jangan berbuat sekasar itu kepada kami, Tokh kami hanya menginjak Liu soa-kok hanya untuk sekali ini saja, untuk apa kau jadi marah?"

Si kakek mendengar tata bahasanya demikian halus dan merendah, hatinya lemas, Terdengar ia menghela napas, kemudian berkata.

"Ya, kalian tidak tahu kesusahan hati lohu. Sebenarnya, lohU tidak punya maksud memberlakukan kalian kasar. "

Ho Tiong Jong mendengar perkataannya si kakek, lantas terlintas dalam ingatannya suatu penemuannya tempo hari. "Aku tahu kau punya kesusahan hati ," katanya Souw Kie Han berubah wajahnya, ia mengawasi si pemuda sejenak. "Bagaimana kau tahu kesusahan lohu ?"

"Kau tentu sedang memikirkan benda wasiat yang kau cari tak ketemu, bukan ?"

Si kakek tergetar hatinya, ia heran kepada pemuda ini dapat menebak dengan tepat kesusahan hatinya ?

"Apa artinya perkataanmu itu," tanya sikakek.

"Sekarang kau terangkan dahulu kesusahan hatimu, nanti aku akan kasih tahu apa apa yang membuat terhibur kesusahanmu?"

si kakek terheran heran mendengar bicaranya Ho Tiong Jong.

"Ya. lohu sudah puluhan tahun lamanya-tapi selama itu belum juga dapatkan benda yang lohu maksudkan-"

Ho Tiong Jong ketawa, "Aku tahu kesusahan ini, kau lentu mencari itu patung yang melukiskan tubuhnya satu wanita elok. benar tidak?"

"Hei bocah" teiiak si kakek, "Kau bohong mana bisa jadi kau dapat menemukan benda itu digunung Sie ban-leng ini, tentu kau menemukannya diluar gunung."

"Aku sudah memegangnya, aku sudah melihatnya, bahkan sudah membaca apa bunyinya tulisan yang diukir pada patung sicantik itu." jawab Ho Tiong Jong. souw Kie Han terbelalak matanya, ia mengawasi si pemuda tanpa berkesiap.

"Bocah, kau lekas beritahukan pada lohu, dimana letaknya dan apa patung itu sudah di ambil olehmu. Bicara lekas, kalau sedikit, membohong lohu tidak perkenankan meninggalkan tempat ini. Mungkin lohu akan membuka pantangan membunuh dan hilangkan jiwa kalian."

Seng Giok Cin terkesiap hatinya, ia jerih juga menghadapi si kakek yang sedang kalap mendengar berita tadi dari Tiong Jong.

Tapi sebaliknya Ho Tiong Jong tidak takut, ia tertawa bergelak-gelak. " Kakek kejam, aku Ho Tiong Jong tidak nanti takut dengan ancamanmu sekarang mati dan nanti mati, untukku sama juga bukan?"

Souw Kie Hanjadi melongo. Memang benar juga kata- katanya sipemuda, ia sudah kena jarum injeksi mautnya lagi beberapa jam menemui kematiannya, kalau sekarang ia membunuhnya sama juga, tidak banyak bedanya ada terlebih cepat ia menemui kematiannya.

Ia menyesal sendiri tidak dapat memunahkan racun jarum mautnya, kalau tidak boleh ia memunahkan dahulu racun yang pada ditubuhnya si pemuda untuk mengorek rahasia yang diketahui oleh sipemuda itu dengan jalan menyiksa dirinya.

Kini gertakannya tidak mempan- Maka dengan mendongkol ia sudah tinggalkan pergi sepasang muda mudi itu.

Mereka juga tidak ambil perduli si kakek dan lantas angkat kaki dari situ. Tapi tidak dinyana si kakek kemudian balik lagi dan menegasi, katanya. "Hei bocah, apa patung itu kau sudah ambil?"

"Tidak" jawab Ho Tiong Jong sambil terus berjalan, hingga si kakek menjadi tidak senang pertanyaan dianggap sepi. Dalam gemasnya, ia sudah keluarkan kepandaiannya menotok dari jarak jauh, sebentar lagi Ho Tiong Jong dan sinona pada jatuh rubuh.

"He he he," si kakek tertawa aneh, ketika melihat korbannya rubuh, ia datang menghampiri lalu keluarkan rantai wasiatnya, dan merantai muda mudi itu diikatnya pada pohon masing-masing sejarak kira kira satu tumbak.

Mereka diikat berhadap hadapan, Setelah mana ia lalu membuka pula semua totokannya, sehingga saling susul Seng Giok Cin dan Ho Tiong Jong mendusin,

Si nona merasa girang, ketika siuman melihat Ho Tiong Jong tak kurang suatu apa hatinya lega, sebaliknya sipemuda, ketika membuka matanya bukan main gusarnya pada Souw Kie Han, ia mencaci maki si kakek.

"Kau ini tua bangka tidak tahu diri, kejam dan tidak punya peri kemanusiaan-Bagaimana tidak hujan tidak angin mau berlaku sewenang-wenang lagi pada kami? Apa belum puas dengan jarum mautmu yang ditusukkan kepadaku."

Tapi Souw Kie Han tidak jadi marah, malah ia ketawa terkekeh kekeh.

"Kau sayang pada dia?" tanyanya kemudian sambil menunjuk pada nona Seng.

"Tentu, kan mau berbuat apa?" sahut Ho Tiong Jong beringas.

"He he he, kalau kau sayang padanya, lekas cerita terus terang, lohu tidak akan mau mengganggu seujung rambutnya?"

"Tidak. kau jangan kena digertak olehnya, Engko Jong, kalau kau menuruti kemauannya aku akan membenturkan kepalaku mati disini" demikian si nona berkata dengan suara gemas dan pasti.

"He he, dia cerita juga boleh kenapa?"

"Tidak. aku tidak suka menyenangkan hatimu, Kau kakek kejam."

"Bocah, kau jangan bikin lohu jadi marah" bentak Souw Kie Han pada nona Seng.

"Tidak. aku tidak takut kau marah, Eh, Engko Jong kalau kau memberitahukan kepadanya aku akan menggigit lidahku untuk mati disini."

Souw Kie Han benar benar marah, ia angkat tangannya menampar pipinya si nona hingga bersuara nyaring, Sinona sangat malu di hina demikian rupa seumur hidupnya ia baru mengalamkan kejadian itu. Dengan air mata bercucuran ia memaki si kakek kalang kabut, tapi tidak diladeni oleh Souw Kie Han.

Di lain pihak Ho Tiong Jong perih hatinya melihat kekasihnya diperhina demikian rupa oleh si kakek. tapi apa daya? ia tidak mempunyai tenaga untuk melawannya, ia hanya menyesalkan dirinya yang tidak punya guna.

Tapi Souw Kie Han juga sesudah menampar si gadis harinya merasa sangat menyesal ia terburu napsu bukannya ia

punya maksud untuk menghina seorang wanita, ia berbuat demikian karena tidak tahan oleh perasaan gusarnya. Ia lalu menghadapi Ho Tiong Jong dan berkata.

"Bocah lohu sudah mengambil ketetapan untuk melepaskan kau dan dia. Tapi dengan syarat, yalah ke satu kalau kalian sudah merdeka kau menjamin dia tidak akan membikin pusing lohu, kedua kau harus bersumpah bahwa benda itu masih dipuncak gunung ini tidak dibawa olehmu. Bagaimana kau sanggup?"

Si kakek rupanya merasa kuatir juga si nona kalau sudah dimerdekakan akan ngamuk dan merangsak dirinya, Meskipun ia sendiri tidak takuti Seng Giok Cin tapi biar bagaimana juga ia merasa sungkan melayani seorang anak perempuan yang pantas menjadi buyut-nya.

Ho Tiong Jong pikir-pikir syarat-syaratnya itu dapat diterima sebab kalau ia terus membandel, dikuatirkan si nona akan mendapat tambah penghinaan yang tak ada perlunya dari si kakek. Maka ia lalu mengawasi pada Seng Giok Cin, seakan-akan yang meminta persetujuaanya .

Seng Giok Cin mengerti, ia pikir memang tidak ada gunanya membandel. Paling perlu lekas-lekas mereka dapat kemerdekaannya, supaya Ho Tiong Jong cepat-cepat mendapat pertolongan dari Kong Jat Sin. Maka ia lantas mengasih isyarat dengan matanya, bahwa ia mupakat sipemuda menerima baik syaratnya slkakek.

"Bagaimana? "si kakek mendesak.

"Ya, aku terima syaratmu itu. Kalau aku membawa patung itu, biarlah langit dan bumi menghukum diriku?"

Souw Kie Han tertawa gelak-gelak.

Ia percaya perkataan sipemuda, maka seketika itu ia telah melepaskan mereka lagi. Seng Giok Cin cepat-cepat mengajak Ho Tiong Jong meninggalkan tempat itu.

Mereka menuju ke gunung Po-kay san- Di sepanjang jalan, mereka bercakap-cakap meskipun di wajah mereka kelihatan gembira, tadi dalam hati masing-masing cuma Tuhan yang tahu, Mereka kuatir akan gagal racun pada tubuh sipemuda tak dapat ditolong karena tidak dapat menemui Dewa obat Kong Yat Sin-Mereka beli seekor kuda naiki berdua,

Posting Komentar