Golok Sakti Chapter 71

NIC

Ciauw Soe See menjadi ketakutan, untung Kim To Lip datang menyelak. katanya,

"Kie Han, kaujangan bikin anak kecil ketakutan, kalau ada mempunyai kepandaian boleh keluarkan untuk memecahkan barisan kami."

Souw Kie Han melotot matanya, ia tidak senang dengan perkataannya Kim Pocu yang memandang rendah rasa dirinya. Tapi sebelum ia membuka mulut, Kim Toa Lip sudah berkata pula.

"Kie Han, kami memang sudah mendengar tentang kematian isterimu yang elok itu, tapi sekarang kau bertempur, jangan bercabang hatimu. Kau harus menggunakan kepandaianmu dengan sungguh-sungguh,sebab tidak gampang-gampang kau bisa lolos dari barisan kami ini ada warisan dari nenek moyang kami, yang pada seribu tahun yang lalu pernah mengepung seorang pendekar yang luar biasa kepandaian ilmu silatnya dan membuat dia mati kutu."

"Baiklah aku akan pecahkan barisan kalian" Pikirannya, paling dahulu ia harus menjatuhkan Kim Toa Lip yang menjadi kepala barisan, Kalau kepalanya sudah jatuh, badan dari buntutnya lantas kalut dengan sendirinya.

Tapi ia tidak mengira, bahwa Kim Toa Lip bukan makanan empuk. Karena begitu ia menyerang, Kim Toa Lip sudah gunakan Kim liong kiam untuk melayaninya.

Pedang pusakanya amat berat hingga angin yang keluar dari pedang itu juga bukan main beratnya dirasakan oleh si kakek.

Tiga gebrakan lekas sekali telah berlalu, Ternyata Kimpocu dapat memainkan pedangnya dengan enteng dan kokoh sekali pertahanannya, Diam-diam si kakek menjadi kaget pikirannya, "Ini satu Kim Toa Lip saja sudah sukar dijatuhkan cepat-cepat, bagaimana kalau aku sebentar dikerubuti oleh yang lain-lainnya?

Kalau kepandaiannya mereka ada jauh dibawahnya Kim Toa Lip tidak apa, tapi kalau rata-rata kepandaiannya berimbang saja, sukar buat aku keluar dari barisan ini....

Tiba tiba ia mendengarkan Khoe Cong berkata, "Kim toako, kau jangan serakah, kasihlah aku mendapat giliran untuk melayani si kakek. tanganku sudah gatal benar." Khoe Cong berkata sambil tertawa, hingga Souw Kie Han menjadi mendelu hatinya.

"Jangan kuatir Khoe hiante, segera kau juga mendapat gilirannya, Aku juga tidak serakah mengangkangi sendiri." sahut Kim Pocu,

"Tidak. kasih aku yang mendapat giliran dahulu." inilah suaranya Coa Tong Kang.

Kemudian disusul oleh suaranya Seng Pocu. "Tidak bisa aku harus mendapat giliran terlebih dahulu, sesudahnya Kim toako."

Demikian orang ramai meminta pada dulu-dulu mendapat giliran melayani si kakek, hingga Souw Kie Han dibuat pusing kepalanya, ia sangat mendelu hati, ia gusar sekali.

Pikirnya orang sangat memandang rendah terhadap kepandaiannya. Bagaimana juga ia harus memecahkan barisan ini, barulah mereka tahu Souw Kie Han punya kelihayan-

Sementara itu pedangnya Kim Toa Lip telah mendesak dengan keras sekali, hingga mau tidak mau perhatiannya di tumplek kepada Kim Toa Lip. Apa mau tidak diduga sama sekali, ketika ia berkelit dari serangan pedang Kim Toa Lip ada angin yang meny amber dari samping, itulah Ciauw Toa-nio yang mengirim serangan dahsyat.

Matanya mendelik bahna gusar, tapi sebelumnya ia dapat membalas serangan orang, kempa li dari lain jurusan, ia diserang, ia dihujani serangan dari segala jurusan, boleh dikatakan dari delapan penjuru angin hingga ia repot sekali menangkis serangan yang dilakukan dengan senjata.

Souw Kie Han dalam marahnya sudah mainkan sepasang lengan baju besinya yang ampuh, hingga angin menderu- deru dan pasir batu pada berterbangan karena kesemprot oleh angin pukulannya yang hebat.

Kim Toa Lip masih terus dengan tenang mengendalikan serangannya.

Pada suatu saat ia mengirim tusukan tajam, tapi Souw Kie Han cepat merubah posisinya, hingga Kim Toa Lip kepaksa merubah tusukan pedangnya menjadi membabat, inilah yang ditunggu-tunggu oleh si kakek karena ia melihat Ciauw Toa-nlo merogoh sakunya hendak menerbangkan pula senjata gelapnya.

Maka diwaktu ia berkelit dari babatannya Kim Toa Lip lengan bajunya lantas menyerang kearahnya Ciauw Toa-nio, hingga senjata rahasia sinenek yang hendak diayun jadi urung dan ia sendiri sempoyongan terkena angin pukulan lengan bajunya si kakek, napasnya dirasakan menyesak dan hampir ia rubuh pingsan-

Serangan si kakek tadi ada tipu ilmu silat yang dinamai "Pek in Cat san" atau "Awan putih keluar dari gunung" yang hebat sekali hingga Ciauw Toa-Nio tidak tahan- Untung Ciauw Toa Lip melihat bahaya, Menampak kawannya kena dihajar

oleh angin pukulan musuh, segera ia menerjang si kakek dengan gaya "Iblis bermain mata" ia mengirim serentetan tusukan pedang sehingga Souw Kie Han tidak punya kesempatan untuk mengambil jiwanya si nenek yang sangat menyebalkan hatinya. Dengan begitu Ciauw Toa-Nio dapat ketolongan jiwanya.

Hebat tipu serangan iblis bermain mata dari Kim Toa Lip tadi, sebab dua belas tusukan pedang mengarah pada dua belas tempat jalan darah yang penting pada tubuhnya si kakek aneh dari goa Pekscong-tong itu.

Tapi dasar ilmu silatnya lebih atas, maka serangan yang bertubi-tubi itu dapat dielakan oleh Souw Kie Han dengan baik sekali, malah ia sudah mengulurkan tangan dan membuka lima jarinya untuk menyengkeram Ciauw Toa-nic.

Si nenek saat itu sudah meramkan matanya akan terima nasib, tapi cengkereman si kakek urung setengah jalan, karena satu benda berapi telah membentur tangannya, itulah ada benda yang diluncurkan oleh Coa Tong Kang.

Ketika melihat kawannya dalam bahaya Coa Tong Kang menggunakan ilmu "Thian-bee Keng gong (kuda semberani melayang di angkasa) melesat keangkasa dari udara dengan senjata gelapnya yang mengandung api ia telah menyambit pada lengan si kakek hingga kebakar. Si kakek terpaksa menarik pulang cengkeremannya karena jarinya dirasakan panas. Souw Kie Han perdengarkan suara ketawanya yang aneh.

Matanya menyapu sekalian jago-jago itu yang jumlahnya sembilan orang, yang keren- keren kelihatannya, Kecuali Kim Toa Lip yang masih ngotot menyerang dengan pedangnya dan beberapa orang lainnya, masih ada lima orang pula yang masih belum bergerak dan tengah mengawasi kepadanya dengan senyuman dingin-

Senjata mereka macam-macam, ada yang digunakan untuk jarak jauh ada yang untuk jarak dekat, semuanya telah digerakkan menyerang si kakek, akan tetapi semuanya dapat dielakan oleh Souw Kie Han-

Ho Tiong Jong ditempat sembunyinya melihat jalannya pertempuran demikian hatinya sangat heran, Kenapa Souw Kie Han tidak menggunakan senjata gelapnya yang berupa ular kecil untuk membunuh mati musuhnya? Dilain pihak. Seng Eng dan kawan kawannya juga karena tidak mau mengambil jiwanya sikakek aneh itu ? untuk yang tersebut belakangan Ho Tiong dapat menebak sebab sebabnya, mungkin mereka masih menguatirkan anak keponakan mereka yang masih disekap oleh si kakek.

Kalau anak-anak disekap ditempat yang tidak ketahuan dimana letaknya dan si kakek sudah binasa, dimana mereka bisa mencarinya anak-anak itu, Terdengar Kim Toa Lip berkata nyaring. "Hei, Kie Han, apa kau masih belum mau menyerah? Kau jangan mengimpi dapat melepaskan diri dari kepungan kami orang."

Mendengar kata-kata ini bukan main gusarnya Souw Kie Han-

Ia sebenarnya kepingin menggunakan ularnya untuk membunuh musuhnya akan tetapi dipikir lagi, kalau misalnya ia sudah dapat membunuh satu musuhnya tentu senjata rahasia itu diketahui oleh yang lain-lainnya.

Mereka tentu tidak akan mau mengerti dan mengeroyok mati padanya, Lain urusannya kalau ia berhadapan dengan satu dengan satu, mudah saja ia mengeluarkan senjata ularnya untuk membinasakan musuhnya. senjata gelapnya itu, selainnya Ho Tiong Jong tidak ada yang mengetahuinya pula.

Ia pikir, ada harapan suatu waktu ia ketemu dengan satu pada orang-orang yang kini mengepungnya ia bisa membinasakan dengan ular itu. Akhirnya ia bisa menjawab ucapan Kim Toa Lip tadi.

"Kau jangan keliru mengira lohu takut mati. Dalam buku kamus hidup lohu tidak ada takut mati."

"Kau sudah merasakan lihaynya barisan kami, bukan? Nah, sekarang kau merdekakan anak dan keponakan kami, supaya kami dapat melepaskan kau dengan selamat dari kepungan kami." Kim Toa Lip sambil mengasih tanda pada orang orangnya untuk meng gerakan barisannya.

"IHm, kalian dengan perkataanku" teriak si kakek, "Lohu belum mau mengaku kalah dan sejak dahulu malah belum mengaku kalah. Kalian tidak percaya, nah boleh belek, (belah) dada lohu apa dalam hati lohu ada tertulis kata-kata kalah?"

Semua orang hentikan bergeraknya barusan, mereka saling pandang mendengar kata-katanya si kakek barusan, Mereka diam-diam mengagumi sikap si kakek yang kepala batu dan kecekatannya tidak mau mengaku kalah.

"Baik," tiba-tiba Kim Toa Lip berkata. "sekarang aku mau tanya kau mau lepaskan tidak orang-orang yang telah kau tahan?"

Souw Kie Han pada saat itu memang sudah sangat lelah, karena sudah bertanding ratusan jurus lamanya, ia sungkan mengaku kalah dan terus meladeni mereka mengeroyok dirinya, ia sudah coba menerjang keluar dari barisan sampai dua kali, akan tetapi semuanya gagal, kini ia mengerti, bahwa sukar untuk ia keluar dari kepungan kalau tidak menyerah kalah.

Sebenarnya ia sangat mendongkol dengan kata tadi, tapi apa daya? Kepaksa ia menjawab dengan suara dingin, "Hmm....untuk apa aku kasih mereka tinggal hidup dalam daerahku?" Kim Toa Lip tertawa bergelak gelak mendengar ucapannya si kakek.

"Bagus inilah tanda dari perdamaian, Saudara-saudara, lekas kasih jalan untuk Souw- Locianpwee panggil anak-anak kita keluar ha ha ha..."

Souw Kie Han mendelik melihat lagaknya Kim Toa Lip. tapi ia tidak ungkulan untuk mengajak mereka bertarung lagi, maka ia hanya berkata.

"Hari ini urusan kita sudah berakhir sampai disini. Mulai sekarang dan untuk selanjutnya kalian dari Perserikatan Benteng perkampungan dan anak buah kalian dilarang menginjak daerah kediaman lohu ini. Kalau larangan ini dilanggar, jangan sesalkan kalau lohu tidak memberi ampun lagi pada yang bersangkutan-"

Anak-anak muda yang mendengar ancamannya si kakek rata-rata pada naik darah panas hatinya, akan tetapi sembilan orang tua tidak menunjukkan perubahan apa-apa diwajahnya dan juga tidak mengucapkan janjinya akan mentaati larangan si kakek. Mereka membungkam terus.

Tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas di otaknya si kakek, maka ia telah tertawa bergelak-gelak. hingga membikin pihak lawannya keheranan-

"Kau menertawakan apa?" tanya Seng Eng, yang dari setadi tinggal diam--saja.

"Lohu menertawakan pada kalian orang-orang tua yang tak ada gunanya."

" Dalam hal apa, maka kau berani mengatakan demikian?" nyeletuk ciauw Toa nio

"Lohu menyaksikan ketika kalian hendak menyebrangi Liu soa kok ada begitu bersusah payah, beda dengan seorang muda yang pernah datang kesini, ia dengan secara mudah saja dapat melalui lembah pasir berjalan (Liu soa- kok)."

Perkataan si kakek membuat Kim Toa Lip dengan kawan-kawan jadi saling pandang.

XXII. GIOK CIN BUKA RAHASIA HATINYA.

MEKEKA tampak sedang menduga-duga siapa adanya pemuda yang dimaksudkan oleh si kakek aneh itu.

"Aku lihat kalian bersembilan-" terdengar Souw Kie Han berkata pula, "yang sudah dapat nama termashur dikalangan Kangouw, tapi buktinya mengecewakan-Menyebrangi lembah pasir berjalan saja ketakutan setengah mati, beda dengan seorang muda yang datang kesini dia sudah sampai dipuncak Si-ban leng dengan tidak mendapat kesukaran apapun juga, malah dia sudah dapat menolonGi nona yang dicitiunya dan sudah dibawa pergi olehnya."

"Siapa dia?" tanya Kim Toa Lip dengan tidak sabaran.

"Ho Tiong Jong..."

Semua orang terperanjat mendengar nama itu disebut.

Mereka hampir tidak percaya dengan pendengarannya karena Ho Tiong Jong itu sudah mati, bagaimana ia bisa datang kepuncak Si ban-leng? Apakah itu setannya yang datang kesitu?

Seng giok Cin terperanjatnya lain, Mukanya berubah seketika jantungnya dirasakan memukul keras.

"Tiong Jong sudah mendahului kita menolong adik Hong... oh, dia gagah sekali, di mana adanya sekarang?" si nona diam-diam menanya pada diri sendiri.

Kim Toa Lip menjublek sekian lamanya. Ia tidak mengerti Ho Tiong Jong bisa hidup kembali. Adakah pemeriksaannya kurang teliti? ia bersama Coa Tong Kang memeriksa bersama-sama Ho Tiong Jong dalam penjara air dimana ia sudah melayang jiwanya karena di hajar oleh senjata rahasia Ceng ciauw Nikouw yang beracun, Tok kim chi (pedang emas berbisa).

Setelah memikir lebih dalam, ia jadi geli sendirinya. ia tidak mengira Ho Tiong Jong pada mempunyai kepandaian yang membuat dirinya itu betul betul telah tewas jiwanya dengan menggunakan tenaga dalamnya ia sudah dapat membuat dirinya dingin dan tidak bernapas, betul-betul macamnya orang sudah mati.

Disamping rasa geli, hatinya bukan main girangnya, karena Kim Hong Jie puterinya, ternyata sudah tidak ada pula pada si kakek dan sudah ditolong oleh itu sianak muda yang gagah dan tampan-

Tiba-tiba ia kaget mendengar sikakek berkata.

"Hm hanya sayang sekali lohu sudah memberi tusukan beracun pada Tiong Jong sebagai ganti jiwanya yang luar biasa dalam dunia persilatan dia tidak akan muncul lagi dalam dunia Kangouw. Sayang, sungguh sayang. Ya apa mau dikata, kecuali suteku Kong Jat Sin dapat menolong jiwanya sudah tidak ada pula orang lainnya lagi."

"Berapa lama ia bisa hidup?" menyelak Seng giok Cin.

Posting Komentar