Golok Sakti Chapter 70

NIC

"Ya, kau mau apa, kakek jahat "jawab ciauw Toa nio dengan suara keras.

Sebetulnya Seng Eng dan yang lain-lainnya, kepingin bicara dengan baik-baik saja kepada si kakek. tapi apa mau Ciauw Toa-nio sukar di rem mulutnya, Selalu mendahului yang lain lainnya, Mungkin karena ia pikir, bahwa dalam rombongannya itu dialah yang paling mahir dalam ilmu silat maupun dalam hal meng entenGi tubuh.

"Bagus... bagus..." kata Souw Kie Han.

"Memang, kalau diingat ada sukar sekali kalian bersembilan dapat berkumpul bersama-sama. Kini, kalian sudah dapat berkumpul, lohu kepingin menjajal barisan kalian yang buat bangga, yalah yang dinamai "Kim-long pat-hong-thian-bee tin" (barisan delapan penjuru angin naga emas dan kuda sakti), mari lohu kepingin menjajal sampai dimana lihay nya barisan yang diagul-agulkan oleh kalian itu."

"Hmm...." menggeram Ciauw Toa nio, kembali ia mendahului kawan kawannya. "Kalau yang dihadapi oleh kami orang ada si Dewa obat Kong Yat Sin, mungkin kami orang akan merasa jerih dan lekas-lekas berlalu dari sini, Tapi kau... kau tua bangka yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi mau membuka mulut besar? Hi, hi, hi...."

Slouw Kie Han kewalahan menghadapi si nenek ia selainnya tidak pandai tarik urat juga sudah banyak tahun tidak bergaul dengan sesamanya, mulutnya sudah menjadi kaku. Tidak heran, kalau ia merasa sangat gemas kepada si nenek yang pintar ngomong.

"Sekarang begini saja" kata si kakek. "pertama tidak ada satu diantara kamu orang yang kuperkenankan datang ditempat lohu dipuncak gunung, Kedua, kalian boleh berbaris dahulu disana, untuk menempur lohu sebentar. Kalian keluarkan kepandaian apa saja yang dimiliki untuk menjatuhkan lohu, akan lohu layani dengan baik, Asal kalian

tak mau memenuhkan dua syarat ini, h mm... jangan sesalkan lohu mati berbuat telengas "

Kim Toa Lip yang paling gelisah, karena puterinya dikira masih berada dalam kekuasaannya si kakek Maka sebelumnya Ciauw Toa nio membuka mulut sudah lantas berkata. "Baik, kami akan menerima dua syarat itu, tapi dengan jaminan bahwa lima orang yang ditahan olehmu semuanya berada dalam keadaan selamat."

"Ha ha ha, jangan kuatir, Mereka dalam keadaan segar bugar Asal kalian dapat menjatuhkan lohu pendeknya mudah saja mereka akan lohu bebaskan dengan tidak kurang suatu apa."

Mendengar ini hatinya Kim Toa Lip dan yang lain-lainnya merasa lega.

" Kakek bangkotan" teriak Ciauw Toa-nio libatiba ia masih terus tak mau kalah suara dari kawan-kawannya, "Kau boleh belajar kenal dahulu dengan nyonya mu ini kalau aku kalah, baru menjajal kami punya barisan yang ampuh."

"Kau ini nenek lancang" kata Souw Kie Han. "Kalau belum dikasih rasa memang juga belum kenal kelihayan lohu."

Ciauw Toa nio tertawa terkekeh-kekeh. Souw Kie Han sudah masuk usia sembilan puluh tahun masih lebih tua dua puluh tahun dari Ciauw Toa nio yang berumur tujuh puluh tahun. Jarak diantara mereka kira-kira ada empat tumbak.

Untuk melayani si kakek, Ciauw Toanio tidak sungkan-sungkan mengeluarkan senjatanya yang ampuh, yala h suatu tali yang panjang sepuluh tumbak yang di namai, Tali Terbang Menjerit. inilah senjata Ciauw Toanio yang sangat diandalkan yang telah mengangkat namanya tersohor dalam kalangan Kang ouw.

"Kakek tua kejemur" menggoda Ciauw Toa noi. "Kau lihat senjata nyonyamu akan membuat tidak ada jalan untuk meloloskan diri. Hi hi hi....."

Berbareng ia telah melontarkan talinya yang panjang itu. Tapi Souw Kie Han tidak bergerak untuk berkelit atau mengegos hanya lengan bajunya dikibaskan yang mengeluarkan angin dahsyat, hingga senjata tali Ciauw Toa-nio balik lagi dan hampir saja menghajar pemiliknya sendiri, kalau tidak si nenek cepat-cepat berkelit kesamping untuk menghindarkan serangan talinya sendiri. "He he he he" terdengar sikakek ketawa.

Matanya Ciauw Toa nio melotot, ia menyerang lagi tapi seperti juga tadi si kakek tidak bergerak dari berdirinya dan hanya mengebutkan lengan bajunya saja, cukup membuat si nenek gelagapan-

Yang jailnya si kakek seperti bisa mengendalikan angin pukulan lengan bajunya, ia membikin anginnya berkumpul mengarah rambutnya Ciauw Toa nio, hingga dalam tempo pendek saja rambutnya si nenek sudah menjadi riap- riapan seperti setan-

Panas hatinya Ciauw Toa nio dikocok demikian, maka ia menyerang lebih hebat lagi, setelah pukulan simpanannya telah dikeluarkan barulah ia bisa membuat perlawanan terhadap si kakek.

Cuma saja tegas sekali, bahwa ia bukan tandingannya Souw Kie Han- Meskipun ia coba mengurung dengan tali wasiatnya, tapi si kakek dengan acuh tak acuh melayani padanya.

Kim Toa Lip nampak Ciauw Toa nio keteter jadi saling pandang dengan kawan kawannya, ia memberi isyarat untuk menyerbu kalau Ciauw Toa nio sebentar menghadapi bahaya serangan si kakek.

Kembali terdengar si kakek tertawa terkekeh-kekeh, "Budak lancang, aneh sekarang boleh rasai kelihayannya lohu, He he he...." Sambil berkaca Souw Kie Han telah merubah tipu serangannya. Lengan biju kanannya menggunakan tipu serangan ok hong Pauw-ie, (angin jelek hujan ribut) dan lengan baju yang kiri menyerang dengan gaya, "Li-hoanBe thian (wanita celaka menutupi udara).

Dua- gerak tipu serangan dengan lengan baju yang hebat sekali, hingga Ciauw Toa-nio merasakan gencetannya hampir tak dapat bernapas. "Benar hebat" Demikian ia pikir dalam hatinya.

Kehabisan akal. Ciauw Toa nio berlaku nekad, ia mulai merogoh sakunya dan diam-diam sudah mengayunkan tangannya, segera benda yang berkeredepan hitam tampak diudara, itulah senjata gelapnya yang biasanya tidak suka salah alamat, kini nyeleweng karena angin pukulan lengan bajunya si kakek. Betul juga bendanya yang ampuh itu tidak dapat menyentuh badannya Souw Kie Han.

"He he he..." tertawa sikakek. "budak lancang, sekarang bagaimana."

Bagaimana gemas juga, bagaimana marahnya juga, Ciauw Toa-nio tidak bisa berdaya sama sekali menghadapi sikakek yang ilmunya ada lebih jauh lebih tinggi dari padanya. Malah dalam hatinya meragu- ragukan kalau sikakek sebentar dapat dikalahkan oleh barisan yang ampuh.

"Kakek bangkotan." Ciauw Toa-nio tiba-tiba menjerit, ketika ia terus kena didesak oleh lawannya, "Kau berhentikan dahulu pertandingan ini, aku mengaku kalah dan pertandingan dengan barisan kini boleh lantas dimulai."

Si nenek berbareng lompat keluar dari kalangan pertempuran dengan napas sengal-sengal. Kini Souw Kie Han tertawa gelak-gelak,

"Bagus, bagus..." katanya, "Nah, cobalah bentuk barisanmu yang sangat dibuat bangga itu. Lohu ingin lihat, apa bisa bikin terhadap lohu. He he..."

Seng Eng, KimToa Lip dan lain-lainnya panas hati mendengar perkataan sombong dari si kakek. ^api memang juga sudah menjadi kenyataan mereka, kalau satu melawan satu bukan tandingannya si kakek.

Buktinya, Ciauw Toa nio yang merupakan benggolan dari mereka tidak bisa tahan meladeni duapuluh jurus saja.

Apa boleh buat, mereka telan semua rasa gusar dan mengharap dengan barisannya yang dinamai "Kim Liong-pat. liong thian bee tiu" atau "Barisan delapan penjuru angin naga emas dan kuda sakti"

Ho Tiong Jong yang mengikuti mereka dan mengumpat ditempat yang tidak jauh dari kalangan pertempuran diam-diam merasa kagum dengan ilmu silatnya si kakek yang tinggi.

Diam-diam ia berpikir "sebab apa si kakek tidak menggunakan ular terbangnya untuk membunuh ciauw Toa-nio? Heran, kenapa dia tidak berlaku kejam?" Kim Toa Lip maju kedepan sebagai pemimpinnya.

Sret... terdengar suara pedang dihunus keluar dari sarungnya. itulah ada pedang Kim liong kiam, senjata pusaka dari Kim-liong-po (benteng naga emas). KimToa Lip yang akan mengepalai barisan (tin).

Dalam perkara memainkan senjata, KimToa Lip ada lebih unggul dari kawan-kawannya, maka juga ia telah diangkat sebagai kepala dalam barisan-

Kim Pocu dengan suaranya yang keras saban-saban berseru mengatur orang-orangnya yang menduduki tempat-tempat penting dalam barisan, seperti Seng Eng, Co Tong Kang, Hui Siauw Ceng dan lain-lainnya mendapat bagian-

bagiannya untuk menjaga posisinya masing-masing dengan senjata di tangan-

Betul-betul angker kelihatannya barisan yang dibentuk oleh Kim Pocu.

Senjata yang digunakan oleh mereka ada bermacam-macam seperti yang digunakan oleh Seng Eng dengan cambuk besar, Hui Siauw Ceng dengan pit, ada yang menggunakan giokstay (ikat pinggang), perisai dan lain-lainnya.

Yang menarik perhatian CoTong Kang dengan senjata bendera apinya (Liat -hwekie), ia menjaga posnya dengan angker sekali.

sebentar lagi barisan sudah mulai bergerak, mengurung souw Kie Hong.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan kejadian itu menjadi melongo, ia tidak tahu barisan apa yang akan mengepung si kakek, Apakah Souw Kie Han dapat memecahkan barisan yang angker itu? Souw Kie Han sendiri merasa sangsi, apakah ia akan berhasil dengan perlawanannya nanti.

Melihat Souw Kie Han masih tetap bergerak. maka Kim Coa Lip telah berkata kepadanya, "Kie Han, kami sudah siap. kenapa kau tinggal diam saja? Boleh mulai kau membobolkan barisan kami kalau kau ada itu kemampuan."

Nona Ciauw Soe See, anaknya Ciauw Toa-nio nyeletuk.

"Mana si kakek ada itu keberanian untuk membikin pecah barisan" Si nenek nyengir ketika mendengar anaknya berkata demikian-

"Budak lancang, kalau aku tidak ditinggal mati oleh isteriku yang amat cantik dan bersumpah tidak akan membinasakan kaum perempuan, kau siang-siang sudah tidak bernyawa pula ditangan lohu, Hmm..."

Souw Kie Han tutup ucapannya diiringi satu serangan dengan lengan bajunya kepada Ciauw Soe See hingga si nona merasakan sesak napasnya, ia memang tadi sudah melihat, bagaimana si kakek membuat ibunya tidak berdaya dan hampir hampir kena dipecundangi mentah-mentah, kalau tidak buru-buru lompat keluar dari kalangan berkelahi minta pertandingan dihentikan-

Posting Komentar