Melihat ilmu goloknya si pemuda hanya sampai dua belas jurus saja, maka Souw Kie Han sudah menggunakan kesempatan si pemuda sedang kebingungan ia menyerang dengan baju besinya dan sebentar lagi sudah dapat menggulung goloknya Ho Tiong Jong yang terus dilontarkannya ketengah udara.
Berbareng saat itu ular kecil yang tersimpan dalam lengan bajunya ditenangkan Ho Tiong Jong takut dengan ular kecil itu, maka ia sudah menjaga-jaga jangan sampai kena gigit, justru karena itu ia jadi lengah, tiba-tiba dirasakan tubuhnya lemas karena jalan darahnya yang penting sudah kena dibacok oleh si kakek tua aneh.
Souw Kie Han tertawa terkekeh-kekeh setelah membuat Ho Tiong Jong tidak berdaya, "Hei bocah, kau sekarang baru merasakan lihaynya lohu. Bagaimana, apa masih mau melawan lagi?"
Ho Tiong Jong tertawa dingin. "Ha ha ha... ada lihaynya apa sih? Kau menggigit aku, Kalau aku mengerutkan alis sedikit saja karena takut, kau jangan panggil aku Ho Tiong Jong sebagai satu laki-laki sejati"
Souw Kie Han mengangkat ular kecilnya ditodongkan kemukanya Ho Tiong Jong sambil berkata. "Hmm kau dengan berkata begitu tentu tidak takut mati, bukan?"
"Selama hidupku, belum pernah mengingkari hukum Tuhan, kenapa aku harus takut mati. Kau boleh suruh ularmu yang beracun itu untuk menggigit aku."
Si kakek sebenarnya menghendaki Ho Tiong Jong, dengan mudah saja ia melontarkan ularnya kemuka si pemuda dan pasti mukanya Ho Tiong Jong akan digigitnya.
Racunnya akan masuk mengikuti peredaran darah dalam tubuh Ho Tiong Jong dan tidak lama kemudian ia bisa mati konyol.
Tapi si kakek rupanya tidak mengingini-jiwanya itu. Ia seperti merasa sayang atas ketabahan hatinya menghadapi kematian, ia telah menarik pulang ular kecilnya dan dimasukan pula kedalam lengan bajunya kemudian berkata,
"Kau karena itu nona kecil, makanya kau menjadi nekad begini. sekarang begini saja lohu tidak mau melepaskan nona itu, tapi kau lohu beri ampun- Nah lekas kau pergi dari sini. Lekas, jangan sampai lohu berubah pikiran lagi"
Tapi mana Ho Tiong Jong mau mengerti ia pergi dari situ tanpa Kim Hong Jie. Maksud kedatangannya justru hendak menolongi Kim Hong Jie, maka ia lantas berkata pada si kakek.
" cianpwee, aku tidak bisa berlalu dari sini tanpa ikut sertanya nona Kim. Aku berjanji setelah aku dengan nona Kim lepas dari sini, akan bersumpah tidak berani menginjak pula daerah ini, Cianpwe bisa meliwatkan hidupmu dengan tenang dan tentram."
"Kau tidak dengar lohu barusan bilang ? Kau boleh berlalu dari sini, tapi si nona lohu tahan-" kata si kakek dengan muka kurang senang.
Ho Tiong Jong terus membandel. ia mengijeng macam anak kecil, minta supaya Kim Hong Jie dibebaskan. Hal mana membuat Souw Kie Han pusing dan menjadi marah.
"Bocah" katanya, "Kalau kau terus-terusan mengganggu lohu, jangan menyesal kalau lohu tidak akan ijinkan pula kau pergi dari sini."
Ho Tiong Jong ketawa getir. pikirnya, jiwanya hanya hidup tinggal semalaman lagi, apanya yang ditakuti, maka ia lantas berkata dengan suara mantap. " cianpwee, kau boleh tak usah melepaskan aku, asal nona Kim kau merdekakan."
"Betul?"
"Ya."
"Kau tidak menyesal?"
"Aku Ho Tiong Jong sebagai satu laki-laki sejati, sekali mengucapkan perkataan tidak akan menjadi menyesal?"
"Baik, kau keluarkan tanganmu."
Ho Tiong Jong tidak sampai diminta dua kali, sudah lantas menyodorkan sepasang tangannya, Tampak si kakek telah mengeluarkan jarum perak yang ujungnya sangat tajam dan berwarna hitam, kemudian pegang tangan kirinya si pemuda dan menusukkan jarum peraknya pada bagian jalan darah yang penting.
Setelah melakukan itu lalu berkata, "Ya, sekarang kau boleh pergi. Kau sudah kena bisa dari jarum pencabut Rokh jiwamu hanya tahan dua belas jam saja, sekarang lohu dapat melepaskan nona itu. Tapi kau harus berjanji, kau tidak boleh membocorkan rahasia lohu ini pada siapa juga, kau paham?"
Ho Tiong Jong dengan tabah anggukkan kepalanya. Ia terus mengikuti Souw Kie Han ketempatnya Hong Jie.
Si nona ketika melihat pemuda pujaannya berhasil mengudang Souw Kie Han diam-diam dalam hatinya memuji kepandaiannya Ho Tiong Jong. Bukan main girangnya, tampak ia berseyum-senyum hingga sujennya memain memikat hati.
"Engko Jong, kau..." hanya ini yang meluncur dari mulutnya yang mungil, matanya mengerling menusuk hati Ho Tiong Jong.
Hatinya pemuda itu berdebaran ia mengerti si nona, kegirangan dan ia tahu si gadis mencintai dirinya sangat besar, tapi entah kapan ia memikirkan nasib hidupnya hanya tinggal semalaman lagi, tiba-tiba rasa cemas dan sedih mengaduk dalam hatinya dan ia sudah kepingin menangis seketika itu juga.
Ketika si pemuda datang dekat, tangannya si nona yang halus memegang tangannya dengan mesra, Buat sekian kalinya ia mendengar si gadis berkata.
" Engko Jong, kau..."
"Adik Hong, aku beruntung dapat mengundang Souw cianpwee untuk membebaskan kau d rantai dan kau selanjutnya akan bebas." kata Ho Tiong Jong dengan paksakan wajahnya ketawa gembira.
"Engko Jong, kau baik sekali." jawab si gadis kegirangan
sementara itu Souw Kie Hao sudah mendekatinya rantai halus yang tidak mempan senjata golok oleh sikakek hanya dijepit dengan dua jarinya saja sudah putus, seperti juga yang kena digunting.
Hebat ilmu kepandaiannya si kakek. keduanya yang menyaksikan itu menjadi saling pandang dan diam-diam dalam hati masing-masing pada memuji si kakek. Tanpa berkata apa-apa si kakek telah berdiri tidak jauh dari mereka berdua.
Kim Hong Jie kini sudah bebas, ia tidak perdulikan si kakek, hanya ia lantas menyekal tangannya Ho Tiong Jong, sambil menatap wajahnya sipemuda yang tampan, Kim Hong Jie telah menanya.
" Engko Jong, cara bagaimana sampai dia mau melepaskan aku?."
Ho Tiong Jong paksa bersenyum, "Adik Hong, hal ini baik belakangan saja aku ceritakan padamu, sekarang yang paling perlu, lekas-lekas kau menyingkir dari sini."
"Mari kita sama sama pergi, "mengajak si gadis.
"Kau pergi lebih dahulu, aku masih ada urusan sedikit dengan Soaw Locianpwee."
Kim Hong Jie heran, ia menatap wajahnya sipemuda yang sedang tersenyum kepadanya tapi bagaimana juga senyumannya itu seperti tak sewajarnya, maka Kim Hong Jie lalu menanya.
"Engko Jong, kalau kau tidak mau pergi aku juga tidak akan meninggalkan tempat ini, Dari sebab apa, maka kau tidak mau pergi bersama-sama?"
"Hei, bocah" menyelak Souw Kie Hong dengan keras, "Lekas kau pergi dari sini, aku sudah bagi kau kebebasan apa kau tidak puas?"
Nona Kim ada satu gadis yang cerdik, setelah dia menatap wajahnya si kakek dan Ho Tiong Jong bergantian lantas ia dapat menebak bahwa keadaan tidak sewajarnya maka dengan gemas ia berkata pada Souw Kie Han-
"Kakek jahat, sekali nonamu bilang tidak mau pergi tetap tidak akan pergi, aku mau lihat kau bisa berbuat apa...."
Souw Kie Han perdengarkan ketawanya yang aneh, ia tidak meladeni Kim Hong Jie yang nyerocos bicara, ia ngeloyor dan sebentar saja sudah tidak kelihatan mata hidungnya.
Kim Hong Jie hatinya sangat tidak enak, dengan air mata mengembeng, ia berkata pada pemuda pujaan hatinya^
"Engko Jong, kau jangan sanggupi permintaannya, Ayo, mari kita lekas meninggalkan tempat ini."
Tidak menunggu nona Kim meneruskan perkataannya, Ho Tiong Jong telah menyelak, katanya, "Adik Hong, memang aku
tidak omong sejujurnya padamu, Tapi.... ah, untuk apa kau mengambil sikap demikian terhadap si kakek? jiwaku tidak berharga."
Kim Hong Jie kaget, "Haa... kau tentu telah mengikat janji dengan kakek jahat itu. Baik, aku akan berhitungan dengannya." ia tutup katanya itu dan lari memburu si kakek keluar goa.
Tapi Ho Tiong Jong dengan cepat mencegah "Adik Hong, kaujangan begini kasar." katanya, sambil menyekal lengannya si nona, Si nona menangis dihalangi maksudnya.
"Adik Hong, kau harus berpikir dengan tenang. Kau ada seorang cerdik, mudah sekali kau dapat menarik kesimpulan bahwa kekuatan sendiri bukan tandingannya si kakek. Jangan lagi kau hanya seorang diri meskipun dikerubuti bersama akupun, masih bukan lawannya pula. Tidak apa, biarlah aku yang menanggungnya, asal kau dapat pulang kemerdekaanmu dan kembali kerumah dengan selamat aku sudah merasa puas." Si nona menangis sesenggukan-