Ho Tiong Jong tersenyum getir, "Adik Hong memang aku keliru, sebab ternyata kau ada seorang nona yang berhati mulia, kau sudah menolong membuka totokan pada jalan darahku dan memberikan sebuah kikir untuk aku mengikir putus rantai, yang membelenggu diriku, oh, sungguh mulia hatimu semoga Tuhan memberkahimu selamanya."
" Engko Jong, jangan berkata begitu."
"Maka, adik Hong." Kata pula Ho Tiong Jong, "ketika aku mendengar kau dalam bahaya, dengan melupakan diri sendiri yang berkepandaian rendah, sudah lantas datang kesini dengan penuh pengharapan dapat menolong dirimu."
"oh. kau baik sekali Engko Jong, Tapi kenapa mula-mula kau menyebut enci le?"
"Adik Hong, kaujangan salah mengerti. Aku sebenarnya dianggap sudah mati oleh semua orang di Seng Kee Po, kecuali adik Giok dan enci le yang mengetahui bahwa aku sebelumnya belum mati, Maka selainnya mereka berdua, tentu siapa lagi yang mengenali padaku?"
"oh, begitu? Maaf untuk pertanyaanku yang tidak beralasan, Engko Jong?"
Keduanya bersenyum mesra.
Kim Hong Jie yang sangat kegirangan- Pikirnya, pemuda pujaannya ini benar-benar datang kesini dengan menerjang bahaya adalah untuk menolong dirinya, bukan untuk menolong orang lain, Dasar hatinya saja yang penuh cemburu, membuat barusan berulang kali ia kepingin diterangkan kenapa si pemuda menyebut enci le bukannya adik Hong?
Kini ia sudah dapat penjelasan- cintanya terhadap pemuda pujaannya itu sudah semakin tebal saja.
"Tapi adik Hong, bagaimana sekarang baik nya?" tiba-tiba Ho tiong Jong berkata.
"Urusan apa?" tanya si nona kaget.
" Dirimu, bagaimana dapat lolos dari rantai yang ulet itu? siapa sebenarnya yang telah merantai kau, adik Hong?"
Kim Hong Jie menghela napas, "Sudah tentu bukan lain dari tua bangka itu yang merantaiku."
"Tua bangka yang mana?"
"Julukannya si Kakek Aneh dan namanya Siaw Kie Han, suhengnya Kong Yat Sin si Dewa obat, Dia sangat hebat ilmu kepandaiannya, ayahku dengan kawan kawannya tak sanggup menghadapinya .
Kini umurnya sudah hampir satu abad, tapi masih kuat dan sehat badannya, ia sangat kejam, siapa yang melanggar daerahnya akan mendapat hukuman dari padanya. Begitulah, aku yang lancang melanggar daerahnya telah mendapat ini perlakuan-"
si nona yang unjukkan tangannya yang dirantai.
"Adik Hong, dimana adanya dia? Aku ingin menemuinya untuk minta maaf supaya kau dapat dimerdekakan dan kembali dapat berkumpul dengan ayahmu." Kim Hong Jie terharu mendengar kata-katanya Ho Tiong Jong. "Engko Jong, dia ada di..."
XX JARUM MAUT.
NONA KIM belum lampias bicaranya, tiba tiba berhenti karena mendengar suara orang berdehem dan ia kenali itulah
ada suaranya kakek aneh yang tenaga dalamnya sangat hebat.
"Tunggu, aku lihat siapa diluar," kata Hong Tiong Jong, sambil bertindak keluar goa. Sampai diluar ia celingukan mencari orang yang berdehem tadi.
Tiba-tiba dari balik batu besar tampak muncul seorang tindakannya gesit dan semangatnya bagus, Ho Tiong Jong yang melihat nya lantas sudah dapat menebak siapa oiang tua itumaka ia lantas menjura memberi hormat katanya.
"cianpwee, bolehkah boanpwee menumpang tanya apakah boanpwee berhadapan dengan cianpwee Sauw Kie Han?"
Orang tua itu tidak menyahut, hanya anggukan kepalanya.
"Bagus," kata pula Ho Tiong Jong, "tempat disini ada begitu luas, sukar kalau boa npwee sengaja mencari pada cianpwee. Kebetulan boanpwee ketemu cianpwee disini."
"Siapa kau." tanya orang tua itu kasar. "Kan mencari lohu untuk apa? Dan kau masuk golongan mana."
"Maafkan boanpwee berlaku berani, Boenpwee mencari cianpwee maksudnya hendak minta pertolongan supaya nona Kim Hong Jie yang dirantai oleh cianpwee dapat diberi kebebasan, karena dia dengan boanpwee ada hubungan dekat."
"Hmm. Bebaskan dia? Kau harus tahu, lohu disini sudah sepuluh tahun lebih telah mengadakan peraturan, barang siapa yang berani menginjak daerah lohu, bisa masuk tidak bisa keluar lagi, siapakah kau?"
"Boanpwee bernama Ho Tiong Jong, tidak punya suhu. Mohon belas kasihan cianpwee supaya nona Kim dibebaskan." orang tua itu ketawa aneh.
"Lohu sudah tidak lantas ambil tindakan untuk kelancanganmu datang kemari sudah kelewat bagus, sekarang kau minta kebebasan tawanan lohu, betul betul lucu..."
orang tua itu berkata dengan sifat mengejek memandang rendah kepada pemuda dihadapannya, sehingga Ho Tiong Jong yang melihatnya menjadi hilang sabar.
"cianpwee, andai kata gunung ini sudah menjadi cianpwee, seharusnya disuatu tempat yang tertentu diberi pengumuman tidak boleh melanggar wilayah cianpwee, baru orang mengerti. Meskipun begitu kalau sekiranya ada orang yang kesasar masuk. rasanya masih dapat pembebasan dan tidak mendapat hukuman mati, bukan ?"
Souw Kie Han tidak menjawab mendengar perkataannya Ho Tiong Jong yang beralasan, Selainnya itu, juga lidahnya sudah mulai kaku, karena sudah puluhan tahun ia mengasingkan diri dipuncak Si-ban-leng belum pernah ia ketemu orang dan bercakapan-Akhirnya sikakek menjadi uring-uringan-
"Bocah." kata sikakek, "lohu tidak perlu dengan peraturanmu, yang lohu tetapkan, barang siapa yang berani masuk kedaerahku ini bisa masuk tak bisa keluar lagi, habis perkara."
Ia bicara dengan satu serangan hebat pada Ho Tiong Jong,
Itulah serangan dengan telapakan tangan, Ho Tiong Jong tak takut, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menangkis. Dua kekuatan tenaga dalam segera saling bentur dengan mengeluarkan tenaga keras.
Si kakek bergoyang-goyang badannya, sedang Ho Tiong Jong terdorong mundur dua tindak.
Ho Tiong Jong kaget bukan main, ia tak pernah menyangka bahwa serangan si kakek ada demikian dahsyat. Dila in pihak, si kakek juga merasa gegetun menyaksikan kekuatan tenaga
dalam Ho Tiong Jong. Meskipun masih demikian muda, tapi sudah termasuk golongan kelas satu tenaga dalamnya.
Si kakek lantas menyerang lagi, tapi Ho Tiong Jong kali ini tidak mau menyambuti keras lawan keras, karena barusan sudah tahu sampai dimana kekuatannya sikakek. ia menggunakan tenaga lunak untuk melayaninya dan menyimpan tenaga pada siku lengannya menanti kesempatan baik lantas dapat digunakan-
Si kakek tahu maksudnya Ho Tiong Jong maka ia lantas tarik pulang serangan telapakan tangannya dan diganti dengan serangan lengan baju, ia mengebutkan lengan bajunya yang gerombonganpergi datang, tapi Ho Tiong Jong masih dapat mengelakan dirinya dari bahaya.
Tiba-tiba dari kebutan lengan ba Ju Itu, Ho Tiong Jong dapat mengendus bau amis. Hatinya bercekat, maka ia lantas menghunus goloknya untuk melayani. Si kakek tawa gelak-gelak melihat Ho Tiong Jong menghunus goloknya.
"Hai bocah" bentaknya "Kau mengeluarkan golok Lam tian to dari keluarga Seng bisa berbuat apa terhadap lohu? Ha ha ha... " terus ia melancarkan serangan dengan lengan bajunya yang ampuh.
Dua lengan baju berseleweran, kelihatannya bagus sekali seperti juga si kakek sedang menari-nari tapi sebenarnya ia sedang mencecar Ho Tiong Jong dengan serangan-serangan yang mengarah jalan darah yang berbahaya sekali.
Satu kali Tiong Jong hampir kena disapu mukanya oleh lengan bajunya Souw Kie Han, tapi ia sudah dapat menyingkirkan diri dengan melompat mundur. Kemudian dengar tertawa dingin ia berkata.
"Hei, kakek, ada apa itu didalam lengan bajumu? Kau dengan menyembunyikan senjata gelap dalam lengan baju untuk mencelakai musuh, apakah itu terhitung seorang gagah dalam kalangan Kang ouw?"
Souw Kie Han terkejut mendengar tegurannya Ho Tiong Jong.
Diam-diam dalam hatinya berpikir, kenapa penuda ini mendapat tahu bahwa dalam lengan bajunya ada tersembunyi senjata rahasia? Pertandingan dihentikan sebentar.
"Bocah," kata si kakek, "sedari dahulu lohu bertempur menggunakan telapakan tangan dan sepasang lengan bajuku yang di namai Lengan Baju Besi dengan dua senjata lohu sudah malang melintang dikalangan Kang ouw. Belakangan lohu dapat melatih ular kecil yang cerdik sebagai senjata rahasia yang disembunyikan didalam lengan baju. Ular ini dapat ditenangkan dan menggigit musuh. Banyak pendekar ulung yang telah mati dibawah senjata rahasia lohu ini.
Tiap-tiap orang yang sudah mengetahui senjata lohu, harus menemukan kematiannya, Nah, sekarang lohu mau tanya, dari sebab apakan bisa mengetahui bahwa didalam lengan baju lohu ada menyimpan senjata rahasia?"
Ho Tiong Jong mengetahui rahasia itu, karena dahulu ia ketika diserang oleh Tok-kay (si pengemis beracun) ada mengendus bau amis semacam itu. Pikirnya, kalau ia berterus terang kepada si kakek, nanti si kakek akan mencari segala daya akan menyingkirkan jiwanya, maka ia sudah menjawab dengan singkat saja.
"Aaaaa,,., hal itu tidak heran, Sebab siapapun tentu akan dapat menebaknya perbuatanmu itu."
Soaw Kie Han marah tidak mendapat jawaban yang semestinya, maka ia mulai segera menyerang lagi dengan lengan bajunya yang mempunyai banyak perubahan serangan, Ho Tiong Jong setelah membentak lalu memainkan goloknya untuk melayaninya.
Pemuda itu telah mainkan ilmu golok keramatnya dengan bagus sekali, hingga serangan sikakek tidak dapat menembusi benteng pembelaannya.
Diam-diam si kakek merasa amat heran bertanding dengan Ho Tiong Jong tak dapat menjatuhkannya .
Souw Kie Han lantas merubah serangannya, ia mendesak lebih rapih dan gencar, sementara itu juga telah memainkan ilmu goloknya sampai dua belas jurus, ia tidak bisa meneruskan jurus ketiga belas dan selanjutnya.