"Terserah sama mereka," memotong sang ayah dengan mata melotot, " mereka mana dapat menandingi ayahmu, Lekas keluarkan jangan banyak rewel ?"
Hong Tiong Jong kini tahu kalau Hui Siauw ceng itu kiranya ada cungcu dari keluarga Hui, pantasan ia ada demikian sombong dan angkuh, pikirnya
Hui Seng Kang melihat ayahnya berkeras, ia tidak dapat membantah, dangan apa boleh buat menurunkan tambangnya kira kira tiga puluh tumbak. Nona Lauw juga menurunkan tambangnya, diberikan pada Hui Seng Kang untuk disambung menjadi lebih panjang, kemudian diberikan pada Hui Siauw ceng.
Lalu diatur gulungan tambang supaya beres untuk dibawa terbang oleh sijago tua. Tampak Hui Siauw ceng, sambil memegangi ujung lambang yang dibelitkan pada pergelangannya, telah mengerahkan tenaga dalamnya, ia menarik napas dalam-dalam seketika lamanya, tiba-tiba ia enjot tubuhnya melesat seperti- juga anak panah cepatnya meluncur kira-kira dua puluh tumbak jauhnya.
"Adik In" ia berkata "sukalah kau bantu menolong ayahku jangan sampai dia mengalamkan kecelakaan-.. "
Belum habis bicaranya, hatinya kaget bukan main ketika mendengar ayahnya berteriak, " celaka... "
Hai Suuw ceng tampak bergulat dengan pasir, yang hendak menarik masuk ia kedalam. Tampak ia sudah amblas sehingga pinggangnya.
Bukan main gelisahnya Hui Seng Kang, sambil berteriak supaya nona Lauw bantu turun tangan, ia memegangi kencang-kencang tambang dan coba menarik ayahnya keluar dari dalam pasir yang sudah menelan ia sehingga pinggang.
Nona Lauw juga kelihatan kaget, Ia membantu sungguh sungguh pada Hui Seng Kang dan sebentar lagi tampak tambang tercetar.
Kiranya Hui Siauw ceng dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya dibantu dengan lambang, ia beruntung dapat lolos dari cengkeraman malaikat elmaut.
Hui Seng Kang menarik napas lega melihat ayahnya kini sudah berdiri ditempat yang aman- Rupanya diatas pasir berjalan itu ada bagian-bagian yang berbahaya dan yang tidak, yang berbahaya ialah yang telah dipasangi alat rahasia oleh si kakek aneh souw Kie Han yang dikendalikan dari dalam goanya, Kini Hui Siauw ceng berdiri dibagian yang tidak berbahaya.
Tidak lama ia sudah enjot tubuhnya dan balik lagi berkumpul dengan anaknya dan nona Lauw. Dengan air muka masih pucat Hui Siauw ceng berkata.
"Aiyaa... betul-betul berbahaya, Baiknya aku yang mencoba, sehingga dapat menghindarkan diri dari cengkramannya pasir ajaib itu. Kita sekarang sudah tahu berbahayanya, maka tidak usah kita tergesah-gesah menyeberangi pasir berjalan ini."
"Tapi, Hui sickhu, bagaimana baiknya dengan toako Khoe cong yang sudah dua hari lamanya disana?" nyeletuk nona Lauw.
"Adik Lauw." Hui Seng Kang menalangi ayahnya menjawab, "apa kau tidak lihat bagaimana berbahayanya ayah barusan? Maka kita tidak boleh tergesa-gesa harus kita berunding dulu bagaimana baiknya untuk menolong mereka yang ada disana." Lauw Hong In bungkam, tapi diam-diam hatinya merasa kurang puas.
"Ya, kau tak perlu gelisah." kata Hui Siauw ceng. "Giok cin yang cerdik tidak berani sembarangan menempuh bahaya, Yang perlu sekarang, sebaiknya kita kesampingkan dahulu kepentingan sendiri harus kita bersatu dalam tujuan hendak menolonGi orang. Dengan demikian barulah bisa diharap kita dapat mengatasi kesulitan dan usaha kita dapat berjalan dengan aman-"
Kemudian, mereka bertiga sambil pasang omong, telah
meninggalkan tempat itu.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan Hui Siauw ceng punyai ilmu mengentengi tubuh demikian mahir, sehingga dapat meloloskan diri dari terkamannya pasir ajaib diam-diam mengagumi pada orang tua itu.
Kini melihat mereka sudah meningalkan tempat itu diam-diam mereka berpikir, tapi tidak tahu siapa-siapa diantaranya pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan itu yang berani menempuh bahaya terlebih dahulu?
"Ya, sebaiknya aku mencari tempat sembunyi, supaya mereka tidak mengetahui aku ada disini." ia lalu meneliti disekitarnya tempat itu. Tidak jauh dari tempat ia berdiri kelihatan ada satu batu besar ia menghampiri dan ternyata dibawahnya ada sebuah goa.
"Aaaa... ini ada tempat yang aman-" pikirnya, maka ia
sudah lantas masuk kedalamnya dan disitu ia duduk bersemedi, ia sudah beberapa malam tidak tidur, tidak heran kalau ia sudah kepulasan dan tidur nyenyak.
Tahu-tahu, ketika sinar matahari merah menyoroti tempat itu, membuat ia kaget dan cepat cepat lompat bangun dan keluar dari goa, gunakan ilmu lari cepatnya masuk kedalam rimba yang banyak pepohonannya.
Ia putar otaknya untuk mencari jalan bagaimana ia bisa menyeberangi lembah pasir berjalan itu dengan selamat?
Mendadak ia mendapat suatu cara, Lekas ia gunakan goloknya menebang dua cabang pohon yang kokoh, ia bikin dua batang cabang itu macam tongkat ia gunakan sepasang tongkat itu sebagai gantinya pengunjuk jalan untuk mencari bagian-bagian jalanan yang tidak berbahaya.
Perlahan-lahan ia sudah berjalan diatas pasir ternyata ia tidak mendapat halangan apa apa, Hatinya ia semakin besar, maka ia percepat jalannya dan tidak lama kemudian benar saja ia sudah berada disebrang dibawahnya puncak gunuug Si-ban-leng.
Diam-diam ia bersenyum ewa mengingat percobaan yang dilakukan oleh Hui Siauw ceng yang tidak berhasil. Pikirnya, ia ada lebih pandai menggunakan akal dan sudah bisa sampai dengan selamat ditempat tujuan- Tapi Ho Tiong Jong tidak tahu, bahwa ia bisa selamat menyebrangi lembah pasir berjalan karena alat rahasianya tidak dikerjakan oleh Souw Kie Han-
Kakek aneh itu pada saat Ho Tiong Jong menyebrangi padang pasir yang angker itu, sedang nyenyaknya tidur, karena terus-terusan dua hari dua malam tidak tidur karena mendapat gangguan dari orang-orangnya Seng Kee Po.
coba kalau sikakek dalam sadar, tentu tidak begitu mudah Ho Tiong Jong dapat melalui padang pasir berjalan itu, kalau tidak sampai ia mengalami celaka karena ditelan oleh pasir seperti kejadian dengan Khoe cong dan kawan-kawannya.
Ho Tiong Jong setelah berdiri sejenak. mengawasi padang pasir yang ia telah lewati barusan, lantas membuang sepasang tongkat kayunya.
Anak muda itu bukannya takut mati ditelan pasir, ia makanya ingin selamat sampai disebrang, karena hatinya ingin menolongi Kim Hong Jie.
Untuknya, kematian tidak memjadi soal, karena ia tahu ia tokh bakalan mati karena racunnya Tokskay. ia ingin sebelumnya mati ia dapat menolong dahulu orang yang ia hargakan tinggi kebaikannya.
Dilain saat Ho Tiong Jong sudah naik ke puncak gunung, ia lihat banyak sekali terdapat goa-goa, entah betapa banyaknya ia tidak dapat menghitungnya. BELUM berapa tombak ia jalan, tiba-tiba ia berhenti disebuah batu besar.
Ketika matanya memeriksa keadaan disitu, ia melihat dibatu besar itu ternyata ada sebuah goa. orang tidak mudah melihatnya karena kealingan oleh batu besar tadi, Selainnya ini, Ho Tiong Jong dapatkan disana-sini diatas batu-batu ada liurnya dari binatang berbisa yang sudah menjadi kering karena kesorotan matahari. Hatinya berdebar mengingat kemungkinan Kim Hong Jie sudah binasa menjadi mangsanya binatang berbisa.
Ia lalu berjalan masuk kedalam goa, Ternyata dalam goa itu amat bersih, diatas jalannya hanya kedapatan pasir putih, tidak kedapatan sebutir batupun, Mulut goa besar dan tinggi, dinding sekelilingnya ada dari batu kumala putih, begitupun lantainya hingga tampaknya terang dan resik.
Dilihat keadaannya goa ini seperti juga tempatnya orang yang mengasingkan diri, memang membuat orang merasa betah menempati goa ini, keadaannya tentram dan sunyi, jauh sekali bedanya kalau dibandingkan dengan goa yang barusan Ho Tiong Jong masuki dan bersemadi kepulasan, dalam goa yang terdahulu itu selain tempatnya kecil sempit, juga banyak kutu-kutu dan lain-lain binatang berbisa.
Selagi ia terpesona menyaksikan keadaan dalam goa itu, tiba-tiba hidungnya mengendus bau harum. Hatinya heran, karena ditempat itu dimana ada tanaman bunga karena tidak ada sebatang rumputpun yang hidup disitu. Terdorong oleh perasaan kepingin tahu.Ho Tiong Jong telah memasuki goa itu lebih dalam lagi.
Berjalan tidak lama ia menemui sebuah kamar batu yang terang, Keadaannya kosong tidak ada perabotan apa-apa, ia hanya melihat ada satu pot bunga besar yang digantung setinggi lima kaki pada dinding kamar.
Ketika diperiksa dalampot itu ada ditanami bunga degan pasir sebagai tanahnya, Tampak bunga itu hidup subur dan menyiarkan bau harum sebagaimana yang dapat diendus olehnya tadi
Pot itu berbentuk patkwa delapan persegi makin didekati harumnya bunga makin keras hingga Ho Tiong Jong tidak tahan dan keluar dari kamar itu.
Tidak jauh dari kamar tersebut ada kamar pula, Kamar-kamar batu itu dibangun dengan indahnya dan seperti ada mengandung rahasia. Ho Tiong Jong penasaran lalu keluar goa lagi, dimulut goa ada pintu bikinan alam yang kokoh kuat, Depan mulut goa tanahnya berpasir halus dan empuk ketika ia coba coba berjalan diatasnya, pikirannya didalam goa itu pasti ada penghuninya yang tinggi ilmunya. Apakah ia ada kakek Souw Kie Han yang dimaksudnya.
Dengan menemui kakek itu, pikirnya, ia akan dapat tahu perihal keadaannya Kim Hong Jie apakah si nona masih dalam selamat atau sudah binasa diantuk binatang beracun yang banyak berkeliaran disitu?
Memikir kesitu, lantas Ho Tiong Jong putar lagi badannya memasuki pula goa tadi, Dengan goloknya ia ketok ketok disekitar dinding, seolah-olah ia ada mencari alat rahasianya. Tapi ia tidak mendapatkan apa apa selamanya suara membalik dari ketokan goloknya itu berbunyi mengaung.
Ia masih panasaran, lalu masuk kedalam kamar tadi yang ada pot bunganya.
Setelah memeriksa disekitar kamar tidak ada apa apa yang mencurigakan tangannya iseng sadah mendorong dorong pot berbentuk patkwa itu kekiri, sedikitpun tidak bergerak akan
tetapi ketika didorong kekanan mendadak ia mendengar suara berkelelek danpot itu menggeser tiga dim.
"Aaaa ini tentu kuncinya untuk masuk kekamar rahasia" pikirnya.
Ia lalu yang menggoyang goyangkan pot itu, segera terdengar seperti suara terbukanya pintu. Benar saja Ho Tiong Jong lihat pada dinding kamar batu itu ada terbuka sebuah pintu. Ho Tiong Jong menjadi girang lalu ia memasuki pintu tadi, kiranya disitu juga ada sebuah kamar.
Tapi kamar disitu beda dari yang sudah sudah karena terlihatlah diperlengkapi dengan perabotan yang indah-indah seperti meja kursi dan tempat tidur.
Batu kumala putih yang melapis dinding dan lantai tampak berkilat terang, hingga keadaan disini ada lebih terang dari kamar lainnya.
Diatas pembaringan Ho Tiong Jong lihat ada satu kakek kurus kering sedang bersemedi. cepat-cepat Ho Tiong Jong mendekati dan menjura memberi hormat, katanya.
"Harap cianpwee suka memaafkan Boan-pwee yang sudah lancang masuk kedalam tempat istirahat cianpwee disini karena tidak mengetahui kalau dalam kamar ini ada penghuninya."
Ho Tiong Jong beberapa saat menanti jawaban, tapi tidak juga ia mendengar suara si kakek yang bersender didinding batu.