Golok Sakti Chapter 64

NIC

"Adik Jong aku mengucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu barusan, memang harus aku akui kalau kau tidak datang, entah bagaimana dengan diriku kena dikeroyok oleh mereka itu. Aku masih ada urusan, maka sampai disini saja kita berpisahan-"

Ho Tiong Jong melihat si gadis sehabis-nya mengucapkan kata-katanya dengan segera mengangkat kakinya hendak berlalu cepat-cepat ia mencegah.

"Eh, encie le tunggu dulu"

Si nona merandek dan menoleh pada Ho Tiong Jong. "Ada apa lagi?" tanyanya.

"Boleh kah aku minta pertolongan encie?"

"Dalam hal apa?"

"Aku ada mempunyai sahabat seorang tua, yang belum lama aku tolong keluarkan dari rumah penjara berair, Dia sudah dua puluh tahun disiksa dalam penjara, aku kasihan, ia merindukan melihat matahari lagi dalam usia tuanya."

"Siapa orang tua itu, sampai tahan disekap begitu lama ?"

Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan ringkas halnya co Kang cay dan ie Ya yang mendengarnya telah anggukkan kepalanya,

Setelah ia kerutkan alisnya yang lentik halus, seperti ia sedang menimbang-nimbang lalu berkata.

"Aku harus menbiwa ia kemana?"

"Bagaimana kalau ke Yang-co apa tidak kejauhan?" tanya Ho Tiong Jong bersenyum.

"Jauh atau dekat, kalau memang mau menolong tidak menjadi soaL" jawab si nona sambil melirikan matanya yang jeli dan bersenyum menggiurkan.

"Terima kasih, kau baik sekali enci, Aku sebenarnya tidak ingin membuat berabe encie. kalau saja aku ungkulan untuk menerjang keluar dari tempat ini. Barusan aku ketemu encie, lantas mendapat pikiran untuk menyelamatkan orang tua itu, tidak ada jalan lain yang lebih sempurna dari pada minta pertolongan encie, Dengan dimasukkan dalam kereta encie, orang tua itu akan selamat dari tempat mereka disini, Nah, encie tunggu sebentar, aku akan ambil orang tua itu kemari." Ie Ya angguk kan kepalanya.

Ho Tiong Jong lantas berlalu, Dengan kepandaiannya mengelilingi tubuh dalam tempo sebentaran saja ia sudah kembali dalam kamar rahasianya, di mana co Kang cay sedang menanti-nantinya .

"Tiong Jong, kau sudah balik? sungguh kesepian ditinggalkan olehmu." kata co Kang cay dengan muka berseri seri.

"co Lopek sungguh kebetulan sekali aku ketemu dengan encie ie. Dengan pertolongannya, kau dapat pulang ketempatmu di Yang-co." kata Ho Tiong Jong dengan muka berseri-seri girang.

co Kang cay masih belum mengerti duduk -nya, tapi setelah ia diberi keterangan tentang Ie Ya hendak menyelamatkan dirinya sampai ditempatnya di Yang co, orang toa itu kegirangan- Sambil mengurut-urut jenggotnya ia berkata, "Tiong Jong, aku betul-betul merasa girang mempunyai sahabat seorang muda seperti kau ini. Aku harap- setelah kau disini membereskan kewajibanmu, kau lekas-lekas menyusulku kesana." Ho Tiong Jong ketawa sambil anggukan kepala.

"co lopek. asal saja aku masih bernyawa pasti aku akan

menyusul kau kesana dan "

"Tiong Jong." menyelak si kakek, "kau jangan berkata begitu di lihat dari air muka-mu, kau ini bukan macam orang yang pendek umur. Rejekimu besar meskipun kau mengalamkan banyak bayangan dalam perjalanan hidupnya akhirnya kau akan menjadi seorang yang ternama. percayalah pada aku si orang tua."

Sebelum orang tua itu berkata habis, Ho Tiong Jong sudah tidak memberi ketika lagi, dengan cepat ia meny amber tubuhnya dan di gendong keluar dari tempat rahasia itu. sebentar saja mereka sudah berada ditempat, dimana Li lo sat Ie Ya sudah menanti dengan keretanya.

Kusirnya berbadan tegap. tinggi besar. umurnya kira-kiranya tiga puluh tahun-

Roda-roda kereta telah dibungkus, rupanya supaya jangan menerbitkan suara berisik keluar dari tempat itu.

Ie Ya membantu Ho Tiong Jong memasukkan co Kang cay kedalam kereta, setelah selesai Ho Tiong Jong berkata pada Ie

Ya.

"Enci ie, kau sudah bermusuhan dengan-.. "

"Aku dapat pergi" jawab Ie Ya bersenyum manis,

"Aku kuatirkan-... " Ho Tiong Jong belum lampias bicara sudah dipotong oleh Ie Ya katanya.

"Kau kuatirkan aku mendapat celaka dari pihaknya Seng Pocu? IHm... mereka tidak membuat susah padaku, asal saja aku tidak tertangkap malam ini. Kita akan berhadapan sebagai sahabat meskipun dalam hati masing-masing ada mempunyai rencana sendiri.

Kau jangan kuatir, Tiong Jong, kita berpisah sampai disini, tidak lupa aku mengucapkan sekali lagi terima kasih atas bantuanmu barusan-." Ie Ya tutup bicaranya dengan mengerlingkan matanya yang memikat.

Tiong Jong hatinja berdebar sejenak. Tapi lekas ia dapat menetapkan ketenangannya kembali "Encie ie, selamat berpisah. Semoga kau selamat dan dilain ketika dapat berjumpa kembali, tapi... "

Ho Tiong Jong mengelah napas dengan tiba-tiba hingaa ie Ya jadi terperanjat. "Kau kenapa. Tiong Jong?" tanyanya.

"oh. tidak apa apa, selamat tinggal harap saja encie

dapat mengantar co lopek sampai ditempatnya dengan tidak kurang apa2, Dan co lopek kini kita berpisah." ia meneruskan kata-katanya pada co Kang cay "Harap saja kau baik baik dapat menjaga diri.. "

Ie Ya sudah membuka mulutnya hendak berkata, akan tetapi badannya si pemuda sudah melesat sejauh beberapa tumbak, akan kemudian menghilang dari pemandangan-

Ho Tiong Jong tidak menceritakan terus terang bahwa dirinya bakal mati gara-gara racun Tok kay, maka bicaranya sampai, tapi... " telah terputus.

Ie Ya memandang bayangan si pemuda sampai hilang, lalu menghela napas, terus naik keretanya dan perintah kusirnya untuk segera menjalankan keretanya.

---oooOdwOoooo—

XIX. CUBITAN YANG MENIMBULKAN KENANGAN.

KITA ikuti Ho Tiong Jong. setelah berpisah dengan ie Ya lantas ia lari kegunung Hul-cui-san- dari tempat mana ia memandang ia bisa memandang lembah Liu soa kok dipagi hari.

Dibawahnya sinar mata hari pagi tampak padang pasir yang putih mengasih pemandangan yang indah. Dalam hatinya merasa gelisah memikirkan Kim Hong Jie yang ada kesana, di goa Pek cong-tong tempatnya si kakek aneh yang terkenal ganas dan kejam.

Tiba-tiba ia melihat dua bayangan orang yang naik kuda dikaki gunung sedang menuju ketempat Seng Eng. Lantas saja Ho Tiong Jong mengenali satu diantaranya ada Seng Giok cin, Dalam hati berpikir, apakah Giok Cin sudah kembali dari sana? Mungkin Hong Jie sudah menemukan ajalnya disana, maka Giok Cin sudah kembali dengan tangan kosong? pikirnya tentu tidak ada gunanya ia lama lama dalam goa kakek aneh itu, karena Kim Hong Jie tokh sudah mati. Rupa-rupa pikiran saat itu telah mengaduk dalam otaknya si anak muda.

Bayangap nona Kim yang cantik menarik dengan dua sujennya dikedua belah pipinya yang halus botoh memikat hati, membuat Ho Tiong Jong melamun kennasa yang lampau, dimana ia telah menerima banyak budi dari gadis cilik (Hong

Jie) itu, selama ia belajar silat dua belas jurus ilmu golok keramat- dari engkong nya.

Tanpa disadari dengan pelahan-lahan ia bertindak. Belum lama ia berjalan, ia mendengar disebelah depan ada orang bicara, cepat-cepat ia menghampiri lalu menyelingkar di balik pohon ketika ia sudah datang dekat kepada orang orang yang bicara tadi, yang bicara tadi, yang ternyata bukan lain daripada Hui Siauw ceng yang mukanya kasar dan kakaknya si Hui Sang Kang bersama-sama dengan nona Lauw Hong In-

Pada saat itu tampak nona Lauw air mukanya muram, yang dikesalkan, apa mungkin ia memikirkan perginya Kim Hong Jie ke-tempatnya si kakek aneh, yang belum diketahui bagaimana nasibnya si nona disana? Terdengar Hui Song Kang berkata, " itu putrinya Seng Pocu, Seng Giok cin semalaman suntuk gentayangan tidak berani meneruskan perjalanannya, betul-betul dia bikin kita celaka"

Hui Siauw ceng mengerutkat alisnya "Ya, memang ditempat ini ada sangat berbahaya" katanya. "pasir berjalan (Liu soa) yang harus dilewati sangat angker setiap orang yang berjalan diatas pasti menemukan bahaya yang tidak diingini."

"semua-mua ada gara garanya co Goan Tiong," nyeletuk Lauw Hong in. "orang she co itu telah membunuh musuh dengan meminjam tangannya lain orang, Betul-betul terkutuk perbuatannya itu... " Hui Siauw ceng tidak berkata apa-apa.

Matanya tampak mengawasi disekitarnya. Tiba-tiba ia berkata.

"Seng Kang, coba keluarkan tambang panjang yang digemblok di punggungmu aku hendak mencoba-coba pasir berjalan ini."

Hui Seng Kang terbelalak matanya mengawasi ayahnya. "Ayah . . ." katanya gugup, "Kau kenapa," tanya sang ayah.

"Jangan kita coba-coba menempuh bahaya sendiri Ayah, coba lihat itu gerombolan Seng Pocu, semuanya juga ada membawa tambang, akan tetapi mereka masih belum berani turun tangan"

Posting Komentar