Golok Sakti Chapter 63

NIC

Ho Tiong Jong, akan tetapi tiba-tiba pikiran sehat berkelebat diotaknya.

Ia urungkan telapakannya jalan-jalan dimuka Ho Tiong Jong.

"Ah, aku yang salah." demikian ia menggerendeng sendirian, ia bersenyum manis, jarinya yang halus kembali menotok si anak muda dua kali, satu totokan membuat yang korban tidak bisa bergerak. yang satu lagi membuka totokan pada urat gagunya sehingga anak muda itu kini dapat membuka mulutnya menjawab.

Kiranya barusan makanya Ho Tiong Jong membisu saja karena urat gagunya yang tertotok belum dibuka, Makanya Ie Ya cepat menarik pulang tangannya yang hendak mampir dipipinya sianak muda, karena ia ingat bahwa ia keliru, mana anak muda itu dapat menjawab pertanyaannya sedang totokan pada urat gagunya belum dibuka?

"Nah, sekarang jawablah pertanyaanku barusan." Kata pula

Ie Ya.

"Enci le aku... aku..."

"Hei, kau... kau... " Ie Ya memotong karena ia kenali itu ada suaranya Ho Tiong Jong, Tersipu-sipu ia mengulur jari tangannya membuka totokan pada jalan darahnya si pemuda yang tadi tertotok.

"Enci ie, kau bikin semangatku menjadi terbang" Ho Tiong Jong bergurau.

"Siapa suruh kau diam saja," sahut si nona ketawa manis.

"Siapa suruh kau menotok urat gaguku." jawab Ho Tiong Jong menatap wajahnya yang ayu. Keduanya jadi ketawa geli.

"Adik Jong," kata nona ie. " kabarnya kau sudah mati kena dihajar senjata Tok kim chi ceng ciauw Nikouw tapi kenyataannya kau masih segar bugar begini."

"Memang benar senjata rahasianya nikouw mampir dimulutku, tapi tidak terus masuk ketenggorokan. "

"Sebabnya?"

"Mana dapat senjatanya lewati giginya^" "Ah, adik Jong, apa benar?"

"Kalau tidak percaya mana dapat aku sekarang berdiri di hadapanmu?"

Li lo-sat ie Ya geleng-geleng kepalanya. "Adik Jong, betul-betul aku tidak nyana kau dalam beberapa hari saja tak ketemu kepandaianmu sudah begitu tinggi, seperti dapat mengalahkan co Tong Kang, salah satu tokoh terkuat dalam "Perserikatan Benteng Perkampungan" kalau saja itu tersiar diluar, namamu akan naik tinggi dengan mendadak dalam dunia Kang ouw. Aku seharusnya mengaturkan selamat kepadamu, adik Jong"

"Enci le, kau berkelebihan," sahut Ho Tiong Jong rendah, "kepandaianku masih cetek dan masih memerlukan didikan orang pandai lebih jauh, orang bagaimana aku sekarang dapat pujian begitu muluk dari enci."

"Tapi sebenarnya kau dapat pelajaran dari mana sih?" tanya si nona penasaran-

"Ah, itu hanya dengan cara kebetalan saja. Tapi biarlah lain kali aku nanti menuturkan padamu, sekarang enci mau pergi kemana?"

"Aku mau pergi dari sini."

"Apa kau tak kuatir nanti dicegat dijalanan?"

"Mereka tidak berani lagi, Barusan kalau mereka dapat menangkap aku, mungkin susah akan aku dapat meloloskan

diri."

Ho Tiong Jong merasa heran, ia menanyakan dari sebab apa si nona kena dikeroyok oleh dua saudara oet ti. Dari roman mereka kelihatannya begitu gemas dan seperti mau menelan si nona.

Ie Ya bersenyum-senyum, "Kau tidak tahu meskipun kelihatannya akur dalam "Perserikatan Benteng perkampungan- sebenarnya telah retak. Sudah terpecah menjadi tiga partai, masing-masing berusaha memperkuat partainya sendiri untuk kelak dapat menjagoi dikalangan rimba persilatan- Dua saudara oet-ti itu tidak termasuk dalam komplotanku, mereka telah menerima perintah dari atasannya, sekarang setelah mereka gagal, buat sementara aku dapat berlalu dari tempat ini dengan--selamat. Lain urusannya kalau dikemudian hari kita berjumpa pula."

"Ooh begitu," nyeletuk Ho Tiong Jong.

Kembali Ie Ya memperlihatkan ketawa nyayang manis menarik. "Adik Jong, kau kenapa sampai sekarang masih belum juga berlalu dari sini?"

"Enci Ie, kau mau suruh aku pergi ke-mana? kau tahu kekuasaannya Seng Pocu ada sangat luas dalam daerahnya ini, kalau tidak dengan pelahan-lahan menggunakan akal mana aku dapat lolos dari kejarannya, Lain dari itu, juga aku masih ada urusan-... "

"Hm urusan-.." menggerenden Gie Ya.

Mukanya yang tadi ramai dengan senyuman mendadak menjadi dingin-"Aku, tahu tentu urusannya... "

"Urusan apa ? Bagaimana kau tahu ?"

"Urusan nona Seng tentu, Kau sudah kejiret keelokannya, maka kau tidak maupergi dari sini, dia sedang keluar."

"Keluar kemana?" Ho Tiong Jong memotong.

Ie Ya mendelu hatinya, ia sebenarnya ada cemburuan dan merasa tidak puas melihat sikapnya Ho Tiong Jong seperti yang lebih memperhatikan dirinya Seng giok cin daripada dirinya.

Maka ia tidak lantas menjawab atas pertanyaan si pemuda, kalau tidak Ho Tiong Jong ulangi lagi pertanyaannya tadi.

"Dia sudah pergi menyusul Kim Hong Jie yang pergi ke lembah Lui soa-kok."

"Hei, ada itu perkara ? Apa maksud Kim Hong Jie pergi kesana ?"

"Ya, Kim Hong Jie pergi kesana dengan cu coan Liang, menyusul tiga orang gila yang bertaruhan mengambil batu Hwe-giok disana?"

"Ada pertaruhan apa encie Ie? sukalah kau menceritakan padaku? Dan siapa mereka yang barusan encie katakan tiga orang gila?"

Ie Ya sebenarnya mendelu hatinya, ia tidak mau orang banyak tanya lagi dan sudah hendak meninggalkan tempat icn, kalau tidak Ho Tiong Jong dengan separuh menatap minta diceritakan halnya Seng giok cin, Kim-Hong Jie dan lain-lainnya.

"Soalnya sederhana saja," kata Ie Ya "lantaran saling kepingin disebut jagoan, maka Khoe Tiong, Tie Kie Song dan Kong soe Tek bertiga telah pergi ke lembah Lui soa kok untuk mengambil batu Hwe-giok di goa Pek cong tong... "

"Untuk apa itu Hwe-giok?" sipemuda menyelak.

" Untuk si nona manis Kim Hong Jie?-" jawab ie Ya separuh menjebi bibirnya.

" Kenapa jadi untuk Kim Hong Jie?"

" Kau tidak tahu, itu Hoan Sian Jie dan Kong Soe Jin setelah menang bertanding di atas luitay, hadiah peblokan sutera yang diterimanya, telah diserahkan pada nona Seng.

Rupanya nona Seng tidak enak kalau hanya ia sendiri saja yang peroleh hadiah itu maka telah mengusulkan pemuda-pemuda lainnya bertanding dan mendapatkan hadiah untuk diserahkan kepada Kim Hong Jie."

"Ada apa hubungan batu Hwe-giok dengan goblogan sutera itu?" kembali Ho Tiong Jong menyelak

Li lo sat Ie Ya pelototkan matanya, "Kau dengar dahulu orang ngomong, jangan saban-saban memotong, Mana kau mengerti kalau belum aku habis menutur." kata Ie Ya.

Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia berasa salah, maka ia lalu berkata, "lya, iya dah, aku salah. Teruskan ceritamu enci Ie Ya yang baik."

Kembali ie Ya pelototkan matanya, hanya kali ini matanya melotot tapi mulutnya yang mungil menyungging senyuman geli.

"Makanya, kau dengar dulu aku cerita." katanya, "tiga pemuda itu sebenarnya hendak mengadu kepandaian diatas luitay, tapi tiba-tiba itu si Goen menyelak dan mengatakan bahwa pertandingan adu silat sudah bosan mendapat hadiah sutera sudah bukan model baru, paling baik, katanya, bertaruh pergi kegoa Pek-cong-tong mengambil Hwe-giok untuk dihadiahkan pada nona Kim Hong Jie. Barulah itu ada harganya." katanya.

"Mereka yang mau main jago-jagoan, lantas saja bersedia untuk melakukan pertaruhan itu, meskipun mereka tau bahwa orang yang pergi kesana bukannya tidak berbahaya."

Sampai disini nona ie berhenti sebentar. Matanya yang bagus menatap mesra pemuda didepannya, " kenapa kau tidak menyelak?" tanyanya.

Ho Tiong Jong melengak, "Bukankah enci bilang aku dengan menyelak?" tanyanya. Ie Ya menekap mulutnya, menahan ketawa nya melihat kelakuan Ho Tiong Jong.

"Betul- betul kau bisa pegang janji," si nona kata sambil tersenyum.

Ho Tiong Jong juga tersenyum. suatu senyuman yang membuat hatinya ie Ya berduka sebaiknya dari bergembira, Kenapa? itulah karena diam-diam ia berpikir.

"Pemuda ini dicintai oleh Giok Cin dan Hong Jie sepasang jelita yang sukar mendapat tandingan kecantikannya maupun ilmu silatnya, Aku yang dikenal sebagai Kepala iblis Wanita, apakah ada harapan menempati hatinya pemuda ini? oh, kejadian itu mungkin hanya bisa terjadi dalam impian belaka."

Berpikir demikian maka wajahnya yang barusan ramai dengan senyuman lantas berubah duka dan dingin.

"Hei, kau kenapa, enci Ie?" tanya Ho Tiong Jong heran melihat perubahan itu. Si nona menghela napas,

"Tidak. " jawabnya, "Nah, Dengarlah aku cerita terus."

Ie Ya lantas menceritakan ceritanya tentang tiga pemuda yang pergi ketempat berbahaya itu telah menimbulkan rasa kuatir di- kalangan jago-jago tua dan muda, Mereka kuatirkan keselamatan tiga pemuda itu terhadap si kakek aneh souw Kie Han yang ganas, penghuni dari goa Pek-cong tong.

Kim Hong Jie yang turut memikirkan halnya tiga pemuda itu, yang telah pergi kesana karena gara-gara dia juga, merasa tidak enak hati diluar tahunya jago jago tua dalam Seng kee-po itu, dengan mengajak co Goan Liang telah menyusul kesana.

Sebagai penutup ceritanya, ie Ya berkata "Seng Giok cin dan Kim Hong Jie ada satu komplotan, tidak heran kalau Giok Cin hatinya merasa tidak enak mendengar kepergiannya Hong Jie dan iapun telah menyusul kesana. Karena itu, kedatanganmu untuk menemui Giok cin jadi kecele... hi hi

hi... "

Ho Tiong Jong jadi melongo mendengar keterangannya ie

Ya.

"Habis, apa kepergian mereka itu dibiarkan saja." tanyanya, ketika tersadar dari melongonya

"Sudah tentu tidak- tolol. Kawanan- kawanan tiga orang gila itu, yang mahir ilmu silatnya sudah pada menyusul pertandingan adu kepandaian diatas luitay dengan sendirinya dihentikan, karena Seng Pocu dan kambratnya pada menyusul

juga."

Ho Tiong Jong menjublek. pikirnya melayang kepada Seng giok cin dan Kim Hong Jie, pikirnya orang tua aneh dari goa Pek cong-tong memang sangat kejam dan telengas kabarnya tapi disamping itu juga disana pun dipelihara banyak kutu, ular, dan lainnya binatang berbisa, kalau tak sampai terbinasa ditangannya kakek aneh Souw Kie Han, mereka disana pasti akan menemui kematiannya karena diantuk oleh binatang-binatang beracun. Belum kembali ingatannya mendadak ia mendengar Ie Ya berkata.

Posting Komentar