"Giam-lo ong masih belum mau menerima aku."
Si nona menekap mulutnya yang mungil menahan ketawanya mendengar jawaban Ho Tiong Jong yang lucu.
"Nona Seng, aku harap sekali pertolonganmu itu," kata pula si pemuda, yang jadi mesem melihat kelakuannya si nona terasa geli sambil menekap mulutnya. Tiba-tiba ia rasakan tangannya dicekal si nona.
"Tiong Jong, "kata si nona, "kau ini bukankah sudah mati dibawah senjata rahasianya ceug ciauw Nikow yang dinamai Tok kim-chi? cara bagaimana kau bisa hidup. Selain dari itu, apa maksudmu kau hendak pergi dari sini dengan membawa-bawa orang tua ini?" sambil menunjuk pada co Kang cay yang digendong. "Tidak. malam ini juga kau harus datang dikamarku."
Ho Tiong Jong terkejut, Dalam hatinya berpikir kalau ia tidak menurut permintaannya si nona, sudah pasti ia tidak bisa keluar dari situ, Untuk dirinya sendiri tidak menjadi soal, hanya kasian kepada co Kang cay yang sudah dua puluh tahun lamanya belum pernah melihat matahari lagi, Ia cepat mengambil putusan, jawab nya. "Ya, baiklah nona Seng, sebentar jam tiga aku akan datang ketempatmu."
Seng giok ceng girang mendengar janjinya si anak muda, maka ia lalu berkata. "Nah, sekarang cepat-cepat kau melarikan diri "
Ho Tiong Jong mengucapkan terima kasih, kemudian meninggalkan tempat itu menuju kekuil bokbrok yang tempo hari ia dengan Tok-kay pernah meneduh dan telah membunuh pengemis beracun itu.
Ia lalu menurunkan co Kang cay dari gendongannya.
Berdua duduk diatas lantai, berCakap cakap akan bertindak selanjutnya.
Selama itu pikirannya si pemuda kalut, karena memikirkan nasibnya yang hanya sampai besok malam temponya jam tiga, jiwanya pasti melayang karena racun jahatnya Tok kay. Pikirnya, orang telah mengetahui dirinya telah binasa dibawah Tok-kim-chi ceng ciauw Nikow, sekarang hidupnya dalam rahasia sudah bocor diketahui orang juga.
Untuk apa sebenarnya hidupnya yang sesingkat waktu itu? Sambil menghela napas ia berkata pada Co Kang Cay
"Co Lopek. baru sekarang aku ingat bahwa pekerjaanku menolong kau akan terlantar setengah jalan-.. "
"Hei, kenapa kau bilang begitu?" memotong Co Kang Cay kaget.
kembali Ho Tiong Jong menghela napas, "Lopek." katanya lesu", sebenarnya badanku sudah terkena racunnya Tok kay. Besok jam tiga malam racun itu akan bekerja dalam tubuhku. Kecualinya sebelum jam tiga itu aku ketemu dengan si Dewa obat Kong Jat Sin yang dapat menolongku, jiwaku tidak melayang karenanya, Aku menyesal tidak bisa melanjutkan tugasku menolong dirimu sampai ditempat yang aman-"
Co Kang Cay kaget bukan main mendengar bicaranya Tiong Jong. Mukanya menjadi pucat seketika.
"Hai, bagaimana baiknya ini?" katanya gugup, "Kakiku sudah tak dapat berjalan, kalau nanti dapat diketemukan oleh Seng Eng tentu dia akan menyiksa diriku dengan lebih kejam lagi daripada yang sudah."
Ho Tiong Jong yang berhati budiman, merasa terharu dan kasihan pada si kakek yang jadi gelabakan ketakutan-
Perkataannya Co Kang Cay memang beralasan- Ditempat itu, malah disekitarnya sejauh ratusan li masih dibawah kekuasaannya Seng Eng, mana mereka dapat bersembunyi disitu, apalagi kalau Co Kang Cay ditinggal sendirian, terang ia akan ditemukan lagi oleh Seng Eng.
"Tiong Jong, kalau begitu baik kau bawa lagi aku ke tempatnya Seng Eng," kata co Kang cay dengan tiba-tiba.
Ho Tiong Jong kaget dan mengawasi si kakek dengan perasaan tidak mengerti.
"Tiong Jong, kau jangan kaget," kata si kakek nyengir, "kau tidak tahu, kita sembunyi ditempatnya Seng Eng ada lebih aman, karena disaaa ada banyak tempat yang rahasia dan aku sendiri yang mengetahuinya, jikalau kita masuk dalam salah sebuah kamar yang kiranya tidak akan menjadi perhatian mereka, tentu kita sembunyi dengan selamat kau pikir bagaimana?"
Ho Tiong Jong pikir jalan itu memang ada berbahaya, tapi karena sudah tidak ada jalan lain, pikirnya jalan itu baik ditempuh- nya.
"Tapi, bagaimana kita balik kesana, apa tidak akan dipergoki oleh mereka?" tanyanya sangsi.
"Kaujangan kuatir, turut saja petunjukku kau jalan akan selamat" jawab si kakek yang sudah tahu betul selak seluknya tempat di benteng Seng-kee Po itu.
—oooOdwOoo—
XVIII. TOTOKAN SI CANTIK IE YA
DEMIKIAN setelah mereka mengasoh sebentar lantas Ho Tiong Jong menggendong si kakek dan dia akan sendiri, Maka nya semuanya ada tujuh koper penuh dengan isi nya emas semua, Betul-betul dalam seumur hidupnya Ho Tiong Jong baru mengalami melihat harta dunia yang demikian hebatnya, Mustahil maka berapa harganya emas itu dapat dibayangkan bawa kembali ke tempatnya Seng Eng. Betul saja, dengan melalui jalanan yang jarang dilalui orang atas pengunjukan co Kang cay, akhirnya Ho Tiong Jong dapat membawa si kakek kembali ke-tempatnya Seng Eng dengan tidak menemui rintangan apa-apa.
Dengan mengikuti petunjuk Co Kang cay ia menggendong masuk keluar kamar-kamar batu rahasianya? Akhirnya mereka memasuki sebuah kamar batu yang lebarnya dua tombak dan tingginya enam kaki, pintunya dapat didorong dan menutup sendiri.
Inilah ada kamar yang merupakan pusatnya dari sekalian kamar batu lainnya, di atasnya kamar ini ada kamar tempat tidurnya Seng Eng, penerangan disini terpancar dari dua buah batu mustika.
Co Kang Cay memilih kamar ini dianggapnya tempat yang aman, karena jarang di datangi oleh Seng Eng. Kamar-kamar batu rahasia disitu, merupakan gudang hartanya Seng Eng. Atas pengunjukan Co Kang cay supaya si pemuda dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana besar hartanya Seng Eng.
Ho Tiong Jong pergi ke kamar sebelahnya dimana benar saja terdapat harta benda yang tak ternilai harganya. Di atas meja panjang ia lihat ada tersebut barang mustika, mutiara dan sebagainya yang sangat berharga.
Lebih jauh ia lihat ada tujuh buah koper besi, ia membukanya koper itu isinya ada barang barang yang terbikin dari bahan emas. Ditaksir timbangan koper itu ada puluhan ribu.
Setelah puas melihat-lihat dalam kamar harta itu, Ho Tiong Jong balik lagi kekamar dimana Co Kang cay ada menantikan padanya.
"Bagaimana ?" tanya Co Kang cay ketika melihat si pemuda menghampiri padanya. Sambil ambil tempat duduk. l Ho Tiong Jong menjawab. "Ya, betul-betul aku seumur hidupku baru melihat harta yang demikian besarnya, Tujuh buah koper penuh dengan emas sedang diatas meja ada berserakan benda-benda mustika, berlian, batu kumala, mutiara dan sebagainya. Betul-betul Seng Pocu ada satu hartawan besar... " Ia berkata sambil menghela napas.
"Hei, kenapa kau menghela napas?" tanya co Kang cay.
"Ya." katanya lesu, "kalausaja aku tidak merasa hutang budipada nona seng, aku pasti akan mencari akal untuk mengambil harta benda itu dan kemudian dibagi-bagikan kepada orang yang melarat supaya mereka dapat bernapas legahan dalam penghidupannya yang serra sempit."
"Bagus, Tiong Jong," kata sikakek sambil mengelus- elus jenggotnya, kau yang begini muda mempunyai pikiran begitu dermawan, kelak di kemudian hari kau akan mendapat pembalasannya. Memang benar, kalau harta kekayaan itu kita bagi-bagikan kepada orang miskin, tentu mereka merasa sangat berterima kasih dan akan membalas budi pada kita... "
"Tidak. lopek" memotong Ho Tiong Jong, "bukan maksudku untuk menerima pembalasan budi, Aku kalau sampai dapat membagi harta kepada pihak si miskin, aku sudah merasa puas dan tidak mengharap akan pembalasan budinya mereka."
Demikian mereka melamun, jikalau menguasai harta akan dibagi bagikan kepada rakyat miskin-
Selagi si kakek tersenyum-senyum sambil mengurut- urut jenggotnya, tiba tiba ia seperti kaget dan berkata pada Ho Tiong Jong.
"Tiong Jong, bukankah kau sudah berjanji dengan nona Seng? Kini sudah dekat jam tiga, kau harus pergi kesana, Harap kau lekas pergi dan cepat kembali, aku disini kesepian di tinggal sendirian."
"Tidak apa," jawab Ho Tiong Jong bersenyum, " lambat-lambatan sedikit tidak menjadi soal, asal aku pergi menemuinya. Kau jangan kuatir, aku pergi dan tidak lama akan balik kembali."
Ia lalu meninggalkan Co Kang Cay, tapi di luar ia merandek dan memikirkan halnya Sikakek yang sudah dua puluh tahun ditahan sungguh tersia sia kepintarannya selama dua puluh tahun itu tak dapat digunakan-
Pikirnya, baik sekali kalau ia masuk pula ke gua harta tadi dan mengambil beberapa potong emas dan mutiara untuk diberikan kepada Co Kang Cay, ia sudah tua dan tak dapat bekerja berat lagi maka emas dan mutiara itu ada untuk ongkos hidup selanjutnya.
Setelah mengambil putusan, ia lalu mampir lagi keg udang harta tadi, dimana ia mengambil potong emas dua, dua puluh butir matiara. Ketika ia hendak kembali kekamar Co Kang Cay, ia melihat disitu ada patung tembaga yang besar, yang bermula ia datang kesitu tidak diperhatikan-
Kini ia perhatikan patung tembaga yang besar itu. Pikirnya, patung beginian apa gunanya ditaruh dalam gudang harta ini? ia lalu menghampiri dan merabah patung tembaga itu dari kepala sampai kebawah. Dilihatnya dibawahnya ada satu bantalan, ia iseng dan menggosok-gosok bantalan ini tiba-tiba bantalan itu mengeluarkan cahaya dan terbuka. Didalamnya pun ada sebuah perisai gading lebarnya tiga jari dan panjangnya tiga dim, pada gading itu ada benang merah, mulai dari sudut atas bagian kiri terus berputar-putar ketengahnya dan sampai ditengah-tengah sebelah kanan benang itu Sudah-putus, ia tidak mengerti apa rahasianya benda itu, kemudian ia benahi lagi seperti sedia kala, ia balik lagi ketempatnya Co Kang Cay. orang tua itu heran sianak muda balik kembali.
"Kau balik kembali, kenapa, apa tidak jadi menemui nona Seng ?" tegurnya.
"Aku balik kembali membawa ini. "jawab si pemuda sambil menunjukkan emas dan mutiara yang dibawanya dari kamar harta,
"Untuk apa kau bawa bawa yang demikian?" tanya si kakek.