Golok Sakti Chapter 58

NIC

Dengan kecerdikannya Ho Tiong Jong tatkala itu telah dapat melebihi dua tokoh kawakan dalam Perserikatan Benteng Perkampungan- Ia sebenarnya tidak mati,

Tok kim-chi dari ceng ciauw Nikow sudah kena ia gigit, kemudian dibuang kedalam air yang merendam dirinya, tanpa dilihat oleh co Tong Kang yang terus menganggap bahwa senjatanya si nikow mengenakan dengan telak pada mulutnya Ho Tiong Jong, ia telah menggunakan kepandaiannya istimewa untuk membikin dirinya tidak bernapas seperti orang mati, kepalanya teklok dan tubuhnya lemas. Kalau saja ia tidak dirantai pada tiang batu, terang ia bisa rubuh dan tenggelam dalam air.

Kepandaian istimewa itu telah membuat Kim Toa Lip dan co Tong Kang kena dikibuli mentah-mentah .

Tatkala ia melihat dua orang itu berlalu meninggalkan dirinya, lantas ia menyelesaikan pekerjaannya mengikir rantai dan tidak lama kemudian ia sudah merdeka. Kebetulan sekali waktu ia bekerja itu tidak ada orangnya Seng Eng yang melongok dirinya.

Bukan main girangnya Ho Tiong Jong setelah merdeka, ia lalu berdamai dengan co Kang cay bagaimana mereka bisa keluar dari "neraka" itu.

Si orang tua she co, yang mengetahui betul selak-beluknya bangunan penjara air itu lantas menunjukkan jalan keluar, yalah melalui got yang menyalurkan keluar air dalam penjara itu kalau sudah tak diperlukan lagi.

Dengan mengikuti petunjuk co Kang cay tidak sukar Ho Tiong Jong sudah dapat keluar dan penjara air itu dengan melalui got tersebut.

Sampai diluar, ia girang dapat menyedot lagi hawa udara yang segar.

Pikirnya, ia hendak menemui nona Seng, minta penjelasan sebenarnya untuk apa ia di tahan dalam penjara air itu? Keadaan waktu itu sudah malam.

Bulan sabit tampak selulup timbul saja di balik awan yang tebal.

Dengan menggunakan kepandaiannya dalam sekejapan saja ia sudah sampai di rumahnya Seng Eng, saat itu sudah malam, tentu Seng Giok Cin berada dlkamarnya, ia mau pergi kesana, tapi ia tidak tahu dimana letaknya.

Tiba-tiba sedang ia kebingungan dapat melihat ada pelayan perempuan mendatangi kearahnya, ia cepat mengumpat ditempat yang gelap. ketika pelayan itu datang dekat ia sudah sergap dengan tiba-tiba.

Pelayan itu hendak berteriak. tapi keburu diancam oleh Ho Tiong Jong akan dibunuh kalau berani beterlak. maka ia jadi ketakutan setengah mati dan minta ampun-

Dari mulutnya pelayan itu Ho Tiong Jong dapat tahu dimana letak kamarnya nona Seng, maka setelah menotok si pelayan itu jangan dapat bergerak. Ia lantas pergi ke kamar Seng Giok Cin-

Dari jendela yang terbuka ia mengintip. ternyata di dalam tidak ada nona Seng. Kemana dia? Demikian tanyanya dalam hati.

Matanya tiba-tiba memandang pada golok pusaka yang tergantung didinding dekat tempat tidurnya sinona. Hatinya sangat ketarik, maka tanpa dirasa ia sudah manjat dan masuk kedalam melalui jendela tadi.

Dalam kamar keadaannya sangat mewah perabotannya, bau harum menusuk kehidung-nya, hingga Ho Tiong Jong menghela napas, kapan mengingat nasibnya yang buruk.

Ia ambil golok yang menarik hatinya itu lalu dihunusnya dan ia dapat kenyataan itulah ada golok pusaka yang luar biasa tajam.

Mengingat dalam perjalanannya ia memerlukan golok. maka ia menulis di sepotong kertas dan ditempelkan sebagai gantinya dimana golok tadi tergantung, ia percaya Seng Giok Cin tidak akan marah goloknya itu dipinjam, mengingat tempo hari si nona dengan suka rela telah menghadiahkan kepadanya golok berikut kudanya sekali untuk ia pesiar dipegunungan Hui cui-san.

Ia keluar lagi dengan pikiran masgul tidak menemui si jelita.

Tiba tiba ia lewat di taman bunga ia nampak ada bayangan orang yang sebentar duduk dan sebentar berdiri, jalan mundar-mandir dengan saban-saban menarik napas seakan-akan ada yang dipikirkan dalam-dalam oleh orang itu.

Kapan ia datang lebih dekat, kiranya orang itu ada Seng Giok Cin sendiri, yang justeru ia sedang cari. Apa itu yang sedang dipikirkan oleh si nona ia tidak tahu, ia hendak menghampiri dan menegur, tapi tiba-tiba dalam otaknya berkelebat suatu pikiran yang mencegah ia berbuat sebagaimana dimaksud semula.

Ia jadi menghela napas dengan diam-diam, Kenapa Ho Tiong Jong tidak berani menemui nona Seng.

Itulah karena pemuda itu pikir, percuma saja, ia banyak bicara, karena tokh jiwanya bakal binasa dalam satu dua malam ini karena pengaruh racun Tok-kay.

Ia tahu si nona ada menaruh hati padanya, ia tahu si nona sangat memperhatikan diri- nya, akan tetapi ia takut bicara terus terang pada nona Seng tentang dirinya terkena racunnya Tok-kay, karena ia tidak mau membikin orang berduka hatinya.

oleh sebab itu, ia jadi mengumpet dibalik pohon mengawasi gerak-geriknya nona Seng, sehingga perbuatannya itu dipergoki dan terjadilah saling serang seperti dituturkan di sebelah atas.

Ho Tiong Jong setelah meninggalkan Seng Giok Cin, lantas masuk pula kedalam penjara air melalui saluran dari mana ia semula keluar. Mukanya berseri-seri, tampaknya ia seperti kegirangan-

Ho Tiong Jong girang? Memang benar, anak muda itu kegirangan, karena ia sekarang sudah mempunyai golok pusaka miliknya keluarga Seng.

Dengan golok ini, pikirnya ia dapat menggempur kamar tahanan Co Kang Cay dan menolong keluar orang tua itu untuk diajak ke kota Yangclo melihat bangunan gunung-gunungan yang aneh yang riwayatnya sangat menarik hatinya.

Pikirnya, kalau saja ia ada jodoh bisa mendapatkan dua benda ajaib itu yang berupa baskom gaib dan patung kumala hangat si cantik, ia selainnya menjadi seorang wangwee (hartawan) yang dermawan, juga ilmu silatnya akan mendapat kemajuan dan mungkin sukar mendapatkan tandingannya.

Demikianlah, dengan penuh pengarapan ia telah mulai menggempur batu kokoh yang mengurung Co Kang cay didalamnya, Perlahan tapi tentu ia sudah bisa membobok tembok batu yang konon yang kuat itu berkat bantuan golok pusaka, akan tidak lama kemudian Ia sudah dapat membikin sebuah lubang dan masuk kedalamnya.

Disitu ia dapatkan siorang tua sedang rebah, parasnya mengunjukkan ketakutan-"Aaaa, lopek" kata Ho Tiong Jong, "akhir nya aku dapat masuk juga kekamarmu."

"Tapi, ah, kau... " orang tua itu terputus bicaranya.

"Kau kenapa lopek?" tanya Ho Tiong Jong.

"Tapi, kau sebenarnya tidak seharusnya membongkar kamar tahananku, nanti kalau Seng Pocu tahu, celakalah diriku."

"Dari sebab itu, kita harus lekas-lekas dapat keluar dari sini" jawab Ho Tiong Jong "mari, kita lekas keluar."

"Tiong Jong, mana dapat kau berbuat begitu, aku sudah tua, tak ada gunanya sekalipun kau dapat menolongnya keluar. Umurku juga sudah tidak seberapa lagi, Paling celaka, manakala aku nanti kena ditangkap lagi diriku akan disiksa, Seng Eng tentu tidak akan membiarkan aku pergi, ia akan mencarinya sampai dapat."

"Lopek, kau jangan banyak berpikir kesitu. Bukankah kau pernah berkata bahwa satu waktu kau ingin melihat lagi sinarnya matahari?" orang tua itu terdiam.

"Lopek. disana diluar kamar tahanan ada menantikan matahari yang akan menyinari dirimu lagi. Dua puluh tahun kau dikeram disini tanpa dapat melihat lagi sinar matahari pagi dan sore, tidak heran kalau kau sangat merindukannya, bukan?" Kembali co Kang Kay tidak memberikan jawabannya.

"Kau tidak mau ikut aku menyingkir dari neraka dunia ini?" tanya Ho Tiong Jong. co Kang cay geleng geleng kepala, "Aku takut, betul-betul aku takut... " katanya.

"Baiklah, kalau begitu peryakinanmu yang sudah dua puluh itu akan percuma saja. Pengharapanmu selama duapuluh tahun itu akan sia-sia... "

"Hai, urusan apa yang kau maksudkan ?" menyelak si orang tua.

"Ha ha ha, lopek, apa kau sudah lupa tempo hari ada berkata padaku, bahwa kau ingin melihat itu bangunan gunung-guuungan yang mengandung rahasia ajaib? Apa bukannya kau yang tadi berkata, bahwa kau sudah yakin akan dapat memecahkan jalanan rahasia di-sana menurut theorimu yang sudah kau yakinkan banyak tahun itu ?"

"Kau maksudkan gunung-gunungan dikota Jang co ?"

"Bagus kalau kau masih ingat."

Co tiang cay tergerak batin ya, Memang ia berpengharapan ada satu waktu ia bisa keluar dari tempat tahanan itu dan mengunjungi bangunan aneh itu untuk membuktikan apakah theorinya betul akan mendapatkan jalanan rahasia masuk kedalamnya gunung-gunungan itu yang membawa riwayat aneh luar biasa, ia ingin pergi kesana, hatinya gembira, tapi lantas padam lagi kegembiraannya itu bila mengingat keadaan dirinya waktu itu.

Ia jadi menghela napas dengan paras lesu, "Lopek, kau kenapa berduka?" tanya Ho Tiong Jong.

"Kau tidak tahu, Tiong Jong meskipun aku dapat keluar dari sini, cuma membikin kau berabe saja, sebab aku sekarang sudah tidak bisa bergerak leluasa seperti dahulu, Lengan tangan dan kakiku rasanya susah digerakan, ah...,. . nasib."

Orang tua itu sangat berduka, ia seperti kepingin nangis, tapi air matanya sudah kering.

Maka hanya terdengar beberapa kali ia menghela napas.

"Lopek. kau jangan kesal." menghibur Ho Tiong Jong, "aku sanggup membawa kau keluar dari sini."

"Tiong Jong, kau sangat berbudi. Semoga Allah selalu

melindungimu " kata co Kang cay dengan penuh rasa

terima kasih.

Perlahan-lahan ia bangkit dari rebahannya dan coba berdiri, sebelum ia mencoba kakinya untuk berjalan, Ho Tiong Jong sudah menyamber tubuhnya dan dibawa keluar dari kamar " neraka" itu.

Sambil menggendong co Kang cay, pemuda yang berbudi luhur itu, jalan sepanjang got untuk membuang air, yang cukup luas untuk mereka lewat tanpa mendapat halangan apa-apa.

Tiba-tiba mereka mendengar dari arah depan ada kaki orang berjalan masuk. Mereka jadi kaget, siapakah orang itu? ia bukan lain dari Seng pocu yang gedang muncul sendiri.

Posting Komentar