Dendam Si Anak Haram Chapter 54

NIC

bukan. Lam-te lagi?”

“Aku dapat saja berpakaian pria dan kau boleh terus menyebut aku Lam-te!” Semua orang tersenyum mendengar jawaban yang lincah ini dan semua orang tahu belaka bahwa gadis yang lincah itu mencinta Kwan Bu.

“Baiklah, hanya aku mempunyai satu pertanyaan, harap suheng suka meminta kepada para Lociangkun untuk mengabulkan.”

“Permintaan apakah? Kalau patut, mengapa kami tidak akan memenuhi permintaan seseorang calon rekan kami yang baik?” kata Liu Kong dengan suara ramah, agaknya pemuda ini sama sekali tidak merasa sakit hati telah dimaki oleh. Kwan Bu tadi. Diam-diam Kwan Bu merasa heran dan juga kagum. Liu Kong benar-benar telah berubah banyak sekarang pikirnya. Pemuda yang dahulunya keras hati itu kini pandai sekali menyembunyikan perasaan dan tampaknya sudah matang dan cerdik, terhadap orang seperti ini ia harus berhati-hati pikirnya.

“Apapun yang dikatakan orang terhadap Bu Keng Liong, dia tetap bekas majikanku dan aku berhutang budi banyak terhadapnya. Oleh karena itu sebelum aku pergi, aku ingin mengubur jenasahnya membantu nona Siang Hwi, kemudian harus kulihat sendiri dia dibebaskan dari sini.”

“Wah, apakah engkau tidak percaya kepada aku sute?” Tanya Siok Lun, mengerutkan keningnya.

“Dalam hal ini bukan soal percaya atau tidak, suheng. Keadaan menghendaki demikian dan aku hanya ingin membalas budi kebaikan keluarga Bu yang telah dilimpahkan kepada ibuku.”

“Kwan Bu tidak tahu betapa diam-diam Siok Lun memberi isarat kedipan mata kepada Liu Kong dan para panglima pengawal, kemudian ia mengangguk,

“Baiklah, sute. Permitaanmu akan dikabulkan, bukankah begitu, jiwi Lociangkun?” Gin-san-kwi dan Kim I Lohanmengangguk-angguk, juga Liu Kong berkata,

“Baiklah memang sudah sepatutnya begitu.” Siang Hwi menangis tersedu-sedu didepan makam ayahnya. Bibirnya berkemak-kemik dan Kwan Bu yang berlutut disampingnya, ikut juga menangis, mendengar gadis itu berbisik. “Ayah, aku bersumpah untuk membalas dendam kepada pembunuh-pembunuhmu......” Kwan Bu mendengar ini dengan alis berkerut. Perih dan risau hatinya. Ia sudah mendengar bahwa pembunuh Bu Keng Liong adalah suheng dan sucinya sendiri dan kini gadis ini bersumpah hendak membalas dendam! Maka diapun berbisik.

“Bu-thai-ya......Thai-ya gugur sebagai orang gagah, gugur dalam sebuah peperangan mempertahankan cita-cita. Tidak tewas dalam tangan seorang musuh seperti keluarga ibuku......

Thai-ya gugur sebagai korban perang......” Siang Hwi menoleh kepadanya dengan muka pucat dan pipi basah air mata. Kemudian gadis itu bangkit berdiri menggigit bibir, mengepul tangannya. Kwan Bu juga bangkit berdiri.

“Nona, sebaliknya nona pergi sekarang dan berkumpul kembali dengan keluarga nona, tidak lagi mencampuri urusan peperangan. Sayang aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengubur Thai-ya

dan minta nona dibebaskan. ” Pandang mata Siang Hwi penuh kemarahan.

“Kau......! Kau merendahkan diri menjadi anjing penjilat ! Ah, betapa kecewa hatiku! Betapa muak

aku melihatmu!” Kwan Bu hendak membantah, akan tetapi terpaksa menutup mulut karena pada saat itu bersama Gin-San-Kwi dan Kim I Lohan muncul bersama Bi Hwa, dan Giok Lan. Mereka ini tadi sengaja menjauhkan diri dan memberi kesempatan kepada Kwan Bu dan Siang Hwi untuk bersembahyang di depan makam Bu Keng Liong.

“Bhe-sicu,” kata Gin-san-kwi “sekarang nona Bu boleh pergi, kami membebaskan dia seperti permintaanmu.”

“Dan kita berangkat sekarang juga, twako!” kata Giok Lan yang kini sudah berpakaian pria lagi, rambutnya disembunyikan ke dalam penutup kepala berwarna biru.

Posting Komentar