Bu Kek Siansu Chapter 55

NIC

"Aih, kalau tadi aku membawa senjata, tentu akan menimbulkan dugaan yang bukan-bukan dan untuk berkenalan dengan seorang gadis, bagaimana aku berani membawa senjata? Tentu disangka perampok atau bajak!"

Mau atau tidak, Swat Hong tersenyum. Timbul rasa sukanya kepada pemuda kasar yang aneh ini.

"Betapapun juga, aku adalah seorang wanita dan engkau seorang pria, mana mungkin menjadi sahabat? Tidak patut dilihat orang."

Mata yang lebar itu kembali terbelalak penuh penasaran dan tangan kirinya dikepalkan.

"Apa peduli kata-kata orang? Kalau ada yang berani mengatakan yang bukan-bukan tentu akan kuhancurkan mulutnya! Wanita adalah seorang manusia, pria pun seorang manusia. Apa salahnya berkenalan dan bersahabat? Nona, aku Kwee Lun bukan seorang yang berpikiran kotor, juga aku tidak akan semba-rangan memilih kawan! Aku kagum melihat Nona, maka kalau Nona sudi, harap memperkenalkan diri."

Swat Hong makin tertarik, akan tetapi dia masih ragu-ragu apakah orang ini patut dijadikan seorang teman. Biarpun lagaknya seperti jagoan, siapa tahu kalau kosong belaka?

"Kau bilang tadi murid seorang tosu yang terkenal?"

"Ya, Suhu Lam Hai Seng-jin merupakan tokoh yang paling terkenal di daerah selatan!"

"Kalau begitu, ilmu silatmu tentu lebih lihai daripada bicaramu yang seperti penjual jamu?"

"Ihhh, harap jangan mentertawakan! Biarpun tidak selihai Nona yang dapat kulihat dari gerakan melon-cat dari perahu tadi, akan tetapi masih tidak terlalu banyak orang di dunia ini yang akan sanggup mengalahkan Kwee Lun!"

"Tidak ada artinya kalau hanya disombongkan dan dibanggakan tanpa ada buktinya! Aku juga tidak sembarangan memperkenalkan diri kepada orang lain. Untuk membuktikan apakah kau patut menjadi kenalanku, cabut kedua senjatamu, dan coba kau hadapi pedangku!"

Sambil berkata demikian, Swat Hong sudah mencabut pedangnya perlahan-lahan dan tampaklah sinar pedang ketika sinar matahari menimpanya.

"Akan tetapi, Nona...."

Kwee Lun meragu. Biarpun dia tadi menyaksikan betapa gesit dan ringannya tubuh nona itu melayang ke daratan, namun dia tidak percaya apakah nona ini mampu menandingi pedang dan kipasnya!

"Tidak usah banyak ragu. Kalau kau tidak mau, pergilah dan jangan menggangguku lebih lama lagi!"

"Srat...!!"

Pedang terhunus sudah berada di tangan kanan Kwee Liu dan sarung pedangnya dilempar ke atas tanah, sedangkan tangan kirinya sudah mencabut kipas gagang perak yang telah dikembangkan dan melindungi dadanya, adapun pedang itu dilonjorkan ke depan.

"Aku telah siap, Nona."

Swat Hong memang ingin sekali melihat sampai di mana kepandaian pemuda yang aneh ini, maka tanpa banyak kata lagi dia sudah meloncat ke depan dan menggerakan pedangnya dengan hebat sekali. Pedang di tangannya itu adalah pedang biasa saja, akan tetapi karena yang menggerakan adalah tangan yang mengandung tenaga sinkang istimewa dari Pulau Es, maka pedang itu lenyap bentuknya berubah menjadi gulungan sinar yang menyilaukan mata dan tubuh dara itu juga tertutup oleh gulungan sinar pedang saking cepatnya tubuh itu berloncatan.

"Aihhh...!!"

Kwee Lun berseru keras dan cepat dia menggerakan pedang dan kipas. Memang sudah diduganya bahwa dara itu lihai sekali, akan tetapi menyaksikan gerakan pedang yang demikian luar biasa, dia menjadi kaget, kagum, heran dan juga gembira.

Tanpa ragu-ragu dia lalu mengerahkan tenaga dan mengeluarkan semua ilmu silatnya untuk menandingi dara yang mengagumkan hatinya ini. Seperti telah kita kenal di permulaan cerita ini ketika terjadi para tokoh kang-ouw memperebutkan Sin Liong yang ketika itu dikenal sebagai Sin-tong (bocah ajaib), guru pemuda itu, Lam Hai Seng-jin, adalah seorang tosu yang selain ahli dalam Agama To, juga pandai bernyanyi, dan lihai sekali ilmu silatnya. Namun terkenal sebagai pertapa atau pemilik Pulau Kura-kura di Lam-hai dan senjatanya yang berupa hudtim dan kipas mengangkat tinggi namanya di dunia kang-ouw.

Agaknya kepandaian itu telah diturunkan semua kepada murid tunggalnya ini, namun tentu saja karena muridnya bukanlah seorang tosu, senjata hudtim diganti dengan pedang. Pedang dan kipas adalah senjata yang ringan, kini dimainkan oleh kedua lengan Kwee Lun yang mengandung tenaga gajah, tentu saja dapat dibayangkan betapa cepatnya kedua senjata itu bergerak sampai tidak tampak lagi sebagai senjata kipas dan pedang, melainkan tampak hanya gulungan sinar yang berkelebatan dan saling belit dengan sinar pedang di tangan Swat Hong.

"Cringgg...!"

Tiba-tiba pemuda itu berseru kaget dan pedangnya mencelat ke atas terlepas dari tangannya. Swat Hong tersenyum.

Dia tadi sudah menyaksikan bahwa ilmu pedang pemuda itu cukup lihai, bahkan dalam hal kecepatan dan tenaga tidaklah kalah banyak dibandingkan dengan kepandaiannya sendiri. Adanya dia dapat mem-buat pemuda itu terlepas dalam waktu tiga puluh jurus, hanyalah karena selain dasar ilmu silatnya lebih tinggi daripada pemuda itu, juga kenyataan bahwa pemuda itu tidak mau menyerangnya dengan sungguh-sungguh dan mendasarkan permainannya pada tingkat penguji dan berlatih saja. Kalau pemuda itu merupakan lawan sungguh-sungguh, dia sendiri sangsi apakah akan dapat merobohkannya dalam waktu seratus jurus.

"Wah, kau hebat sekali, Nona! Aku mengaku kalah!"

Kwee Lun menjura dan menyimpan kipasnya. Suaranya bersungguh-sungguh, karena memang pemuda ini walaupun tadi tidak mau menyerang sungguh-sungguh, namun dari gerakan lawannya dia sudah dapat melihat bahwa dara itu benar-benar memiliki ilmu silat yang amat aneh dan amat kuat.

"Aku terlalu rendah untuk menjadi sahabatmu."

"Kwee-twako, kau terlalu merendah. Ilmu kepandaianmu hebat! Perkenalkanlah, aku bernama Han Swat Hong...."

Sampai di sini, dara itu meragu karena dia masih sangsi apakah dia akan memperkenalkan diri sebagai seorang puteri dari Kerajaan Pulau Es yang asing dan yang telah terbasmi habis oleh badai itu.

"Ilmu pedang Nona hebat bukan main, juga amat aneh gerakannya, Selama melakukan peratauan dengan Suhu, dan mendengar penjelasan Suhu, sudah banyaklah aku mengenal dasar ilmu silat perkumpulan besar di dunia kang-ouw akan tetapi melihat gerakan pedangnya tadi, aku benar-benar tidak tahu lagi, sedikit pun tidak mengenalnya. Maukah Nona Han Swat Hong memperkenalkannya kepadaku?"

"Kwee-twako, sebenarnya aku akan merahasiakan keadaanku, Baru pertama kali ini aku menginjak daratan besar dan aku tidak ingin melibatkan diri dengan urusan di dunia kang-ouw, apa lagi memperkenalkan diriku. Akan tetapi memang sudah nasib, begitu mendarat bertemu dengan engkau, dan sikapmu menarik hatiku, membuat aku tidak dapat menyembunyikan diri lagi. Aku akan menceritakan keadaanku hanya dengan satu janji darimu, Twako."

Kwee Lun memunggut pedangnya, mengikatkan sarung pedang di punggung lalu membusungkan dadanya yang sudah membusung tegap itu sambil menepuk dada dan berkata,

"Nona Han...."

"Kwee-twako, sekali mau mengenal orang, aku tidak mau bersikap kepalang. Aku menyebutmu Twako (kakak), berarti aku sudah percaya kepadamu. Maka janganlah kau masih bersikap sungkan menyebutku Nona. Namaku Swat Hong dan tak perlu kau menyebutku Nona seperti orang asing."

"Hemm, bagus sekali!"

Kwee Lun bertepuk tangan dan memandang ke langit.

"Bukan main! Aku benar-benar berbahagia dapat memperoleh adik seperti engkau! Nah, Hong-moi (adik Hong), kau ceritakanlah kepada kakakmu ini. Ceritakan semuanya, kalau ada penasaran, akulah yang akan membereskan untukmu! Kakakmu ini sekali bicara tentu akan dipertahankan sampai mati!"

Diam-diam Swat Hong merasa girang dan kagum. Inilah seorang laki-laki sejati! Seorang jantan! Sekaligus dia memperoleh seorang sahabat yang boleh dipercaya seorang kakak dan sebagai pengganti seorang keluarga setelah dia kehilangan segala-galanya. Dia telah kehilangan ibunya, ayahnya, keluarga ayahnya, bahkan akhirnya dia kehilangan suhengnya dan dalam keadaan seperti itu tiba-tiba muncul seorang seperti Kwee Lun!

"Kwee-twako aku baru saja meninggalkan tempat tinggalku di tengah-tengah laut di sekitar sana!"

Dia menuding ke arah laut bebas.

"Di manakah tempat tinggalmu itu? Di sebuah pulau?"

Swat Hong mengangguk, masih agak ragu-ragu.

"Pulau apa, Hong-moi?"

"Pulau Es..."

"Hah...?"

Benar saja seperti dugaannya, nama Pulau Es mendatang-kan kekagetan luar biasa, bahkan wajah pemuda itu berubah menjadi agak pucat dan dia memandang dara itu seperti orang melihat iblis di tengah hari!

"Pulau... Pulau Es...??"

Seperti juga semua orang di dunia kang-ouw, Pulau Es hanya didengarnya seperti dalam dongeng saja, dan pangeran Han Ti Ong yang pernah menggegerkan dunia kang-ouw disebut sebagai seorang dari Pulau Es, seorang yang memi-liki kepandaian seperti dewa! Dan kini pemuda itu mendengar bahwa dara itu dari Pulau Es.

"Kwee-twako! Jangan memandangku seperti memandang siluman begitu...!"

"Ohh... eh...., maafkan aku, Moi-moi! Hati siapa yang mau percaya? Akan tetapi aku percaya padamu, Moi-moi! Wah! aku percaya sekarang! Kau pantas kalau dari Pulau Es. Ilmu kepandaianmu luar biasa, bukan seperti manusia lumrah. Mana ada gadis biasa mampu mengalahkan Kwee Lun dalam beberapa jurus saja? Aku malah bangga! Seorang penghuni Pulau Es menyebutku twako dan kusebut Moi-moi! Ha-ha-ha-ha, Suhu tentu akan tercengang saking kagetnya kalau mendengar ini!"

Melihat pemuda itu petentang-petenteng mengangkat dada seperti orang membanggakan diri sebagai seorang sahabat baik penghuni Pulau Es, Swat Hong menjadi geli hatinya.

"Hong-moi, engkau tidak tahu betapa bangga dan besarnya hatiku. Aihh, sekali ini, baru saja meninggalkan Suhu untuk merantau seorang diri, aku telah bertemu dan dapat bersahabat denganmu. Betapa bangga hatiku!"

Swat Hong terkejut. Baru teringat olehnya bahwa dia tadi belum melanjutkan syaratnya, maka cepat dia berkata,

"Kalau begitu, berjanjilah bahwa engkau tidak akan menceritakan kepada siapapun juga tentang keadaan diriku, kecuali namaku saja. Berjanjilah Twako!"

Kwee Lun memandang kecewa.

"Tidak menceritakan kepada siapapun juga bahwa engkau adalah penghuni Pulau Es? waaahhh... ini..."

Tentu saja hatinya kecewa karena hal yang amat dibangga-kan itu tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Mana bisa dia berbangga kalau begitu?

"Kwee Lun."

Tiba-tiba Swat Hong berkata dengan lantang.

"Hanya ada dua pilihan bagimu. Berjanji memenuhi permintaanku dan selanjutnya menjadi sahabat baiku, atau kau tidak mau berjanji akan tetapi kuanggap sebagai seorang musuh!"

"Wah-wah... aku berjanji! Aku berjanji! Bukan karena takut kepadamu, Hong-moi, aku bukan seorang penakut dan juga tidak takut mati, akan tetapi karena memang aku merasa suka sekali kepadamu. Aku tidak sudi menjadi musuh! Nah, aku berjanji, biarlah aku bersumpah bahwa aku tidak akan menceritakan kepada siapapun juga tentang asal-usulmu, kecuali... hemm, tentu saja kalau... kalau kau sudah mengijinkan aku. Siapa tahu..."

Posting Komentar