Tong Kiam Ciu memandang gadis itu dan mendengarkan kisahnya dengan penuh perhatian. Lalu gadis itu melanjutkan kisahnya : "Sekarang kau telah berada ditempat itu mungkin juga telah dikirimkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menolongku. Apakah kau sudi menolongku?” tanya gadis itu penuh harapan. Tong Kiam Ciu yang berjiwa luhur itu tampak tersenyum dan memandang kearah wajah gadis dengan mata berseri.
"Tentu saja aku bersedia menolong siocia. Lalu dengan cara bagaimanakah aku dapat menolongmu?” tanya Kiam Ciu.
Belum lagi gadis itu menjawab pertanyaan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda itu telah teringat akan sesuatu yang penting.
"Oh.. maaf siocia. Apakah siocia ini cucunya Gan Hua Liong?” tanya Kiam Ciu.
Gadis itu terperanjat mendengar nama Gan Hua Lioag. Dengan mata terbeliak gadis itu bertanya. "Darimana kau mengenal nama Gan Hua Liong itu? Sesungguhnyalah aku ini memang cucu Gan Hua Liong, karena dia memang engkongku.”
Tong Kiam Ciu akhirnya menjelaskan.
"Sebenarnya aku bermaksud datang untuk mencari Pek-seng. Engkohmu telah meminta diriku untuk pergi kekota ini dan menolongmu. Aku sebelumnya tak menduga bahwa dengan kehendak Tuhan aku dapat sampai kekota ini, kota Pek-seng yang memang menjadi tujuan utamaku. Banyak jago-jago silat yang telah datang dan menyatroni kuil Pao-yun-ta, mereka ingin merampas peta Pekseng dari tangan engkongmu. Aku telah menyaksikannya sendiri bahwa engkongmu telah mempertahankan peta itu dengan mati-matian. Tetapi akhirnya engkong mu bertemu dengan musuh yang lebih tangguh hingga mendapat luka parah” belum sele sui cerita Kiam Ctu sunah terputus helaan terkejut gadis itu. "Oh, lalu bagaimana keadaan engkong?”
"Saat itu, aku bermaksud menolongnya Tetapi beliau menolaknya. Malah akhirnya peta Pek-seng diserahkan padaku. Hanya dipesankan padaku, aku setibanya di kota Pek-seng di suruh mencari cucunya dan untuk menolong membebaskan gadis itu. Akhirnya Gan Hun Liong.. .” belum lagi kata-kata itu selesai, telah diputus lagi oleh gadis itu dengan tidak sabar.
"Hah ? Lalu bagaimana nasib engkongku ?” tanya gadis itu tak sabar.
"Sayang engkongmu keras kepala dan sama sekali menolak untuk kutolong, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tetapi sayang pula peta Pekseng itu kini telah jatuh ketangan Kwi Ong ketua partai Biauw.” jawab Kiam Ciu berhati-hati. "Oh, aku merasa sangat sedih mendengar berita kematian engkongku, Aku merasa sangat menyesal karena dulu aku sama sekali tidak mendengar katakata nasehatnya'' sambung gadis itu dengan wajah sayu.
Sesaat lamanya suasana menjadi sepi, hanya terdengar helaan nafas gadis itu yang terdengar sangat keras. Kemudian gadis itu dengan suara yang sangat dalam meneruskan kata-katanya : "Aku sangat dimanjakannya. Aku telah diajarinya ilmu silat yang tinggi. Ketika ternyata aku dapat memahami dan dengan cepat dapat menguasai ilmu-ilmu silat itu, engkong sangat bangga. Bahkan suatu hari engkong mengatakan bahwa aku sebenarnya dapat menjagoi dunia persilatan kalau aku dapat menguasai ilmu silat Pek-seng-ki-su. Aku sangat berhasrat untuk menguasai ilmu silai dari kitab Pek-seng-ki-su itu. Maka oleh kakek aku telah diberi tahu tempat tersembunyinya kitab pusaka itu di kota Pek-seng. Sebenarnya aku dan engkong akan berangkat bersama ke kota Pek-seng ini, tetapi mendadak kakek jatuh sakit dan terpaksa keberangkatan ditunda. Aku tidak sabar lagi, maka akhirnya aku berangkat sendiri. Akibatnya, karena kesembronoanku aku salah makan buahbuahan dan dedaunan hingga aku tertawan ditempat ini. Engkongku tidak dapat datang ke tempat ini sebelum dapat menemukan sejenis buah dan akar Cu-sik, setelah aku memakan buah dan akar itu barulah aku dapat terbebas dari pengaruh ajaib itu” Kiam C'iu memandang kearah gadis itu, keningnya berkerut dan seolah-olah dia sedang memikirkan suatu masalah yang paling pelik.
"Gan siocia, dengan jalan apakah aku dapat menolongmu ?” tanya Kiam Ciu minta penjelasan. "Aku harus makan sejenis biji buah Cu-sik yang dapat memunahkan segala macam racun dan guna-guna. Kemudian makan pula batang Lok-bwee-kimkeng. Tetapi kedua benda itu sukar dicari. Maka dari itulah engkongku tidak sanggup untuk menolongku. Akupun mempunyai harapan kecil sekali atas pertolonganmu.” gadis itu merasa berkecil hati dan wajahnya yang sayu itu berpandangan dengan sinar mata yang redup.
Tong Kiam Ciu sangat bergirang hati ketika mendengar gadis itu menyebutkan nama batang pohon Lok-bwee-kim-keng.
Dengan keterangan gadis she Gan itu, kini tahulah Kiam Ciu mengapa Gan Hua Liong ketika terkena racun dari Tok Giam Lo tidak mau ditolong dan disuruh memakan akar Lok-bwee-kim-keng. Ternyata maksudnya bahwa akar batang Lok-bwee-kim-keng itu agar diberikan kepada cucunya. Namun dia belum sempat mengutarakan permintaan itu sudah keburu meninggal. Saking girangnya Kiam Ciu hingga tidak dapat berkata-kata dan hanya memandang gadis she Gan itu dengan sinar mata berseri-seri. Sekarang akar batang Lokbwee-kim-keng telah dipunyai, tinggallah dia mencari biji buah Cu-sik.
Menurut anggapan gadis she Gan itu, Kiam Ciu bingung dan bimbang. Sama sekali tidak terduga kalau pemuda yang berada dihadapannya itu telah mempunyai akar batang Lok-bwee-kim-keng.
"Yah.. begitulah keadaannya". Kukira kaupun tidak dapat menolongku seperti juga engkongku. Aku sudah tertawan didalam pekarangan gedung ini selama bertahun-tahun, sedangkan usiaku kini telah mencapai tiga puluh tahun lebih, maka aku telah hampa kini memandang hidup ini, telah sepi dari segala-galanya.
Tetapi yang mengherankan diriku sendiri mengapa aku juga tidak dapat berbuat nekad untuk bunuh diri atau bagaimana untuk mengakhiri penderitaan ini “ gadis she Gan itu menuturkan nasibnya dan keputusasaannya kepada Kiam Ciu.
Kiam Ciu memandang gadis itu dengan pandangan penuh belas asih.
Kemudian tersenyum dan menuturkan bahwa dia dapat menolong gadis itu.
"Gan siocia, seperti telah kukatakan tadi. Aku bersedia dengan segenap jiwa ragaku untuk menolongmu. Kebetulan pula aku telah mempunyai akar batang Lok-bwee-kim-keng. Hanya kini tinggal mencari biji buah Cu-sik.” sambung Kiam Ciu. Gadis she Gan itu tersenyum mendengar penuturan Kiam Ciu itu. Menyatakan rasa terimakasih dan kemudian dia berkata lagi : "Kitab pusaka Pek-seng-ki-su tersimpan didalam gedung yang indah itu. Aku telah menemukannya dan menyimpannya baik-baik, maka jika kau telah berhasil mendapatkan biji buah Cu-sik aku akan menyerahkannya kepadamu kitab itu,”
sahut gadis she-Gan dengan wajuh cerah penuh harap.
Tong Kiam Ciu adalah seorang petnuda yang berwatak jujur dan budiman dia telah mengucapkan janjinya kepada Gan Hua Liong untuk menolong cucu kakek malang itu. Maka walaupun dia tidak akan mendapat upahpun dia akan menolong gadis itu. "Gan siocia, aku mengerti penderitaanmu dan ijinkanlah kini aku minta diri dan akan mencari biji buah Cu-sik itu, Aku akan kembali lagi ketempat ini setelah aku dapatkan buah Cu-sik” kata-kata Kiam Ciu itu diucapkan dengan suara sopan dan berhati-hati. "Baiklah, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih.” jawab gadis she-Gan itu dengan hormat sekali.
Kitab Pek-seng-ki-su yang menjadi rebutan dikalangan Kang-ouw itu yang dipersamakan hebatnya dengan pedang Oey Liong Kiam, Sebenarnya adalah ciptaan seorang tojin yang bernama Hong Siat Tan Su.
Tojin itu mempunyai watak yang sangat ganjil dan lagi lihay ilmu silatnya.
Selain dia memiliki kepandaian ilmu silat, juga mempunyai kemahiran dalam ilmu ketabiban dan ahli dalam ilmu dedaunan, akar-akaran, biji-bijian dan ramuan segala akar dan dedaunan untuk pengobatan. Ilmunya memang sangat luar biasa dan langka. Ilmu pengobatannya sangat hebat dan mujarab.
Karena dia tiada pernah mengangkat seorangpun murid sebagai pewarisnya segala macam ilmu yang dia punyai itu, maka akhirnya dia telah mencatat segala ilmu silat dan ilmu ketabibannya itu dalam sebuah kitab yang diketahui bernama Pek-seng-ki-su. Akhirnya usaha Tojin Hong Siat Tan Su untuk membukukan ilmunya itu didengar oleh banyak tokoh-tokoh persilatan yang mengiler dengan kelihayan ilmu kakek itu. Maka ketika Pek-seng-ki-su selesai ditulis, telah banyaklah tokoh persilatan yang berusaha merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan Hong Siat Tan Su. Tetapi mereka dapat dijatuhkan oleh Hong Siat Tan Su dan banyak pula yang telah binasa ditangan kakek itu. Akhirnya kalangan Kang-ouw menjadi gempar dan karena kelihayan kakek itu tiada seorang yang berani mencoba untuk merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan yang punya.
Ketika tersiar kabar bahwa Tojin Hong Siat Tan Su telan meninggal dunia, maka mulailah lagi orang2 persilatan berramai-ramai untuk mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Karena memang mereka tidak akan mampu merebutnya pada waktu Tojin itu masih hidup. Kini beramai-ramailah orang-orang di dunia Kang-ouw memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Bahkan mereka telah memperlombakan pada pesta pertemuan orang-orang gagah dikalangan Kang-ouw yang lazimnya diselenggarakan tiap sepuluh tahun sekali disebut Bu-lim-ta-hwee.
Tong Kiam Ciu telah bertekad untuk menolong gadis she Gan itu. Maka kini dia telah minta diri untuk mencari biji buah Cu-sik. Gadis itupun telah mengucapkan rasa terima-kasihnya atas perhatian dan kesediaan Kiam Ciu untuk menolongnya. Jalan yang ditempuhnya kini berlainan dengan ketika dia memasuki tempat itu. Tong Kiam Ciu telah memasuki rumah bangunan yang mungil dan indah itu, kemudian keluar lewat belakang, setelah sampai diluar dia melihat sebuah padang luas itu. Disepanjang perjalanan itu dia melihat tanaman-tanaman bunga yang indah dan beraneka warna.
Kemudian sampailah dia disebuah hutan cemara itu barulah Kiam Ciu melihat mulut gua, maka pemuda itu lalu memasuki gua itu. Tiada seberapa lama telah tampak lubang yang memancarkan kearah matahari. Maka Kiam Ciu menuju ketempat itu. Tiada begitu sulit untuk mencapai tempat itu. Ketika dia telah dekat dengan tempat yang terang itu barulah dia mengetahui bahwa dia telah sampai diujung gua yang merupakan pintu keluar.
Hawa terasa sejuk sekali, Kiam Ciu melangkah kepintu gua dan langsung keluar. Ternyata dia kini telah berada di atas bukit yang tinggi. Bukit karang yang bertebing curam. Tampaklah dari atas bukit itu permukaan telaga Ang-tok-ouw.
Kiam Ciu menghela napas panjang. Hatinya merasa lega karena telah dapat keluar dari kota Pak-seng yang hilang itu. Namun alangkah terperanjat ketika menyaksikan kearah tepian telaga Ang-tok-ouw. Ditempat itu banyak terlihat orang yang sedang bergumul.
Ketika Kiam Ciu berada dekat sekali dengan orang-orang itu, Maka dia bertambah terperanjat. Ternyata mereka itu tiada lain adalah Eng Ciok taysu pemimpin partai persilatan dari Siauw-lim, Tie-kiam-suseng ketua partai silat Tie Kiam, Siok Siat Shin-ni, Kun-si Mo-kun dan tidak dilihatnya Shin Kai Lolo, KukKiat serta ayah. ibu paman dan adiknya. Kiam Ciu cemas melihat ketidak hadiran mereka itu. Kemudian Kiam Ciu menghampiri Kun-si Mo-kun dan menegurnya.
"Locianpwe, apakah kau tidak melihat orang-tuaku serta adikku Tong Bwee?”
tanya Kiam Ciu wajahnya keruh dan cemas.
"Oh, Tong siauwhiap syukurlah kau selamat. Kami telah merasa khawatir karena kau jatuh ketangan Kwi Ong yang telengas itu. Sungguh aku merasa bersyukur kau tidak kurang suatu apa". kata Kun-si Mo-kun dan tampaklah wajahnya berseri=seri dan menyandak lengan Kiam Ciu dan digoncanggoncangkannya sambil tertawa gembira.
Bertepatan dengan itu tampaklah Shin Kai Lolo telah tiba ditempat itu bersama dengan muridnya ialah Teng Siok Siat. Ketika nenek itu menyaksikan Kui-si Mo-kun berhadapan dan sedang berbicara dengan Kiam Ciu dia merasa heran bahkan khawatir. "Hey tua bangka gila.. . Bukankah kau telah bertapa di pegunungan mengapa kau keluar lagi ?"tanya Shin Kai Lolo khawatir akan keselamatan Kiam Ciu.
"Hem kau nenek gila ! Mengapa kau mengurus urusan orang lain ? Itu urusanku sendiri !"seru Kun-si Mo-kun tegas.
"Huh Jika kedatanganmu ketempat ini untuk maksud baik dan akan menolong Tong siauwhiap aku tidak keberatan. Tetapi.. . Oh rupa-rupanya raja iblis itu telah datang, ayo kita berlalu saja !” seru nenek Shin Kai Lolo tampak gelisah dan akan beranjak dari tempat itu.
"Hah ? Masakan kita sekian banyaknya dan lagi semuanya tokoh Bu-lim merasa takut untuk meughadapi Kwi Ong seorang ?” tanya Kun-si Mo-kun.
Karena kata-kata Kun-si Mo-kun yang bersifat membakar semangat dan memulihkan kembali keberanian, maka orang-orang yang semula juga akan kabur ketika menyaksikan kedatangan Kwi Ong yang kini tampak lebih seram dengan memondong pedang Oey Liong Kiam dipunggungnya. Serta wajahnya tampak lebih seram dan bengis menakutkan.
"Ha-ha-ha! Kalian mau merat kemana? Meskipun aku belum berhasil mendapatkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su namun dengan pedang pusaka Oey Liong Kiam aku dapat lekas-lekas membinasakan kalian!” seru Kwi Ong dengan suara lantang menggema memantul dari dinding gunung.
Mereka semuanya dalam keadaan siap siaga dan tegang. Mereka sebenarnya telah dapat mengukur kekuatan masing-masing. Mereka tidak bakalan unggulan melawan Kwi Ong. Hanya dalam beberapa gebrak saja ketua suku bangsa Biauw itu akan dapat membinasakan mereka itu semua.
Maka mereka hanya memandang saja ke arah Kwi Ong dan dengan mata terbeliak serta mencabut senjata masing-masing. Menyaksikan sikap orangorang gagah itu Kwi Ong tertawa gelak-gelak dan memandang mereka itu semakin tidak berarti dimata Kwi Ong yang telengas dan keji.