Warisan Jendral Gak Hui Chapter 48

NIC

Kwi Ong melangkah maju mendekati Kiam Ciu Kemudian merogoh saku jubah pemuda itu. Didalam saku jubah itu dia menemukan beberapa lembar kertas yang bertuliskan huruf-huruf indah, kemudian selembar kertas kosong.

Sama sekali Kwi Ong tidak menemukan selembar peta didalam saku baju luar maupun pakain dalam Kiam Ciu.

Ketua suku bangsa Biauw itu sangat marah dan merasa dirinya dipermainkan dan perolok-olokan oleh Kiam Ciu. Maka segeralah ia membentak.

"Kurang ajar kau mempermainkan aku. Mana peta Pek-seng!” gertak Kwi Ong dengan bergusar hati dan sambil merenggutkan leher baju Kiam Ciu menatap wajah pemuda itu dengan mata melotot.

Saat seperti itu dan dalam keadaan yang tidak berdaya itu, maka ibaratnya nyawa diujung rambut, Dia telah jatuh ditangan dan dalam cengkeraman siiblis itu. Maka sekali ini Kwi Ong membalikan tangan dan matilah Kiam Ciu.

"Peta Pek-seng berada ditanganmu, hanya saja kau belum mengetahui caranya untuk melihat peta itu, Peta itu harus dibaca secara rahasia membaca dan melihat peta itu oleh Gan Hua Liong telah dijelaskan kepadaku. Maka hanya aku seoranglah yang dapat mengerti peta Pek-seng itu. Untuk menemukan tempat kitab Pek-seng ki-su maka kau mencariyapun harus dengan aku” jawab Kiam Ciu menjelaskan. Tong Kiam Ciu benar-benar telah berada ditangan Kwi Ong. Nyawanya tinggal bergantung diujung rambut maka dia harus memutar akal untuk mengulur waktu agar dia dapat selamat. Karena dia akan merasa penasaran serta khawatir binasa dalam keadaan tugas-tugasnya belum dilaksanakan semuanya. Maka dia berusaha untuk menyelamatkan diri dan mencari dayaupaya bagaimana caranya untuk membebaskan diri dari cengkeraman tangan siiblis Kwi Ong itu. Kwi Ong yang keranjingan ingin menguasai dunia persilatan dan dia berkeyakinan bahwa dengan memiliki kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu berarti dia akan mempunyai kesaktian yang langka diatas jagad ini. Maka dia berusaha keras untuk dapa merebut kitab itu.

Maksud semula dia akan membunuh Kiam Ciu, karena dia yakin kalau pemuda itu tetap hidup kelak akan membuat kacau keadaan. Kiam Ciu menurut pandangan Kwi Ong kelak kalau dibiarkan hidup akan banyak mengacaukan keadaan dan mungkin akan menyulitkan dirinya sendiri. Maka lebih haik dibinasakan saja ! Namun ketika disadarinya, bahwa dia masih membutuhkan tenaga pemuda itu untuk menunjukkan tempat penyimpanan kitab Pek-seng-kisu maka untuk sementara terpaksa dia membiarkan Kiam Ciu hidup. Lagi pula menurut perhitungannya, bahwa Kiam Ciu sudah tidak berdaya untuk dapat melarikan diri lagi. Akhirnya Kwi Ong berkesimpulan untuk pergi meninggalkan telaga Ang-tok-ouw dan mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka dia berseru kepada Ho Beng. "Untuk sementara waktu, aku mengangkat kau sebagai wakilku. Aku telah mengambil keputusan untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su dan mempergunakan si jahanam Kiam Ciu itu untuk mencarinya, Maka kini untuk sementara kau bawalah dia keruang bawah, sementara itu kita mengubah haluan!"seru Kwi Ong dengan sikap memerintah. Beberapa saat kemudian Ho Beng dan Pa Nu telah mengangkat tubuh Kiam Ciu. Dengan cepat kedua orang itu telah membawa Kiam Ciu keruang bawah.

Disaksikan juga oleh Kim Ciu dan beberapa orang suku bangsa Biauw yang berdiri ditempat itu. Adapun Kiam C'iu yang dalam keadan lemah dan tidak berdaya itu, sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dia membiarkan saja segala apa-apa yang yang dilakukan oleh orang-orang itu. Dia telah dibaringkan diatas lantai papan pula di ruangan bawah. Kiam Ciu terlentang dan pikirannya kacau. Sama sekali dia tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa padahal dia harus melaksanakan tugas-tugasnya yang masih terbengkalai, juga pada saat-saat seperti itu dia teringat kembali kepada kedua orang tuanya, adiknya yang sangat dicintai juga paman yang mennyintainya. Apakah mereka selamat atau telah terkena racun ? Bingung pikiran pemuda itu, padahal dirinya sendiri masih dalam keadaan tidak berdaya.

Dalam kegelisahannya itu, akhirnya dia menangkap suatu langkah halus bagaikan tikus merangkaki mendekat. Kiam Ciu telah dapat membayangkan, pastilah di bawah dan dalam ruangan yang gelap dan pengap itu banyak sekali tikus buas dan kelaparan. Dia siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan itu. "Tong Siauwhiap ! Tong Siauwhiap!” terdengar sebuah bisikan dari arah kegelapan. Kiam Ciu membuka mata dan mengamati ke tempat itu. Lama-lama tampaklah bentuk tubuh dan ketika orang itu mendekati dan menghampiri Kiam Ciu maka jelaslah bahwa orang itu tiada lain adalah Pa Nu.

“ Tong Siauwhiap, aku ini Pa Nu . . . Apakah kau sudah lupa ?” Aku pernah bertemu denganmu dan pernah memberikan petuniuk untuk memasuki tempat perangkap serta keluar dari perangkap dulu di Desa Sing-kiauw-cong. Bisik orang itu berhati-hati sekali.

"Mengapa kau dalang kesini ? Apakah kau telah disuruh oleh Kwi Ong untuk mengorek rahasia peta Pek-seng itu ?” tanya Kiam Ciu berbisik pula.

Sebenarnya saat itu kiam Ciu akan berbicara keras, tetari Pa Nu telah memberikan isyarat dengan jari telunjuknya. Hingga Kiam Ciu menahan tekanan suaranya. "Tong Siauwhiap, kuharap kau jangan salah mengerti. Aku akan datang untuk menolongmu” Pa Nu berhenti sejenak dan menunggu reaksi Kiam Ciu.

"Aku dan Kim Ciu sangat mengagumi sifatmu yang luhur dan budiman Kau hampir menjadi korban keganasan Kwi Ong karena kau membela Gin Ciu. Maka kita telah bertekad untuk membalas budimu itu” sambung Pa Nu.

Ucapan-ucapan yang setengah berbisik itu diucapkan oleh Pa Nu dengan khidmad. Maka ketika mendengar kata-kata yang meyakinkan itu percayalah Kiam Ciu akan kata-kata Pa Nu.

"Sekarnnp aku berada dimana?” tanya Kiam Ciu berbisik kepada Pa Nu.

"Kau berada di ruang bawah dialas kapall.

Kwi Ong. Kini sedang berlayar menuju ke kota Pek-seng Kita pernah menemukan kota yang hilang itu". jawab Pa Nu.

"Oh “ sambung Kiam Ciu Sesaat suasana menjadi sepi, hanya mendengar napas mereka yang teratur karena memang mereka sangat berhati-hati untuk jangan sampai menarik perhatian para petugas orang-orang Biauw. Tiba-tiba Kiam Ciu meraih lengan baju Pa Nu dan menariknya dekati benar dengan wajah Kiam Ciu. Kiam Ciu berbisik "Mengapa kau berusaha unluk menolongku? Aku tidak ingin melibatkan dirimu dalam urusan ini. Menyingkirlah kalau perbuatanmu ini diketahui oleh Kwi Ong, apakah kau tahu akibatnya?” bisik Kiam Ciu.

"Ya, aku tahu resikonya!” bisik Pa Nu.

"Perbuatanmu ini tidak ada artinya, kau hanya akan mengambil resiko saja!”

bisik Kiam Ciu dan berusaha akan mendorong Pa Nu.

Tetapi orang itu tetap nekad dan berbisik kepada Kiam Ciu.

"Apapun yang akan terjadi itu adalah resiko kami sendiri. Aku telah bertekad.

Kami merasa berhutang budi kepadamu ketika kau berusaha untuk menolong jiwa Gin Ciu, untuk itu apakah seandainya kami juga akan menolong membebaskan kau ? Lagi pula kami sangat menggantungkan harapan kepadamu” bisik Pa Nu.

"Apakah harapan kalian itu ?” tanya Ki- am Ciu.

"Ya, kami merasa tidak betah lagi dibawah kekejaman Kwi Ong yang benarbenar bertambah mabuk kekuasaan dan kejam sekali” bisik Pa Nu.

"Oh . . “ hela Kiam Ctu menarik nafas panjang.

"Namun untuk membinasakan Kwi Ong kami tidak mampu. Maka harapan itu kudambakan atas dirimu dan kawan-kawanmu. Kami mengharapkan kelak Tong Siauwhiap dapat membasmi Kwi Ong” bisik Pa Nu.

"Hem . .” sambung Kiam Ciu.

Tiba-tiba Pa Nu meloncat dan menyelinap ke tempat yang paling gelap dan tersembunyi di balik tong-tong persediaan air. Tiada lama kemudian tampaklah kelebatan bayangan mendekati Kiam Ciu.

"Tong siauwhiap !” bisik seseorang dari tempat kegelapan. Suaranya mirip suara wanita. Tiada lama kemudian tampaklah bayangan itu menghampiri Tong Kiam Ciu. Ketika jarak mereka berdekatan, barulah jelas terlihat oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru dalang nu tiada lai,n adalah Kim Ciu. Gadis itu tampak tersenyum, walaupun wajahnya tidak kelihatan jelas namun saat itu Kiam Ciu terpesona juga melihat perubahan kecantikannya.

“ Mengapa kau berada disini ?” tanya Kiam Ciu berbisik.

"Kau harus mengikutiku lari dari tempat ini ?” bisik Kim Ciu, "Suhu saat ini belum membunuhmu, hanya karena kaulah yang mengetahui rahasia peta Pekseng itu. Jika suhu telah mendapatkan kitab Pek-seng ki-su pastilah kau akan dibunuhnya ! Kau sekarang dalam keadaan terluka parah !”

Mendengar petunjuk itu Kiam Ciu tersenyum. Dipandanginya gadis itu dengan penuh rasa terimakasih atas jerih payahnya. Tetapi kemudian wajah Kiam Ciu tampak hampa. Tampaknya pemuda itu sama-sekali tidak mempunyai hasrat untuk melarikan diri.

"Terima kasih atas jerih payah dan kebaikan budimu” jawab Kiam Ciu.

"Tetapi Tong siauwhiap harus turut kami keluar dari tempat ini!” bisik Kim Ciu. Kiam Ciu sejenak memandang kearah gadis itu. Kemudian tampaklah wajah pemuoa itu tegang, akhirnya tersenyum.

"Aku tidak dapat lari, tidak dapat mengikuti anda keluar dari tempat ini.

Karena aku memang tidak mau untuk lari. Aku telah bertekad untuk.. .” jawab Kiam Ciu serius. Tiba2 Kim Ciu menggerakkan jari-jemarimya menotok jalan darah bagian leher pemuda itu. Bertepatan dengan itu pula, tampaklah kelebatan Pa Nu mencegah perbuatan Kim Ciu itu.

"Sumoi tahan! Mengapa kau menotok jalan darah Tong Siauwhiap ?” seru Pa Nu sambil menampel tangan yang sedang menotok.

Numun Pa Nu terlambat beberapa saat lamanya, tampaklah Kiam Ciu telah tidak berdaya. Karena totokan jalan darahnya itu, tbuh Kiam Ciu jadi lumpuh dan lemah. Setelah Kim Ciu hilang dari rasa terkejut karena kedatangan Pa Nu yang melarikan diri. Jika kalian ingin menolongku, tolonglah untuk menyembuhkan luka dalamku!” seru Kiam Ciu wajahnya masih tampak pucat dan berkeringat.

Sesaat kemudian tampaklah Kim Ciu mengambil sebutir pil dari sakunya dan langsung dimasukan kedalam mulut Kiam Ciu tanpa ragu-tagu.

"Pil ini adalah buatan suhuku sendiri, maka aku yakin bahwa setelah Toug siauwhiap menelannya akan segera sembuh,” bisik Kim Ciu yakin.

Suasana sangat tenang, diluar telah terdengar gemuruhnya air hujan dan angin yang berhembus kencang. Hingga dengan demikian untunglah keadaan mereka itu. Karena gemuruhnya suara air hujan dan desauan angin maka segala pecakapan antara Tong Kiam Ciu dan Kim Ciu maupun dengan Pa Nu tidak dapat terdengar oleh para penjaga.

Tiba-tiba terdengar suara terompet panjang, terompet yang terbuat daritanduk kerbau itu kedengaran melengking dan meliuk-liuk mencurigakan iramanya. "Sumoi, suara apakah itu ? Lebih baik kita keluar saja dari tempat ini! Untuk menjaga jangan sampai terjadi sesuatu” seru Pa Nu.

Sementara itu tampaklah Kiam Ciu telah dalam keadaan tertidur. Setelah dia makan pil obat, keringat masih tampak membintik di wajahnya Kim Ciu memandang wajah pemuda itu sesaat lamanya. Kemudian menghapus keringat yang membasahi wajah pemuda itu.

"Baiklah” kita tinggalkan dulu Tong siauwhiap, setelah dia istirahat sejenak, kukira dia akan berangsur menjadi baik” bisik Kim Ciu.

Sementara iiu diatas geladak kapal Kwi Ong terjadi kegaduhan suara orang ribut dan berlari-lari kesana-kemari, walaupun di luat air hujan lebat sekali.

Namun kegaduhan itu terdengar tidak mereda bahkan bertambah ramai.

Tidak lama kemudian nampaklah Kim Ciu telah turun dan masuk kedalam ruang dimana Kiam Ciu menggeletak. Pemuda iyu terbangun dan menggeliat dirasakan pernapasannya serta tenaganya telah pulih kembali. Banyak perobahan yang dirasakannya, dia merasa bersyukur.

Ketika Kim Ciu tiba ditempat itu dan menghampiri Kiam Ciu. maka pemuda itu telah membuka matanya dan tersenyum kearah Kim Ciu.

Posting Komentar