Perahu kecil itu telah mendekati kapal induk orang-orang partai Kong-tong.
Kemudian tampak dengan jelas Liat Kiat Koan berdiri di tepi perahu layarnya dan memandang dengan sikap heran kearah Kuk Kiat.
Namun Kuk Kiat telah berdiri tegak diatas perahu kecil seolah-olah sebuah perahu tiang baja yang dipancangkan diatas perahu itu.
"Liat Kiat Koan ! Apakah kau ingin mengganggu Tong Siauwhiap? Kalau kau akan mengganggunya berarti kau harus berhadapan denganku ! Dengarkan baik-baik kata-kataku itu !” seru Kuk Kiat dengan nada tegas dan bersikap menantang dan gagah. Setelah kakek itu berseru dengan suara nyaring dan tegas, maka segeralah memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian kepada pemuda itu dia berseru pula : "Tong Siauwhiap, marilah kita lekas berlalu !” seru ketua partai silat Kim-sai itu dengan suara nyaring pula.
Tampaklah perahu Tong Kiam Ciu telah bergerak mendekati perahu Kuk Kiat.
Tetapi Liat Kiat Koan pemimpin partai silat Kong-tong merasa bergusar hati dan tidak mau direndahkan martabatnya. Maka segeralah dia berseru dengan suara lantang dan marah sekali.
"Kalian akan lari kemana !” seru ketua partai Kong-tong itu dengan suara lantang dan nyaring sekali. "Hayo kalian kepung mereka !”
Maka dengan gerakan serentak perahu layar itu telah kembali mengepung kedua perahu kecil yang ditumpangi Kiam Ciu dan Kuk Kiat.
"Kiat Koan jahanam ! Apa artiinya ini ?"seru pemimpin partai Kim-sai dengan sikap sangat marah. "Ha-ha ha! Kuk Kiat, kau telah mengubur partaimu sendiri selama puluhan tahun. Kau sendiri tidak tampak malang melintang lagi dikalangan Kang-ouw.
Sehingga aku mengira bahwa partaimu telah dibubarkan. Sekarang tiba-tiba saja kau muncul dan akan turut campur tangan dalam urusan orang lain. Ku kira kau hanya akan mencari mati saja. Kuk Kiat, aku hanya berurusan dengan Tong Kiam Ciu ! Tetapi kalau kau orang juga akan campur tangan, maka aku tidak akan segan-segan untuk membinasakan kamu !” bentak ketua Kong-tong itu dengan suara gusar. Mendengar jawaban yang panas dan bersifat menantang itu ketua partai Kim-sai terperanjat dan wajahnya bersemu merah.
"Ha-ha-ha! Liat Kiat Koan ternyata kau tidak memandang dirimu sendiri ! Apakah kau belum sadar bahwa kau berbicara dengan siapa ? Tanyakan kepada suhumu aku ini siapa, kau kini beruntung dapat menjadi ketua Kong-tong ! Tetapi kini kau cari kematian !”
Tanpa menjawab lagi dampratan itu. Liat Kiat Koan telah meloncat keatas perahu kecil itu sambil mengirimkan pukulan kearah Kuk Kiat. Tampak perahu itu tergoncangn namun Kuk Kiat tetap berdiri tegap dan berkelit kesamping sedikit menghindari serangan ketua partai Kong-tong itu.
Sedangkan Tong Kiam Ciu tidak dapat membantu Kuk Kiat karena perahunya juga diserbu beberapa orang Kong-tong yang bersenjata tajam.
Maka segera terjadilah perkelahian yang ramai diatas perahu kecil itu.
Hampir saja perahu-perahu yang hanya kecil itu tenggelam karena dimuati oleh sekian banyak orang dan sedang bergerak seenaknya.
Bahkan orang-orang Kong-tong ada pula yang telah mencebur kedalam telaga Ang-tok-ouw mereka berenang dan menuju ke perahu kecil dengan makud untuk menggulingkannya.
Tetapi Kuk Kiat tidak datang ke telaga itu seorang diri. Orang-orang dari partai Kim-sai ternyata telah menyertainya dan membantu dalam pertempuran itu. Maka dalam sekejap saja telah berkobar suatu pertempuran yang hebat kekuatan melawan kekuatan. Antara partai Kong-tong dengan pariai Kim-sai.
Mereka bertempur mati-matian, hingga terdengar jerit dan rintihan karena mereka terkena senjata atau banyak pula yang tercebur di atas telaga Ang-tokouw dengan luka parah.
Seolah-olah telaga yang airnya bening itu kini telah berubah menjadi telaga darah. Mereka bertempur dengan pedang dan tombak serta senjata-senjata andalan masing-masing ! Dalam keadaan yang sedang gaduh itu tiba-tiba datang pula kapal layar besar dengan gerak yang sangat laju menuju kearah tempat pertempuran itu.
Kapal layar besar itu mengibarkan bendera hitam yang tampak megah dan melambai-lambat tertiup angin.
"Hey kalian dari mana? Mengapa membuat kotor air telaga Ang-tok-ouw? Jika kalian tidak menghentikan pertempuran, maka kami dari partai Ouw-ki-pang tidak segan-segan untuk menggempur bersih kalian!” seru pemimpin partai itu dengan suara lantang yang dilambari ilmu melontarkan suara "berhenti!”
Teriakan yang dikeluarkan dengan suara yang dilambari dengan ilmu melontarkan suara dan lwekang itu didengar oleh semua orang yang sedang bertempur itu, walaupun keadaan sangat gaduh. Tetapi mereka tidak menggubris teriakan itu. Mereka terus bertempur! Karena teriakannya itu tidak digubris, maka Ouw-ki-pang yang bergelar Lauhai-teng-liong (Naga sakti dari lautan hitam) menjadi sangat marah. Diatas perahu layar besar itu terdapat pula Shin Kai Lolo dan Sio Bie Hu. Ketika Ouw Hin Lee menjadi sangat gusar dan akan memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menyerbu. Tiba-tiba Sio Bie Hu mendekati ketua partai Ouw-kipang dan menunjuk kearah Tong Kiam Ciu. Kemudian mencegahnya karena dia khawatir kalau salah menyerang orang.
Kemudian Sio Bie Hu menghampiri suhunya dan memberitahukan bahwa yang sedang dikerubut itu ternyata adalah Tong Kiam Ciu.
"Suhu lihat ! ternyata itu Tong heng ! Marilah kita membantunya!”
Saat itu Tong Kiam Ciu baru saja memukul seorang dari partai Kong-tong, maka dia sangat terperanjat dengan meloncatnya Sio Bie Hu di perahu itu.
Hampir saja Tong Kiam Ciu mengirimkan sebuah pukulan.
"Teng Lotee !” seru Tong Kiam Ciu dengan suara terperanjat. Karena dengan tiba-tiba saja gadis itu telah muncul.
Namun Sio Bie Hu hanya tersenyum. Dalam waktu sekejap itu telah terjadi pula suatu pertemuan antara Tong Kiam Ciu dengan Sio Bie Hu ketika mereka saling berpandangan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menggerakkan tubuhnya berputar dan tampak seorang Kong-tong lelah terpelanting dan sambil menjerit tercebur kedalam telaga Orang itu memang sengaja meloncat dan akan merebut pedang Oey Liong Kiam dipunggung Tong Kiam Ciu. Namun angin sambarannya telah dirasakan oleh Tong Kiam Ciu. Maka dengan suatu gerak putar yang cepat sekali Tong Kiam Ciu telah berhasil menghantam lawannya itu.
Walaupun sebenarnya Tong Kiam Ciu telah mengetahui bahwa pemuda yang berada didepannya itu adalah seorang gadis yang bernama Sio Bie Hu dan sedang menyamar, pula pemuda itu telah mengetahui bahwa Sio Bie Hu adalah tunangan Cen Yun Leng. namun untuk menjaga suasana itu Tong Kiam Ciu berpura-pura tidak tahu. "Tong heng!” seru Sio Bie Hu seolah-olah akan mengucapkan sesuatu tetapi tertahan dan tidak dapat dikeluarkannya. Hanyalah sampai disitu saja dia berbicara dan selanjutnya hanya memandang dan tertunduk.
"Entah disebabkan karena apa tiap kali dia bertemu dengan Tong Kiam Ciu selalu merasa kikuk dan malu, seperti juga kali itu.
Saat itu Shin Kai Lolo juga teluh meloncat ke perahu Kuk Kiat. Nenek itu telah mengebutkan lengan jubahnya yang menimbulkan hembusan angin keras yang hampir saja menjatuhkan kedua orang yang sedang bertempur itu.
"Liat Kiat Koan, kalau kau tidak lekas menyingkir, kau dan orang-orang Kongtong akan disapu bersih oleh Ouw Hin Lee” seru nenek Shin Kai Lolo.
Liat Kiat Koan memandang keadaan sekitarnya. timpaklah orang-orangnya telah banyak yang binasa dan terluka. Hatinya pedih sekali. Dia yakin bahwa orang-orangnya tidak akan mampu melawan orang-orang dari partai Kim-sai.
Apalagi kalau sampai dibantu oleh orang-orang Ouw-ki-pang. Maka setelah menyadari hal itu segeralah dia mengangkat tangan dan menghormat.
"Oh.. . kiranya siapa yang datang.. “
Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyebarkan pasir beracun kearah Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat.
Baik Shin Kai Lolo maupun Kuk Kit menangkis serangan itu. Mereka telah berloncatan dan melindungi diri bahaya pasir beracun. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kiat Koan untuk melarikan diri.
Pemimpin partai Kong-tong yang bersikap keji itu telah meloncat menceburkan diri kedalam Telaga Ang-tok-ouw.
Kuk Kiat menyaksikan itu segera mengejar, tetapi baru saja dia akan terjun kedalam ait telaga tiba-tiba ditahan oleh Shin Kai Lolo.
"Biarkan dia lari..!” seru nenek itu sambil memegang lengan Kuk Kiat, "dikemudian hari kita masih dapat bertemu lagi. Coba lihat orang-orang Kongtong sudah banyak yang luka dan yang masih selamat telah berusaha untuk melarikan diri!” seru Shin Kai Lolo sambil menunjuk kearah telaga.
Kuk Kiat dapat menguasai diri, kemudian memandang kearah telaga.
Memang diatas air yang telah mulai tenang itu tampak beberapa orang dari partai silat Kong-tong yang berusaha untuk berenang ketepian.
Dalam pada itu mereka lelah dikagetkan dengan bunyi lengkingan panjang dan berkesan. Ketika mereka memperhatikan kearah datangnya suara itu ternyata tampaklah sebuah perahu layar yang besar dan dihiasi sangat indah sekali. Orang-orang yang berada di tempat itu semuanya memandang kearah perahu indah itu. Mereka mengaguminya. Apalagi ketika perahu layar itu bertambah dekat, tampaklah diatas perahu layar itu seorang wanita yang sangat jelita dengan dua orang laki-laki tampan dan dua orang wanita jelita pula. Wanita muda yang sangat jelita itu ialah Cit Siocia.
Tong Kiam Ciu menjadi sangat terperanjat ketika matanya menyaksikan bahwa dengan tiba-tiba saja tampak ditepi perahu itu orang-orang yang dia sangut kenal. Orang oring itu inilah Pek Giok Bwee. Ji Han Su, Siauw Liang dan Ji Tong Bwee Sin-ciu-sam-kiat dengan tiba-tiba saja telah berada diatas telaga Ang-tok-ouw. "Suhu!” seru Tong Kiam Ciu tidak dapat menahan hatinya lagi. Tahu-tahu pemuda itu telah meloncat keatas perahu itu.
Ketika itu Shin Kai Lolo telah memalingkan wajahnya kearah Sio Bie Hu dan berseru "malam ini kita akan meng idakan perjamuan besar Sio Bie Hu, lekaslah kau beritahukan kepada paman Ouw Hin Lee uniuk menjamu tamu-tamu agung kita !” Dengan cepat Sio Bie Hu sudah melesat menghadap Ouw Hin Lee dan menyampaikan pesan itu. Kemudian setelah semuanya disanggupi oleh ketua Ouw Ki pang maka gadis itu kembali akan menghadap kepada suhunya. Saat itu masih banyak orang-orang dari kalangan Kim-sai.
Ketika Sio Bie Hu melewati beberapa orang Kim-sai, tiba-tiba dia telah ditegur oleh seseorang. "Siok Soat ! Akhirnya aku dapat bertemu kau juga disini ! Aku telah mencari kau dimana-mana !” seru seorang pemuda yang tiada lain adalah Ceng Yun Leng. Sio Bie Hu juga terkenal dengan panggilan Teng Siok Soat berhenti dan memandang kearah pemuda yang menegurnya itu.
"Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi, hubungan kita telah putus ! Habis !”
"Siok Soat ! Apakah kau tidak mengenali aku lagi ? Aku Ceng Yun Leng orang yang sangat mencintaimu ! Mengapa kau begitu kejam kepadaku !” seru Yun Leng sambil mengejar gadis itu yang telah beranjak.
"Jangan berbicara keras-keras ! Kita sudah patah areng ! Apakah kau kira aku tidak mengetahui bahwa kau telah tergila-gila dengan puteri Kuk Kiat ?”