Warisan Jendral Gak Hui Chapter 43

NIC

Karena kini perhatiannya dipusatkan kepada gadis yang menyamar sebagai seorang pemuda itu. Kiam Ciu pura-pura tidak mengetahui sandiwara itu.

Sementara itu Sio Bie Hu Sudah berada didekat Kiam Ciu seraya berseru kepada pemuda itu dengan senyuman yang manis.

"Kita telah bertemu lagi” seru Sio Bie Hu yang telah menyamar sebagai seorang pemuda yang rambutnya panjang terurai.

"Hmmm, kita telah bertemu lagi” sambung Kiam Ciu sambil mengangguk, "Sebenarnya aku ingin mencari kau, pertama untuk mengucapkan rasa terima kasihku padamu karena peringatanmu tentang bahaya yang menghadangku, kedua aku ingin mengembalikan sebuah kertas yang ada gambarnya seorang gadis” "Kau tak usah mengucapkan rasa terima kasihmu padaku, lagi pula hal gambar itu tak usah kau kembalikan padaku karena gambar itu tak penting. Aku ingin menjumpai kau karena aku ingin memberitahukan tentang suatu urusan padamu."“ sambung Sio Bie Hu sungguh-sungguh.

"Oh. tetapi aku juga ingin memberitahukan padamu tentang satu urusan yang penting. Belum lama ini aku telah dijumpai oleh Ceng Yun Leng. Dia bilang gambar yang kau lemparkan padaku itu adalah gambar tunangannya. Apakah kau telah mengenal gadis itu?” sambung Kiam Ciu.

Mendengar penuturan Kiam Ciu itu, wajah Sio Bie Hu menjadi merah.

"Kalau kau jumpai Ceng Yun Leng lagi tolong kau sampaikan kabar bahwa dia tidak perlu mengambil perhatian dengan gadis tunangannya itu lagi” jawab Sio Bie Hu dengan nada seolah-olah tertekan.

Mendengar jawaban gadis itu Kiam Ciu tersenyum. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya.

"Kita sudah sering bertemu, tetapi kita belum saling berkenalan. Kenalkan aku Tong Kiam Ciu dan siapa namamu,”

"Panggil saja aku Teng Loote.” jawab Sio Bie Hu. Kemudian gadis itu melanjutkan kata-katanya "Tong Heng, bukankah kau ingin pergi ke telaga Ang tok-ouw di kota Pek-seng di propinsi Anhwei untuk mencari kitab pusaka Pekseng? Aku mendapat kabar bahwa orang yang mencari kitab itu harus mempunyai peta Pek-seng. Padahal menurut beritanya peta itu kini telah jatuh ditangan Gan Hua Liong. Sedangkan Gan Hua Liong itu mempunyai ilmu silat yang sangat lihay diatas suhuku. Saat ini orang-orang gagah telah menuju ke telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kota yang telah hilang itu. Juga kulihat Ciong Taysu dan beberapa orang-orang lainnya. Kukira kau Tong Heng kalau ingin mempertahankan pedang Oey Liong Kiam kau harus juga dapat menguasai kitab pusaka Pek-seng itu.”

Mendengar keterangan itu Kiam Ciu sebenarnya tertawa dalam hati karena sebenarnya peta Pek-seng telah berada ditangan Tong Kiam Ciu. Gan Hua Liong telah menyerahkan peta Pek-seng sebelum dia meninggal.

Tetapi Tong Kiam Ciu merasa agak kecut juga kalaau-kalau Kwi Ong juga telah menuju ke telaga itu ! Walaupun bagaimana dia telah mencoba kehebatan orang itu. Ternyata pemimpin suku bangsa Biauw itu tidak dapat dipandang ringan. Bukan saja ilmunya tinggi, tetapi sifatnya keji pula.

"Aku telah minta kepada suhu untuk membantu Tong Heng untuk menuju ke telaga itu, bahkan sampai mendapatkan kitab pusaka Pek-seng itu. Menurut keterangan suhu, beliau pernah tiba di telaga itu pada dua puluh tahun yang lalu, bahkan beliau pernah menolong Ouw Hin Lee pemimpin partai silat Ouw Pang (Bendera Hitam) di daerah tersebut, jalan menuju ke telaga Ang-tok-ouw itu suhu masih ingat benar, lagi pula kalau Ouw Hin Lee masih hidup, dia pasti mau membantunya !” seru Sio Bie Hu.

"Teng Lotee !” sambung Kiam Ciu sambil menghela nafas "aku telah banyak menerima bantuan dan pertolonganmu serta Shin Kai Lolo.

"Aku sangat berterima kasih . . . .” tetapi kata-kata itu belum sampai selesai telah dipotong oleh Sio Bie Hu.

"Sudah ! Sudah !” seru Sio Bie Hu dengan mengangkat tangannya kearah Tong Kiam Ciu "aku sudah katakan kau tak usah mengucapkan kata-kata itu lagi.

Aku malu mendengar ! Nah kini karena aku masih banyak sekali urusan maka kita berpisah sampai disini saja ! Sampai kita bertemu lagi di telaga Ang-tokouw !” Setelah berkata begitu tampaklah Sio Bie Hu akan pergi meninggalkan tempat itu. "Teng Lotee tunggu !” seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan mencegah Sio Bie Hu pergi, "kalau kau akan pergi ke telaga Ang-tok-ouw apakah tidak lebih baik kalau kita pergi bersama-sama saja ?".

SEBENARNYA aku tidak berkeberatan untuk pergi bersama-sama. Tetapi aku lebih senang berjalan seorang diri ! seru Sio Bie Hu lalu segera memutar tubuh dan melesat pergi. Menyaksikan sikap yang ganjil dan kata-kata gadis itu maka Kiam Ciu menyerah. Dia tidak lagi menahan atau mengejarnya. Walaupun dalam hati pemuda itu merasa heran mengapa Sio Bie Hu bersikap terlalu baik kepadanya? Karena Tong Kiam Ciu tidak ingin membuang-buang waktu lagi maka segaralah dia berangkat menuju ke Telaga Ang-tok-ouw.

Ketika Kiam Ciu sampai dipinggir telaga Ang-tok-ouw keadaan agak buruk.

Langit bagian selatan tampak hitam dan mega bergulung-gulung berpindahpindah alamat akan datang angin tofan Walaupun tahu akan bahaya itu, namun Kiam Ciu telah bertekadd harus mcnemukan kota Pek-seng yang hilang itu. Dia hanya mengetahui bahwa yang menjadi pedoman ialah telega Ang-tok-ouw itu. Walaupun dia belum dapat mempelajari peta Pek-seng itu, karena harus dilihat diwaktu malam, baru guratan-guratan dalam peta itu dapat terlihat. Kalau diwaklu siang hari, atau keadaan terang maka gambar peta itu tidak akan terlihat.

Setelah mengurus keperluan untuk menjelajahi telaga itu, dengan menyewa sebuah perahu kecil dan didayungkan sendiri. Kiam Ciu telah mendayung perahunya menuju ketempat telaga. Walaupun telah banyak perahu-perahu yang lain dan Kiam Ciu yakin bahwa Kwi Ong dan beberapa tokoh persilatan telah berada di telaga itu, namun dia yakin bahwa mereka pasti belum mengetahui letak kota Pek-seng dan tempat penyimpanan kitab pusaka Pekseng itu.

Karena meyakinkan itu maka Kiam Ciu masih bersemangat untuk meneruskan maksudnya. Ketika dia telah berada ditengah telaga Ang-tok-ouw itu terkenanglah dia akan masa kanak-kanaknya dulu.

Dia kembali terkenang Ji Tong Bwee dan telaga Cui-ouw. Tetapi kenangankenangan itu segera diusirnya jauh-jauh, karena dia sedang meyakinkan diri untuk merebut kitab pusaka Pek-seng.

Ketika kepalanya terangkat dan memperhatikan perahu layar yang berada dihadapannya tahu-tahu perahu Kiam Ciu menumbuk buritan kapal layar didepannya. "Brak!” terdengar suara nyaring.

"Kurang ajar, siapa berani kurang ajar!"' terdengar suara membentak dari atas perahu layar yang ditumbuk oleh perahu Kiam Ciu.

Ketika itu tampak seseorang telah berdiri ditepi perahu. Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kearah orang itu, Ternyata orang itu ialah Liat Kiat Koan. Ketika Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kepinggir perahu layar dan hembusan angin pukulan itu menghantam Liat Kiat Koan hingga kepala partai silat Kong-tong itu jatuh di geladak perahunya.

"Turunkan layar!'“ seru sihidung bawang itu dengan suara penuh kemarahan, Apalagi ketika diperhatikan bahwa perahu kecil yang menubruknya itu adalah perahu yang dinaiki oleh Kiam Ciu.

Suatu isyarat yang telah diberikan oleh Liat Kiat Koan itu lelah cukup memberikan aba-aba kepada keempat perahu layar dari partai silat Kong-tong itu untuk mengepung perahu kecil Kiam Ciu.

"Hey Kiam Ciu! Belum lama kita telah mengadu ilmu dalam pertemuan Bulim-tahwee untung kau tidak mati! Kita sama sekali tidak menduga ternyata kau sangat berbaik hati mau mengantarkan pedang Oey l.iong Kiam di tengah telaga ini ha-ha-ha!” setu Liat Kiat Koan.

Sesaat kemudian menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menghembus air telaga dan membentur tepi perahu-perahu serta suara deritan tiang-tiang perahu yang tertiup angin.

Sedangkan Tong Kiam Ciu dengan waspada mengawasi satu persatu perahu layar itu dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi.

Diatas perahu layar itu ia menyaksikan ratusan orang-orang dari partai silat Kong-tong yang bersenjata lengkap.

"Jik.a kalian ingin menguasai pedang Oey Liong Kiam, aku dapat menanti sampai kalian dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su! Itu suatu keputusan pada Bu-lim-ta-hwee. Tanpa kalian menguasai kitab pusaka Pekseng-ki-su jangan kalian harapkan untuk dapat merebut pedang Oey Liong Kiam!” seru Kiam Ciu dengan suara bentakan lantang.

"Tong Kiam Ciu apakah tau tidak sayang dengan ketampananmu, dengan usiamu yang masih muda ? Kalau kau tetap akan mempertahankan pedang Oey Liong Kiam, kau akan mati konyol!” seru Liat Kiat Koan dengan nada suara sombong dan nemandang rendah lawannya.

"Kau boleh mencola.. !” bentuk Kiam Ciu berani menantang ketua partai Kongtong itu. Kemudian terdengar salah seorang diantara orang-orang yang berdiri disamping Liat Kiat Koan itu memaki Tong Kiam Ciu.

"Hey Tong Kiam Ciu, kau benar-benar kurang ajar dan bernyali besar! Aku Liong Kauw Ji akan memberikan hajaran padamu !”

Tetapi Tong Kiam Ciu telah waspada dan siap mengdapi serangan. Maka ketika dengan selesainya kata-kata Liong Kauw Ji, tampaklah orang itu melesat dan terjun keatas perahu Tong Kiam Ciu.

Dengan serentak pula orang itu telah mengirimkan pukulan bergandanya mengarah dada dan ulu hati Kiam Ciu. Namun pemuda itu hanya dengan satu gerakkan tangan kiri telah berhasil menghantam lawannya. Hingga Liong Kauw Ji terpental dan jatuh tercebur ke dalam telaga.

"Ha. ha "ha ha ! Kukira aku menghadapi seorang jago silat ! Tidak tahunya hanya sebuah tong tempat tuak saja !” seru Tong Kiam Ciu sengaja mengejek menarik kemarahan orang-orang Kong-tong.

"Kauw Ji kau tidak sabaran ! Dia bukan lawanmu !” seru Liat Kiat Koan sambil memerintahkan orang-orangnya untuk melemparkan tali kearah Liong Kauw Ji, "ayo naik keatas perahu !”

"Orang-orang Kong-tong aku masih banyak urusan. maaf aku tidak sempat melayani kalian !” seru Tong Kiam Ciu sambil menggerakkan dayungnya memutar perahu kecil itu tikan meninggalkqn pengepungan.

"Tong Kiam Ciu, apakah kau takut melawan aku ? Sekarang juga kita akan mengadakan perhitungan!” seru Liat Kiai Koan menantang sambil mengirimkan sebuah pukulan kearah kepala Kiam Ciu Kemudian tampuk dua orang dari partai silat Kong-tong telah meloncat kearah perahu Tong Kiam Ciu. Mereka melompat serentak untuk menerkam dan membinasakan Kiam Ciu Liong Kauw Ji Tiba-tiba dari atas perahu kecil yang sangat laju mendekati perahu-perahu yang sedang mengepung perahu Kiam Ciu itu. Terdengar sebuah seruan nyaring dan sangat berwibawa. "Tahan !” terdengar suara itu.

Kemudian semua orang yang berada ditempat itu memandang kearah perahu yang tengah meluncur laju kearah mereka. Diatas perahu itu tampak seorang kakek yang mengenakan kulit singa dan di dadanya tertera huruf ONG (Raja). Dia adalah ketua partai sitai Kim-sai.

Semua orang tidak kecuali Liat Kiat Koan menjadi heran dengan kemunculan tokoh tua yang telah lebih dari dua puluh tahun mengasingkan diri itu telah muncul dengan tiba-tiba. Justeru kemunculannya itu bertepatan dengan bahaya yang sedang mengancam diri pendekar muda Tong Kiam Ciu.

Lalu mereka semuanya berpikir-pikir hubungannya dengan Tong Kiam Ciu yang kebetulan pula saat ini sedang berada diatas telaga Ang-tok-ouw dan dalam pengepungan orang-orang Kong-tong.

Posting Komentar