Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Chapter 40

NIC

Hal ini benar-benar di luar dugaan Hwe Lan, karena tadinya ia mengira bahwa semua sudah dibereskan oleh Pangeran Souw dan penyamarannya itu hanya untuk memudahkannya menuju ke gerbang itu. Ia maklum bahwa kalau ia membuka mulut dan bersuara, tentu mereka akan tahu bahwa ia adalah seorang wanita, karena ia tidak sanggup merubah suaranya. Oleh karena ini, tanpa mempedulikan mereka, Hwe Lan lalu melompat dan berlari menuju ke arah pintu gerbang itu untuk berlari keluar, akan tetapi dengan cepat pla, pintu itu telah tertutup sebelum ia sempat keluar dan para perwira itu telah mengurungnya dengan senjata di tangan dan berteriak-teriak,

“Tangkap dia!”

Hwe Lan beradat keras dan ia tidak mau membuang banyak waktu untuk bicara karena dianggap tidak berguna maka melihat sikap mereka ini, ia segera mencabut pedangnya dan sebentar saja gadis yang berpakaian pria itu mengamuk dengan pedangnya dikeroyok oleh enam orang perwira Kim-i-wi dan beberapa orang penjaga lain! Hati gadis ini merasa mendongkol sekali, karena tidak disangka ia akan menghadapi halangan yang sebesar ini. Ia mengeluarkan kepandaiannya dan ketika pedangnya diputar-putar cepat dan hebat, enam orang Kim-i-wi itu tidak berani mengurung terlalu cepat. Seorang Kim-i-wi yang memandang rendah, baru saja berlagak hendak mendesak, telah terluka lengannya dan goloknya terpental jauh! Hal ini cukup membuat kawan-kawannya tak berani mendekat.

Setelah mengeroyok beberapa lama dan melihat permainan pedang gadis ini, para Kim-i-wi dapat mengenali Hwe Lan sebagai gadis pemberontak yang melarikan diri! Maka cepat-cepat mereka lalu menyuruh seorang penjaga mencari bala bantuan dan tak lama kemudian, serombongan Kim-i-wi yang dikepalai oleh Wai Ong Koksu datang berlari ke tempat itu!

Bukan main terkejutnya hati Hwe Lan melihat pendeta gundul yang gemuk pendek itu! Ia telah maklum bahwa kepandaian perwira tua gundul itu lebih tinggi dari kepandaiannya sendiri. Akan tetapi Hwe Lan tidak merasa takut sedikitpun dan ia telah mengambil keputusan untuk mengamuk dan mengadu nyawa di tempat itu!

Wai Ong Koksu ketika melihat ‘pemuda’ ini, tertawa mengejek dan berkata,

“Nona, kau benar-benar nakan dan cerdik! Akan tetapi kau terlalu memandang rendah kepada kami. Kau kira dengan penyamaranmu itu kami tidak akan dapat menangkapmu kembali? Ha-ha-ha!

Setelah berkata demikian, Wai Ong Koksu lalu menggerakkan tongkatnya dan menyerang ke arah Hwe Lan yang sedang dikeroyok itu dengan pukulan yang bukan main hebatnya.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya ketika dari tempat gelap, tiba-tiba melayang keluar seorang tinggi kurus yang menggunakan tongkat kecil menangkap sambaran tongkatnya. “Prak!” Dua tongkat itu, biarpun yang satu besar dan yang satu kecil, ketika beradu di tengah udara, keduanya terpental ke belakang dan Wai Ong Koksu merasa betapa telapak tangannya tergetar oleh benturan hebat itu. Ia cepat memandang dan bukan main terkejutnya ketika melihat seorang pengemis tinggi kurus berdiri di hadapannya sambil tersenyum-senyum mengejek.

“Pat-jiu Sin-kai!” seru Wai Ong Koksu setelah mengenal pengemis tua itu.

Akan tetapi Pat-jiu Sin-kai tidak menjawab, hanya menggerakkan tongkatnya menyerbu dan membantu Hwe Lan. Karena hebatnya gerakan tongkatnya, para Kim-i-wi yang mengepung Hwe Lan bertolak mundur dan merasa menjadi ketakutan.

“Ha, Nona budiman! Kau benar-benar aneh, baru saja tadi masuk kota, sekarang sudah mau keluar lagi! Benar-benar kau orang aneh. Kau mau keluar, bukan? Lekaslah keluar, biar aku yang menyambut mereka!” Setelah berkata demikian, pengemis tua itu berdiri membungkuk menghadapi Wai Ong Koksu dan para perwira dan penjaga yang memandang dengan heran dan marah.

Hwe Lan juga terheran-heran mendengar ucapan pengemis ini. Ia belum pernah selama hidupnya bertemu dengan orang ini, mengapa pengemis ini mengatakan bahwa baru siang tadi ia masuk kota? Akan tetapi ia tidak mau berpanjang-panjang tentang itu. Ia tahu bahwa kakek ini tentulah seorang pendekar sakti, maka ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia melompat ke atas pintu gerbang yang masih tertutup. Dua orang penjaga yang melihatnya, hendak menyerang, akan tetapi dua kali ia menggerakkan kaki, penjaga-penjaga itu tertendang sampai terguling-guling, kemudian ia membuka pintu gerbang dan berlari keluar!

Wai Ong Koksu dan para perwira Kim-i-wi yang lain hendak mengejar akan tetapi Pat-jiu Sin-kai memalangkan tongkatnya di tengah jalan.

“Jangan ganggu dia!” katanya dengan tegas.

“Pat-jiu Sin-kai! Mengapa kau ikut mencampuri urusan kami? Gadis itu adalah seorang pemberontak! Apakah kau orang tua hendak membela seorang pemberontak?”

Pengemis tua itu mengeluarkan suara jengekan dari hidung.

“Hah, kalian ini mudah saja mengecap orang sebagai pemberontak! Aku tahu bahwa kalian menganggap gadis itu seorang murid Siauw-lim, maka kalian lalu mengecapnya sebagai pemberontak. Wai Ong! Kau seorang tokoh Bu-tong-pai, bukan anak kecil lagi. Apakah kau hendak meniru kesesatan Pang To Tek, sutemu yang melakukan permusuhan dengan Siauw-lim-pai itu? Siauw-lim-pai telah dimusnahkan karena permusuhan itu dan andaikata benar bahwa gadis itu seorang murid Siauw-lim-pai, apakah dosanya maka kau menganggapnya bahwa ia memberontak? Lucu sekali!”

“Pat-jiu Sin-kai, kau benar-benar orang tua usilan dan suka mencampuri urusan orang lain! Kau tidk tahu bahwa gadis itu telah melukai beberapa orang Kim-i-wi, bahkan ada beberapa orang pula yang tewas di dalam tangannya? Bukankah itu sudah merupakan bukti cukup bahwa ia memberontak?”

“Ha-ha-ha!” Enak saja kau mengambil keputusan. Orang baru disebut pemberontak kalau ia menentang Kaisar, apakah kalian ini bangsa Kim-i-wi sudah mengangkat diri sendiri sedemikian tinggi sehingga sama dengan Kaisar. Sudah banyak kudengar tentang kelakuan Kim-i-wi, maka aku tidak heran kalau tindakan mereka yang sewenang-wenang. Wai Ong, daripada kau mengganggu orang yang tidak berdosa, lebih baik kau lebih memperhatikan dan menjaga kelakuan para Kim-i-wi yang merupakan penjahat-penjahat berkedok!

“Pengemis busuk, kau benar-benar mencari perkara!” teriak Wai Ong Koksu yang cepat menyerang dengan tongkatnya yang besar dan panjang.

Posting Komentar