Suling Naga Chapter 12

NIC

"Ayah....!"

Hong Beng berteriak dan mengejar ayahnya. Ayah dan anak berlarian menuju ke gedung keluarga Bong-ciangkun. Karena hari sudah lewat tengah malam, keadaan sunyi sekali dan agaknya tidak ada seorangpun melihat ayah dan anak ini berlari-larian. Akan tetapi, mereka berdua itu tidak tahu bahwa ada sesosok bayangan hitam berkelebat cepat sekali membayang mereka. Setelah tiba di depan pintu gerbang gedung Bong-ciangkun, Gu Hok yang diikuti puteranya itu lari masuk. Tentu saja para pengawal segera menghadangnya.

"Heii, berhenti! Mau apa kau?"

Bentak seorang pengawal sambil melintangkan tombaknya.

"Minggir! Aku mau bertemu Bong-ciangkun!"

Gu Hok membentak dan mengobat-abitkan kapaknya yang besar dan tajam! Pengawal itu terkejut dan melompat-mundur. Kesempatan ini dipergunakan oleh Gu Hok untuk menerobos masuk diikuti Hong Beng.

"Heii! Berhenti kau....!"

Para pengawal itu mengejar ayah dan anak ini. Akan tetapi Gu Hok yang sudah nekat itu sudah tiba di depan pintu kamar Bong-ciangkun atas petunjuk anaknya dan segera dia mengayun kapaknya menjebol daun pintu.

Dengan suara keras dan pintu itu jebol dihantam kapak dan terbuka. Orang-orang yang berada di dalam kamar itu terkejut dan apa yang dilihat oleh Gu Hok membuat tukang kayu ini menjadi pucat wajahnya dan matanya terbelalak. Isterinya menjerit, meronta dan terlepas dari rangkulan orang tinggi kurus itu, lalu lari ke arah suaminya dalam keadaan telanjang bulat! Ia menangis sesenggukan menjatuhkan dirinya berlutut di depan, suami dan puteranya. Melihat keadaan isterinya, Gu Hok marah bukan main dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah menerjang maju kearah Bong-ciangkun. Akan tetapi, dari samping si tinggi kurus itu menyambutnya dengan sebuah tendangan keras yang membuat tubuh Gu Hok terdorong mundur keluar dari dalam kamar itu. Sekali lagi Coa Pit Hu menendang dan kini tubuh Hong Beng terlempar keluar.

"Ha-ha-ha, bunuh para pengacau itu!"

Kata Bong-ciangkun kepada para pengawalnya. Isteri Gu Hok menjerit melihat suami dan anaknya ditendang keluar, dan iapun bangkit, lupa bahwa ia berada dalam keadaan telanjang dan bagaikan seekor harimau betina yang marah, ia menerjang keluar pula untuk melindungi suami dan anaknya. Akan tetapi, seorang pengawal menggerakkan tombaknya.

"Ceppp....!"

Tombak itu menusuk perut menembus punggung wanita yang mengeluarkan suara jerit mengerikan. Tombak dicabut dan wanita itupun roboh terkulai. Melihat ini, Gu Hok meloncat bangun.

"Isteriku....!"

Teriaknya dan diapun meng-amuk dengan kapaknya. Akan tetapi karena dia hanya seorang tukang kayu biasa saja yang tidak pandai ilmu silat, hanya memiliki tenaga besar saja, mana mungkin dia dapat melawan pengeroyokan para pengawal yang rata-rata memiliki ilmu silat dan mereka itu memegang senjata tombak yang panjang? Dalam beberapa gebrakan saja, tubuhnya tertembus tombak pula dan dia roboh tewas di dekat mayat isterinya.

"Ayahhh....! Ibuuuu.... !"

Hong Beng menjerit dan menangis. Anak ini lalu nekat menyerang para pengawal itu dengan kedua tangan dan kakinya, memukul menendang asal kena saja. Para pengawal itu tertawa, tidak mempergunakan senjata lagi melainkan menghadapi amukan anak kecil itu dengan tamparan-tamparan yang membuat tubuh Hong Beng terpelanting dan terlempar ke sana-sini. Akan tetapi anak itu bangkit lagi, menyerang lagi untuk disambut tamparan yang membuatnya terpelanting lagi. Dia dipermainkan oleh para pengawal seperti seekor tikus dipermainkan beberapa ekor kucing saja. Bong-ciangkun dan Coa Pit Hu kini sudah keluar dari dalam kamar. Melihat betapa belasan orang pengawal itu mempermainkan anak laki-laki yang mengamuk seperti gila dan nekat itu, Bong-ciangkun berseru,

"Bunuh saja dia dan lempar tiga mayat mereka!"

Seorang pengawal yang berkumis tebal dan berwatak kejam lalu mengangkat goloknya dan membacok ke arah leher Hong Beng yang kembali sudah terpelanting ke atas lantai.

"Singgg.... tranggg.... aughhhh....!"

Bukan leher Hong Beng yang terpental putus, melainkan golok itu terpental dan pemegangnya roboh dengan kepala retak dan tewas seketika.

Semua orang terkejut bukan main dan ketika mereka memandang, ternyata di situ telah berdiri seorang laki-laki yang amat gagah perkasa. Laki-laki inilah bayangan yang tadi membayangi Gu Hok dan puteranya. Dia seorang pria berusia kurang lebih tiga puluh tahun, bentuk mukanya bulat dengan sepasang matanya yang mencorong tajam. Wajah yang tampan itu berkulit agak gelap. Pakaiannya serba indah dan rapi, rambutnya tersisir rapi pula, seorang laki-laki pesolek. Ketika laki-laki ini memandang ke arah dua buah mayat suami isteri Gu Hok, dan melihat keadaan mayat wanita itu yang telanjang bulat, alisnya berkerut dan sepasang matanya mengeluarkan cahaya berkilat. Pandang mata mencorong itu kini ditujukan kepada Bong-ciangkun dan Coa Pit Hu yang berdiri di depan pintu kamar, kemudian beralih kepada Hong Beng yang sudah bangkit lagi dengan muka matang biru dan hidung berdarah.

"Anak baik, apakah mereka itu ayah ibumu?"

"Benar, dan mereka.... mereka dibunuh.... dua orang jahanam itu dan anak buahnya."

Laki-laki gagah itu mengangguk-angguk.

"Tidak aneh kalau terjadi pemberontakan di mana-mana. Pejahat-pejahat pemerintah bertindak sewenang-wenang dan berkomplot dengan para penjahat. Manusia-manusia macam ini memang harus dibasmi!"

Coa Pit Hu sudah dapat menenangkan hatinya yang terkejut melihat munculnya orang yang membunuh seorang pengawal itu. Dan menudingkan telunjuknya ke arah muka laki-laki itu dan membentak,

"Kurang ajar! Siapakah engkau berani mengantar nyawa di sini? Hayo mengaku sebelum kupenggal kepalamu!"

Laki-laki itu tersenyum, senyumnya dingin sekali.

"Tidak ada gunanya engkau mengenal namaku karena kalian semua akan mati malam ini!"

"Kurang ajar!"

Coa Pit Hu marah sekali dan dia sudah mencabut sebatang golok lalu menyerang dengan amat ganas. Agaknya dia hendak memenuhi ancamannya tadi, yaitu hendak memenggal kepala orang yang berani menentang dia dan Bong-ciangkun.

"Singgg....!"

Goloknya menyambar ke arah leher laki-laki gagah itu. Laki-laki itu hanya menggerakkan tangan, telapak tangannya sudah menampar dada Coa Pit Hu sebelah kanan.

"Plakkk!"

Coa Pit Hu mengeluarkan teriakan dan tubuhnya terpelanting, roboh dan matanya mendelik, dari mulut dan hidungnya mengalir darah dan dia sudah tidak berkutik lagi karena telah tewas seketika. Jantungnya pecah karena getaran pukulan telapak tangan yang amat dahsyat itu! Melihat ini, Bong-ciangkun memandang dengan mata terbelalak dan muka pucat. Akan tetapi dia masih ingat untuk memberi aba-aba.

"Serbu dan bunuh penjahat ini!"

Lalu dia sendiri membalikkan tubuhnya hendak lari bersembunyi ke dalam rumahnya.

"Hemm, pembesar lalim jangan harap dapat lolos dari tanganku!"

Laki-laki gagah itu menyambar golok yang tadi terlepas dari tangan Coa Pit Hu dan sekali menyambit, golok itu terbang meluncur.

"Cappp....!"

Pembesar Bong-ciangkun menjerit ketika golok itu menembus punggungnya sampai dada, dan diapun roboh tersungkur, menelungkup di atas lantai. Darah membanjir keluar dari punggung dan dadanya, dan tubuhnya hanya sebentar saja berkelojotan lalu tak bergerak lagi. Belasan, orang pengawal menjadi terkejut dan merekapun lalu mengeroyok kalang kabut.

Namun, tubuh pria yang gagah itu berkelebatan ke sana-sini dan setiap kali tangannya bergerak tentu seorang pengeroyok roboh dan tewas. Sebentar saja sepuluh orang telah roboh. Sisanya hendak lari, akan tetapi laki-laki itu tidak mau memberi ampun dan dengan lemparan-lemparan tombak atau golok yang berserakan, dia merobohkan mereka yang melarikan diri sehingga tak seorangpun ketinggalan! Tempat itu berobah menjadi tempat mengerikan di mana mayat berserakan dan lantai banjir darah! Hong Beng sendiri merasa sakit hati dan mendendam terhadap Bong-ciangkun, kini terbelalak dengan muka pucat menyaksikan pembunuhan yang lebih tepat dinamakan pembantaian yang dilakukan laki-laki gagah perkasa itu.Laki-laki itu lalu berkata kepada Hong Beng yang berdiri di sudut dengan tubuh menggigil dan muka pucat.

"Anak baik, mari kita pergi dari sini."

"Tapi.... tapi.... aku ingin mengubur jenazah ayah ibuku...."

Laki-laki itu menarik napas panjang.

"Hemm, baiklah!"

Dia lalu mengambil sebatang golok dan dengan golok itu dia memenggal leher Bong-ciangkun dan Coa Pit Hu. Rambut dari dua buah kepala itu dia ikat menjadi satu lalu dia menyerahkan dua kepala itu kepada Hong Beng.

"Kau bawalah dua kepala ini dan aku akan membawa jenazah ayah ibumu."

Posting Komentar