Suling Emas Chapter 43

NIC

"Iblis Khitan penjahat cabul, kau menipu kami!"

Maka muncullah tiga orang laki-laki setengah tua yang berpakaian seperti jembel pengemis. Mereka itu berpakaian pengemis, pakaian mereka penuh tambalan bermacam-macam warna, akan tetapi tubuh mereka tampak sehat dan kuat, sedangkan gerakan mereka ketika muncul diruangan itu, kelihatan gesit-gesit sekali. Mereka semua membawa sebatang tongkat di tangan, tongkat yang butut akan tetapi di ujungnya dipasangi besi berwarna merah. Munculnya tiga orang jembel ini menhentikan pertandingan itu. Bayisan memandang mereka dengan kening berkerut.

"Apa maksud kalian memaki?"

Bentaknya.

"Masih pura-pura lagi! Kau mengaku seorang pendekar yang hendak membantu pembebasan Kam-goanswe yang kami muliakan, akan tetapi apakah yang kau lakukan didusun Ki-san? Kau membasmi keluarga yang dengan baik hati telah menolong dan merawatmu. Keparat!"

Setelah seorang di antara tiga jembel itu berkata demikian, mereka serentak maju menerjang. Melihat ini, Bayisan kaget sekali. Gerakan mereka itu cukup hebat, seungguhpun tentu ia tidak gentar menghadapi keroyokan tiga orang pengemis ini, namun kalau mereka bertiga membantu Lu Sian menghadapinya, tentu ia akan celaka. Kepandaiannya melawan Lu Sian berimbang, ada sedikit saja bantuan yang menambah tenaga Lu Sian, berarti ia menghadapi maut. Bayisan cerdik orangnya. Melihat gelagat tidak menguntungkan dirinya, ia tertawa dan tiba-tiba tubuhnya meloncat keluar dari jendela. Tiga orang pengemis itu mengejar cepat.

"Hendak lari kemana kau jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga)?"

Akan tetapi Lu Sian tidak mengejar. Gadis ini hanya mengangkat pundaknya saja. Ia tidak mempunyai urusan dengan Bayisan, dan pertandingan tadi sudah cukup untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya terhadap kekurang ajaran Bayisan. Tentang Bayisan memperkosa atau membunuh orang, itu bukan urusannya dan ia tidak akan mencampuri. Apalagi kalau mendengar kata-kata pengemis tadi bahwa Bayisan bermaksud membantu pembebasan Kam Si Ek. Bukankan itu berarti bahwa Bayisan adalah seorang sahabat Kam Si Ek? Tiga orang pengemis tadi baru mengejar sampai di depan kelenteng, tiba-tiba Bayisan membalik dan menyerang mereka dengan jarum-jarum hitamnya.

Tiga orang pengemis itu bukan orang-orang sembarangan pula, cepat mereka mengelak sehingga jarum-jarum itu lewat di dekat tubuh mereka, menancap dan lenyap ke dalam tembok. Akan tetapi bau jarum-jarum itu yang amis membuat mereka kaget sekali.

"Jarum-jarum beracun...!"

Teriak mereka dan sejenak mereka ragu-ragu untuk melanjutkan pengejaran. Bayisan sudah pergi jauh dan melihat jarum beracun ini, tiga orang pengemis itu tidak berani mengejar lagi, dan teringat akan gadis perkasa yang tadi sanggup menahan pedang orang Khitan yang kosen itu, mereka segera memasuki kelenteng. Lu Sian tidak membuang waktu lagi. Melihat mereka menjura dengan hormat, sebelum mereka membuka mulut ia sudah bertanya,

"Tiga sahabat dari partai pengemis manakah?"

Pada masa itu memang para pengemis membentuk perkumpulan, dan hal ini dipergunakan oleh orang-orang kang-ouw untuk menyamar sebagai pengemis pula dan terbentuklah perkumpulan-perkumpulan pengemis mereka dapat bergerak leluasa dan tidak begitu menarik perhatian. Tahu bahwa gadis itu bukan orang sembarangan, pengemis tertua menjura dan memperkenalkan diri.

"Kami adalah pimpinan dari Wei-ho-kai-pang."

"Ah, kiranya Sam-wi (Tuan Bertiga) adalah Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti)? Hemm, kebetulan sekali. Aku adalah Liu Lu Sian, puteri Beng-kauwcu..."

"Ah, maaf... maaf, kami telah berlaku kurang hormat terhadap Li-Hiap. Maaf bahwa beberapa bulan yang lalu kami tidak dapat datang menghadap ayah Li-hiap (Pendekar Wanita)."

"Tidak apa,"

Kata Lu Sian yang serta merta menganggap mereka itu sahabat karena ucapan merkea tadi yang memuliakan Kam Si Ek.

"Tahukah kalian dimana adanya Kam-goanswe sekarang? Aku mendengar bahwa dia dijebak orang jahat di kelenteng ini, dan tadi kalian bicara tentang Kam-goanswe kepada orang Khitan itu, apa artinya semua ini? Harap Sam-wi suka menceritakan dengan jelas."

Diam-diam tiga orang itu saling pandang. Mereka sama sekali tidak tahu apa hubungannya puteri Beng-kauw dengan jederal muda yang mereka kagumi itu. Akan tetapi mengingat akan kebesaran nama Pat-jiu Sin-ong Liu Gan Ketua Bang-kauw, dan menduga bahwa gadis ini tentu bermaksud baik, mereka lalu bercerita.

Memang sesungguhnya Kam Si Ek dengan hanya sedikit pengawal telah keluar dari benteng menuju ke ibu kota Shan-si untuk memenuhi panggilan Gubernur Li Ko Yung yang disampaikan oleh Phang-siangkun Si Komandan muka hitam yang diam-diam mengatur pengkhianatan untuk menjatuhkan Kam Si Ek. Setelah tiba di kota Poki, rombongan Kam Si Ek dicegat oleh gerombolan yang memang sudah disiapkan terlebih dulu. Celakanya, para pengawal Kam Si Ek diam-diam sudah disogok pula oleh Phang-siangkun sehingga selagi tidur, Kam Si Ek disergap dan dijadikan tawanan. Penyergapan dilakukan di dalam kelenteng yang memang diajukan sebagai tempat penginapan oleh para pengawal Kam Si ek. Sebagai seorang komandan yang jujur dan tidak mau menggangu rakyat, Kam Si Ek memang biasa melakukan perjalanan sederhana, menginap pun dimana saja asal jangan mengganggu penduduk, maka usul untuk bemalam dirumah kelenteng itu diterimanya baik.

"Kami menyaksikan itu semua karena kebetulan sekali kelenteng tua ini sejak lama menjadi tempat perkumpulan kami para pengemis Wei-ho-kai-pang."

Demikian seorang diantara pimpinan kai-pang (perkumpulan jembel) itu berkata.

Posting Komentar