Si Rajawali Sakti Chapter 47

NIC

"Ciaaat !" bentaknya. Tendangan secepat kilat dan Kian Ki merasa betapa ada

hawa menyambar kuat ke arah kakinya. Dia mulai merasa kagum kar ena gerakan mengelak sambil langsung membalas serangan itu menunjukkan bahwa gadis itu bukan ahli silat sembarangan saja. Dan tendangannya begitu cepat dan kuat. Akan tetapi dia pun girang karena gadis itu tidak menendang bagian tubuhnya yang lemah, melainkan menendang ke arah lututnya yang tentu saja tidak mendatangkan bahaya. Dia cepat melompat ke kanan sehingga tendangan itu luput. Akan tetapi dengan cepat Cu Yi mengejar dan kini tangan kanannya mencengkeram ke arah dada lawan.

Karena ingin menguji kekuatan gadis itu, Kian Ki tidak mengelak, melainkan menangkis sambil mengerahkan separuh tenaganya. Separuh tenaga saja sudah amat kuat dan cukup dapat menjatuhkan lawan tangguh.

"Wuuuttttt........ dukkk. !!" Bukan main kagetnya hati Cu Yin ketika lengannya

ditangkis dan bertemu dengan lengan dengan tangan pemuda itu. Ia merasa betapa lengan bertemu dengan lengan yang lembut lunak, akan tetapi yang membuat seluruh tubuhnya tergetar hebat sehingga ia terpaksa harus melangkah mundur!

Tahulah gadis ini bahwa ia berhadapan dengan seorang pemuda yang memiliki tenaga sakti luar biasa kuatnya. Kalau saja tahu bahwa tenaga Kian Ki baru setengahnya saja dikerahkan! Cu Yin menjadi semakin kagum dan makin bernafsunya untuk menjadikan putera pangeran Ini sebagai kekasihnya! Akan tetapi masih harus menguji lagi, maka sambil mengeluarkan seruan melengking ia menyerang lagi, kini serangannya bertubi-tubi dan hebat sekali, terkadang amat dahsyat sehingga Kian Ki sendiri menjadi terkejut! Dia merasa kagum juga girang.

Gadis ini hebat! Dapat merasakan bahwa ilmu kepandaian gadis ini bahkan lebih tinggi daripada tingkat yang dimiliki Ong Hui Lan, tunangannya! Dalam hatinya Kian Ki membayangkan, alangkah senangnya kalau dia dapat mengambil gadis ini menjadi selirnya, atau isterinya yang kedua. Dia mencinta Ong Hui Lan, akan tetapi dia tertarik dan suka kepada Lai Cu Yin yang dapat menjadi penghibur dan juga pembantu yang boleh diandalkan!

Pertandingan itu berlangsung seru dan bukan hanya Kian K i yang kagum, melainkan juga Jenderal Chou dan Hongsan Siansu merasa kagum karena mereka dapat melihat bahwa Ang Hwa Niocu benar-benar tangguh sekali. Bahkan para jagoan pembantu Jenderal Chou seperti Kwan In Su yang berjuluk Kanglam Sin-kiam atau Im Yang Tosu sekalipun kiranya tidak akan mampu mengalahkan gadis itu. Barangkali hanya Hongsan Siansu yang mampu mengimbangi dan tentu saja hanya Chou Kian Ki yang mampu mengalahkannya! Juga Liu Cin yang menonton pertandingan itu, diam-diam merasa kagum dan terkejut. Baru sekarang dia melihat bahwa ilmu silat yang dimainkan Lai Cu Yin amat hebat. Gerakannya aneh, perubahannya tak terduga dan kecepatannya luar biasa. Dia dapat mengira bahwa dia sendiri tentu akan repot untuk dapat mengalahkan gadis itu. Akan tetapi pemuda putera jenderal bekas pangeran itu pun dahsyat sekali sehingga semua serangan Cu Yin yang demikian cepat dan bertubi-tubi selalu dapat dihindarkan. Bahkan setiap kali pemuda itu menangkis dia dapat melihat betapa tubuh gadis itu terpental ke belakang. Hal ini membuktikan bahwa pemuda itu memiliki tenaga sakti yang lebih kuat daripada lawannya.

Pertandingan itu berlangsung sampai lebih dari tiga puluh jurus dan karena gerakan mereka cepat sekali maka tampaknya seru dan seimbang. Akan tetapi kedua orang yang bertanding itu tahu benar bahwa Kian Ki sengaja mengalah dan agaknya tidak ingin mengalahkan dan membuat malu gadis yang dikaguminya itu. Dia hanya sedikit demi sedikit menambah tenaganya setiap kali menangkis sehingga makin lama Cu Yin merasa betapa setiap kali lengan mereka bertemu, ia terpental semakin kuat dan tubuhnya terguncang hebat. Hal ini membuat gadis itu merasa kagum dan semakin besar keinginannya untuk menjadikan pemuda bangsawan ini sebagai kekasih barunya. Kini perasaan sukanya kepada Liu Cin menipis. Murid Siauwlim-pai itu selalu menghindarkan diri dan tidak mau melayani keinginannya. Setelah kini bertemu dengan seorang pemuda yang lebih hebat, rasa sukanya kepada Liu Cin segera berubah dan dasar kebenciannya terhadap laki-laki muncul. Kini ia berubah benci kepada pemuda Siauwlimpai itu!

Untuk terakhir kali Cu Yin ingin menguji tenaga sakti Kian Ki. Ketika kembali ia terdorong mundur, ia cepat menekuk kedua lututnya sehingga tubuhnya setengah berjongkok lalu ia mendorongkan kedua tangan dengan telapak tangan terbuka menghadap lawan sambil mengerahkan seluruh tenaga sakti yang dimilikinya. Angin yang Kuat menyambar ke arah Kian Ki. Pemuda ini maklum akan datangnya serangan pukulan jarak jauh itu, maka dia pun menyambut dengan dorongan tangan kirinya.

"Wuuuttttt desssss!!" Tubuh Cu Yin terhuyung ke belakang dan agaknya

akan jatuh terjengkang kalau saja Liu Cin tidak cepat melompat dan menah punggungnya dengan tangan. Akan tetapi gadis itu tidak terluka sama sekali karena lawannya tadi menggunakan tenaga lemas yang amat kuat sehingga ia rasa seperti terdorong sesuatu yang mantul kuat sehingga ia terpental. Sambil tersenyum Cu Yin lalu melompat kedepan lagi menghadapi Kian Ki, mengangkat kedua tangan depan dada sambil membungkuk hormat.

"Aih, baru sekarang saya bertemu dengan seorang lawan yang amat kua dan lihai! Saya mengaku kalahdan merasa kagum sekali, Chou Kongcu!"

"Wah, Nona Lai Cu Yin terlalu memuji. Engkau sendiri juga seorang gadis yang amat lihai!" Dia lalu memandang ayahnya. "Ayah, Nona Lai ini akan me jadi pembantu kita yang amat boleh andalkan!"

"Ih, Chou Kongcu jangan memujik membikin malu saja. Saya bahkan ingin sekali mendapat bimbingan darimu dalam hal ilmu silat, Kongcu!" kata Cu Yin sambil tersenyum dan mengerling tajam. Melihat sikap Cu Yin yang sejak tadi memperlihatkan kegenitan terhadap Chou Kian Ki, diam-diam Liu Cin merasa heran sekali. Bagaimana Cu Yin dapat bersikap seperti itu? Mengapa tiba-tiba sikapnya berubah demikian genitnya dan secara terang-terangan memperlihatkan sikap memikat hati pemuda bangsawan itu melalui gerak-geriknya, ucapannya, senyum dan lirikan matanya? Padahal biasanya kelihatan demikian sopan! Apakah kesopanan yang lalu itu hanya pura-pura. Lalu dia teringat betapa pada malam hari dahulu itu, Cu Yin merayunya dan dia menolaknya. Apakah karena itu kini gadis itu lalu berpaling kepada Chou Kian Ki? Dia sama sekali tidak merasa cemburu, melainkan heran dan mulailah dia merasa curiga akan sikap gadis itu yang demikian cepat berubah. Dia hanya pernah merasa kagum dan suka kepada gadis yang tadinya tampak bersikap seperti seorang pendekar wanita. Akan tetapi kini begitu genit dan tidak wajar!

Terdengar "Jenderal Chou bertepuk tangan gembira. "Bagus, kami sungguh beruntung mendapatkan bantuan seorang gadis gagah perkasa seperti Nona Lai Cu Yin! Sekarang giliran pendekar Siau limpai Liu Cin, harap suka memperlihatkan kelihaianmu!"

Liu Cin bangkit dan menjura kepad tuan rumah. "Maafkan, Chou Taijin, karena saya belum mengambil keputusan apakah saya akan menerima penawaran Taijin, maka saya tidak ingin diuji. Kita tunggu sampai saya mengambil keputusan, barulah sudah selayaknya kalau saya diuji. Untuk sementara ini, saya hendak berpikir-pikir dulu dan melihat perkembangannya."

Hong-san Siansu hendak menegur atau membantah, akan tetapi Jenderal Chou mengangkat tangan menahannya, lalu berkata dengan ramah kepada Liu Cin.

"Baiklah, Liu Enghiong "

"Goanswe, mengapa Goanswe masih bersikap sungkan dan menyebut Cin-ko dengan sebutan Enghiong? Dari pada menggunakan sebutan Enghiong yang kaku, bukanlah lebih baik kalau Goanswe 'menyebut Cin-ko dengan namanya saja? ftagaimana pendapatmu, Cin-ko?"

Tentu saja Liu Cin tidak dapat membantah. "Kukira sebaiknya begitu." katanya lirih. "Ha-ha-ha! Baiklah, Cu Yin. Mulai sekarang aku akan menyebut dia Liu Cin. Akan tetapi sebaliknya, aku merasa tidak enak kalau kalian juga menggunakan sebutan Taijin (Pembesar) kepadaku, mengapa tidak menyebut Paman saja?" kata Jenderal Chou sambil tertawa gembira. Dia merasa senang sekali bisa mendapatkan dua orang tenaga bantuan yang dapat diandalkan, terutama karena Ang Hwa Niocu Lai Cu Yin yang ternyata umat lihai itu sudah menyatakan suka dan siap untuk membantu.

"Terima kasih, Paman!" kata Cu Yin gembira sekali. "Terima kasih," kata pula Liu Cin, tanpa menyebut paman.

"Mari kita perkenalkan dengan rekan-rekan kalian!" Jenderal Chou yang sedang bergembira itu berkata dan memanggil pengawal dan diperintahkan, mengundang Kang-lam Sin-kiam Kwan In Su, Im Yang Tosu, dan tidak ketinggal Ong Hui Lan untuk datang ke ruanga itu.

Setelah mereka bertiga memasuki ruangan. Jenderal Chou lalu memperkenalkan mereka satu kepada yang lain. Begitu memasuki ruangan itu, Hui lan melihat betapa seorang gadis yang rambuatnya dihias tiga tangkai bunga merah duduk dekat Chou Kian Ki. Memang tadi sengaja Cu Yin memilih tempat duduk dekat pemuda itu dan mereka bicara bisik-bisik dengan sikap akrab. Diam-diam Hui Lan merasa sebal sekali. Tidak ia tidak merasa cemburu karena sesungguhnya, belum tumbuh perasaan cinta dalam hatinya terhadap Chou Kian Ki, baru perasaan kagum saja. Ia belum mengenal betul watak pemuda itu. Akan tetapi, atas kehendak orang tuanya, ia telah menjadi calon isteri atau tunangan Chou Kian Ki dan sekarang ia me lihat calon suaminya itu bergaul demikian akrab dengan seorang gadis asing, apalagi yang baru saja dikenalnya karena Jenderal Chou memperkenalkannya sebagai seorang pembantu yang baru datang. Ia melihat bahwa gadis itu sikapnya amat genit, matanya tajam mengerling penuh daya pikat kepada Kian Ki dan senyumnya yang manis itu jelas dibuat-buat! Ketika ia diperkenalkan kepada Liu Cin yang disebut sebagai Siuwlim Enghiong oleh Jenderal Chou dan dikatakan sebagai sahabat baik Cu Yin, in pun menganggap pemuda yang kelihatan pendiam ini tentu juga bukan orang baik-baik karena dia adalah sahabat baik gadis yang genit itu. Maka, setelah diperkenalkan, Hui Lan pamit kepada Jenderal Chou dan kembali memasuki bagian dalam gedung, kembali ke kamarnya. Jenderal Chou yang diam-diam masih merasa dongkol dan tidak senang terhadap sikap Hui Lan yang terang-terangan dengan tegas menolak untuk membantu pelaksanaan rencananya, tidak mencegahnya. Dia dan Chou Kian Ki sedang menanti siasat yang sedang dipikirkan Hongsan Siansu untuk menalukkan gadis yang telah dipilih menjadi calon mantunya itu.

Sementara itu, ketika Jenderal Chou memperkenalkan Ong Hui Lan sebagai calon mantunya, calon isteri Chou Kian Ki, diam-diam ia semakin dirangsang untuk mengambil Kian Ki sebagai kekasihnya. Pemuda itu harus menjadi miliknya lebih dulu untuk sementara, sebelum menikah dengan Hui Lan. la sendiri sama sekali tidak ingin menjadi isteri Kian Ki. Ia sudah mengambil keputusan untuk tidak menikah dengan laki-laki manapun karena ia masih mempunyai keyakinan bahwa tidak ada lak laki yang setia dan baik di dunia ini. harus membantu dan mendukung pelaksanaan dendam sakit hati mendiang ibunya terhadap kaum pria! Kalau ia selalu ingin memikat laki-laki, hal itu buka berarti ia suka kepada mereka. Tidak kebenciannya tetap ada di dasar hatinya Ia hanya ingin memuaskan rangsanga nafsunya sendiri dan untuk itu ia membutuhkan laki-laki. Akan tetapi ia tidak ingin terikat oleh seorang laki-laki saja!

Demikianlah, mulai hari itu, Liu Cu Yin menjadi tamu di gedung Jenderal Chou. Mereka masing-masing mendapatkan sebuah kamar tamu yang cukup mewah.

ooOOoo

Posting Komentar