Kita sewa dua buah kamar saja, seorang satu. Aku yang akan membayar semua pengeluaran selagi kita melakukan perjalanan berdua."
Hati Liu Cin menjadi lega. Tadi mendengar mereka menyewa sebuah kamar sehingga mereka akan tinggal beli sama saja sudah membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Tak dapat dia membayangkan apa akan jadinya kalau mereka tidur sekamar.
Kepada seorang pelayan setengah tua yang menyambut mereka, Cu Yin minta diberi dua buah kamar yang berdampingan. Pelayan itu agaknya mengenal C uYin. Dia memberi hormat dan berkata dengan gembira.
"Selamat datang, Nona. Ketika Nona bermalam di sini dahulu, Nona masih meninggalkan sisa kembalian uang pembayarang Nona dan belum sempat kami berikan karena Nona terburu-buru pergi.”
"Ah, tidak mengapa, Paman. Sisa uang itu boleh untuk Paman saja, untuk tambah kebutuhan di rumah."
Pelayan itu berulang-ulang memberi hormat. "Ah, banyak terima kasih, Nona. Nona telah memberi banyak hadiah kepada para pelayan di sini. Nona sungguh murah hati dan suka menolong kami yang miskin."
"Sudahlah, Paman. Jangan ganggu kami, kami lelah dan ingin segera mandi lalu makan sore ini."
Pelayan itu mengundurkan diri setelah Menunjukkan dua buah kamar yang berdampingan. Diam-diam Liu Cin semakin Kagum. Dia mendapatkan bukti sebuah sifat baik lagi dari gadis itu, yaitu bahwa Lai Cu Yin ini suka menolong orang dan murah hati!
Ketika mereka makan dalam rumah tuakan di bagian depan rumah penginapan Itu, setelah mereka mandi dan bertukar pakaian, dalam ruangan makan itu terlihat beberapa meja lain yang ditempati para tamu. Liu Cin maklum betapa pandang mata semua tamu pria di ruangan Itu, secara berterang atau pun diam-diam melirik, ditujukan kepada Cu Yin dengan sinar mata kagum. Diam-diam dia merasa bangga sekali karena dialah duduk dekat gadis itu, dialah yang jadi sahabat Cu Yin!
Selagi mereka makan minum dengan hidangan yang bagi Liu Cin terlalu mewah karena belum pernahdia makan dengan hidangan lauk pauk sebanyak itu, tiba-tiba pandang mata Liu Cin yang tajam dapat menangkap sikap dua orang laki-laki yang mencurigakan. Mereka adalah seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahun dan yang lain seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun. Dari sikap mereka, juga dari pedang yang mereka bawa dan kini mereka letakkan di atas meja, Liu Cin dapat menduga bahwa dua orang itu tentulah orang kangouw yang melakukan perjalanan berhenti melewatkan malam di Pao-ting. Akan tetapi ketika mereka memandang ke arah Lai Cu Yin dengan sinar mata tajam kemudian saling berbisik-bisik sikap mereka jelas sedang membicarakan Cu Yin, Liu Cin menjadi curiga.
"Yin-moi," dia berbisik. "Dua oral laki-laki di sana itu agaknya sedang membicarakanmu. Apakah engkau mengenal mereka7"
Cu Yin sambil makan mengerling kearah dua orang itu, lalu ia melanjutkan makan dan berbisik pula. "Cin-ko, jangan pedulikan mereka. Kebanyakan laki-laki itu memang tidak baik dan jahat, setidaknya kurang ajar. Aku kecualikan engkau Cin-ko, akan tetapi jarang ada laki-laki sebaik engkau."
Karena Cu Yin tidak mempedulikan lagi dua orang itu, maka Liu Cin juga melanjutkan makan dengan enak dan lahapnya. Setelah selesai makan, Cu Yin mengajak pemuda itu keluar berjalan-jalan. Ketika mereka keluar dari rumah makan, ternyata dua orang laki-laki tadi telah pergi.
Biarpun Liu Cin merasa malu dan menolak, namun dengan sangat Cu Yin membujuk dan memaksanya agar suka menerima beberapa potong pakaian baru yang oleh gadis itu dibeli dari sebuah loko pakaian di kota itu.
"Cin-ko, sudah kukatakan bahwa aku mempunyai banyak uang dan kulihat engkau perlu memiliki beberapa potong pakaian baru untuk bekal dalam perjalanan, Pakaian yang baik itu amat penting, Cin-ko karena orang-orang akan menilai tinggi dan menghargainya. Kalau kita mengenakan pakaian murah dan buruk, belum apa- apa orang sudah memandang rendah."
Sebetulnya Liu Cin tidak setuju dengan pendapat ini, akan tetapi dia merasa tidak enak untuk membantah atau menolak. Pula, agaknya gadis itu tahu akan warna kesukaannya. Semua pakaian yang dibelinya berwarna serba kuning!
Bagaikan seekor laba-laba mulai memasang jerat, Cu Yin mulai memikat hati Liu Cin dengan sikapnya yang baik sehingga pemuda itu menganggapnya seorang gadis yang cantik, ramah, baik budi, dan sopan!
Malam itu, mereka tidur di kamar masing-masing dan tidak terjadi sesuatu yang mencurigakan hati Liu Cin. Pemuda ini sama sekali tidak tahu betapa Lai Cu Yin gelisah tidak mudah pulas di kamarnya, membayangkan betapa di kamar sebelah pemuda yang menarik hatinya berada seorang diri dan ia membiarkannya tanpa diganggu.Belum pernah melakukan kesabaran seperti ini pada laki-laki lain.
ooOOoo
Pada keesokan harinya, setelah matahari naik cukup tinggi dan mereka sudah mandi, tukar pakaian dan sarapan, Lai Cu Yin dan Liu Cin melanjutkan perjalanan mereka menuju ke utara, ke ko raja. Liu Cin mengenakan pakaian baru yang semalam dibelikan Cu Yin dan dan tampak semakin ganteng.
Ketika kereta sudah keluar dari ko Pao-ting dan tiba di jalan yang sepi tiba-tiba dari balik pohon-pohon berlompatan lima orang laki-laki dan mereka berdiri menghadang di tengah jalan dengan sikap bengis dan di tangan mereka terdapat senjata. Ada yang memegang toya sebanyak dua orang, dan tiga yang lain memegang pedang.
"Berhenti!!" bentak seorang di antar mereka yang paling tua.
Liu Cin yang menjadi sais menghentikan kudanya. Dia memandang kepada Cu Yin dan gadis ini tersenyum mengejek. "Huh, gerombolan perampok menjemukan sudah bosan hidup!"
Liu Cin kini mengamati lima orang itu. Dari pakaian mereka dapat diketahui bahwa mereka adalah orang-orang kang-ouw, akan tetapi dia tidak setuju dengan pendapat Cu Yin bahwa mereka perampok. Mereka tidak tampak kasar dan kotor seperti para perampok. Ketika melihat dua orang di antara mereka, dia terkejut karena dia mengenal wajah mereka. Mereka itulah dua orang yang dia lihat di rumah makan dan mereka memandang dengan sinar mata marah kepada Cu Yin!
Dengan sikap tenang Ang-hwa Niocu Lai Cu Yin sudah melompat turun dari atas kereta dengan gerakan ringan dan tanpa mencabut pedangnya.
"Hei, siapa kalian dan apa maksud kalian menghadang kereta kami?"
"Iblis betina! Tidak perlu banyak cakap lagi. Engkau telah membunuh adikku dua pekan yang lalu dan sekarang engkau harus menebusnya dengan nyawamu!' bentak seorang di antara mereka, yaitu laki-laki berusia sekitar tiga puluh tahunyang dilihat oleh Liu Cin di rumah makan bersama laki-laki tertua yang kini agaknya memimpin rombongan lima orang itu.
"Aih, betulkah? Yang mana adikm itu? Sudah terlalu banyak penjahat kubunuh maka aku tidak ingat satu persatu. Kalau adikmu itu terbunuh olehku berarti dia jahat dan kalau engkau hendak membelanya dan menyusulnya untuk menemaninya di neraka, majulah!" tantang Ang-hwa Niocu sambil mencabut pedangnya. Ia tidak menjawab bohong karena memang ia tidak tahu siapa yang dimaksudkan mereka.
"iblis betina keji, mampuslah engkau. Laki-laki tua yang bersenjata toya iti menyerang Cu Yin dengan gerakan cepat dan kuat. Namun Cu Yin yang sudah siap siaga dengan ringan melompat kesamping untuk menghindar. Akan tetapi pada saat itu, empat orang laki-laki lainnya sudah mengepung. Laki-laki berusia tiga puluh tahun yang tadi menuduh Cu Yin membunuh adiknya juga bersenjata toya dan dialah yang paling bernafsu, menyerang dengan sengit. Tiga orang lain yang bersenjata pedang kini juga mengeroyok. Cu Yin yang berada di tengah segera memutar pedangnya. Tampak sinar merah bergulung-gulung ketika ia memutar pedang melindungi dirinya yang dihujani serangan lima orang pengeroyok itu.
Liu Cin yang tidak mengerti apa urusannya, tadinya diam saja. Akan tetapi melihat Cu Yin dikeroyok lima orang dan biarpun gadis itu dapat melindungi dirinya dengan gerakan pedangnya yang hebat, dia merasa tidak semestinya dia membiarkan sahabatnya dikeroyok seperti itu. Yang membuat dia tadi agak sangsi adalah karena dia melihat betapa dua orang yang semalam dia lihat di rumah makan dan yang keduanya menggunakan senjata toya, ternyata menyerang dengan permainan silat toya dari Siauwllmpai!
"Tahan senjata!!" Akhirnya Liu berseru dan dia melompat dari atas kereta dan menyerbu ke dalam perkelahiai menggunakan dua batang tongkatn untuk membantu Cu Yin menangkisi senjata para pengeroyok.
Merasa betapa tangkisan sepasang tongkat itu kuat sekali, para pengeroyok terkejut dan menahan senjata karena tidak mengenal pemuda ini tidak tahu dia akan berdiri di pihak si apa
"Cuwi (Anda sekalian) adalah lima orang laki-laki gagah. Apakah tidak malu mengeroyok seorang gadis muda? Kalau ada urusan, sebaiknya dibicarakan baik- baik." kata Liu Cin.
"Bicara baik-baik dengan gadis muda Huh, ia ini iblis betina yang amat jahat pembunuh keji! Mau bicara apa lagi?” bentak laki-laki yang menuduh Cu Yin membunuh adiknya lalu dia menyerang lagi, tidak peduli lagi kepada Liu Cin. Paman gurunya, yaitu laki-laki setengah tua yang juga bersenjata toya, cepat membantunya mengeroyok Cu Yin. Liu Cin terpaksa maju dan menyambut tiga orang lain yang bersenjata pedang. Terjadilah perkelahian yang hebat. Cu Yin dikeroyok dua orang bersenjata toya dan Liu Cin menghadapi pengeroyokan tiga orang yang bersenjata pedang.
Liu Cin mendapat kenyataan bahwa tiga orang pengeroyoknya bukan merupakan lawan berat. Kalau dia menghendaki, dia akan dapat merobohkan mereka dengan cepat. Akan tetapi dia masih ragu dan merasa tidak enak untuk merobohkan tiga orang yang belum dia ketahui kesahannya itu. Dia tidak khawatir akan keselamatan Cu Yin karena tadi pun dia sudah melihat betapa Cu Yin dengan mudah menahan pengeroyokan lima orang. Gadis itu memiliki tingkat ilmu silat yang lebih tinggi daripada dua orang pengeroyoknya. Yang dia khawatirkan adalah kaiau-kalau Cu Yin melakukan pembunuhan. Dia harus tahu lebih dulu apa kesalahan dua orang murid Siauwlimpai Itu! Bagaimanapun juga, walaupun dia bukan murid dari Kuil Siauwlimsi, namun gurunya adalah tokoh Siauwlim maka dia pun dapat dibilang seorang murid Siauwlimpai itu pula. Ini sebabnya dia tidak mau melawan dua orang murid Siauwlimpai itu dan memilih melawan tiga orang yang lain, yang bersenjata pedang dan tidak memiliki ilmu silat aliran Siauwlimpai.
"Yin-moi, jangan bunuh orang !" Liu Cin berseru untuk ke dua kalinya kepada Cu