Dia merangkap kedua tangan depan dada sebagai salam penghormatan kepada wanita itu lalu menjawab. "Saya bernama Liu Cin dan maafkan kalau saya tadi lancang melerai Ji-wi (Anda berdua) yang sedang rkelahi. Saya yang kebetulan lewat disin dan melihat Ji-wi berkelahi, tidak Ingin melihat seorang wanita terluka, apalagi menjadi korban dan tewass di tangan seorang laki-laki." Lalu dia memandang kepada Bu Eng Hoat dan bertanya dengan nada menegur. “saya kira seorang laki-laki tidak pantas untuk berusaha membunuh seorang wanita muda!"
Bu Eng Hoat tentu saja menjadi marah sekali. Tadi dia terdesak hebat dan nyaris celaka di tangan iblis betina itu. Masih untung dia hanya mengalami lecet di pangkal lengan kirinya. Kini seorang pemuda yang tampaknya lihai yang dapat dia ketahui dari cara pemuda itu melerai dan menangkis senjata mereka berdua. Akan tetapi pemuda yang baru tiba ini tampaknya berpihak kepada Ang-hwa Niocu. Hai ini dapat diduga dari nada bicaranya!
"Sobat!" katanya gemas. "Engkau agaknya tidak tahu dengan siapa engkau berhadapan! Ketahuilah bahwa wanita adalah Iblis Betina Ang-hwa Niocu yang suka mempermainkan pria dan sudah banyak membunuh laki-laki muda. Iblis betina ini sudah sepatutnya dibasmi agar jangan mengganggu para pria dan mengotorkan dunia!"
"Liu-enghiong (Pendekar Liu), jangan percaya obrolan manusia palsu ini! Dia yang hendak kurang ajar dan merayu aku, ketika aku tidak sudi dan menolaknya, dia malah hendak merampas kereta dan kudaku. Nah, siapakah di antara kami yang jahat?" kata Ang-hwa Niocu dengan suara merdu sambil menudingkan pedangnya ke arah muka Bu Eng Hoat.
Pemuda murid Thong Leng Losu ini miliki watak yang keras. Mendengar ucapan Ang- hwa Niocu yang memutarkan kenyataan itu, menuduh balik padanya, membuat dia tidak dapat menahan diri lagi.
"Iblis betina jahanam!" bentaknya dan dia sudah menerjang lagi dengan nekat, menggunakan toyanya untuk menusuk kearah dada Ang-hwa Niocu. Gadis ini dengan gerakan ringan sengaja melompat belakang Liu Cin seolah, minta perlindungan. Liu Cin cepat menggerakkan sepasang tongkatnya sambil maju menangkis serangan Bu Eng Hoat.
"Jangan menghina seorang wanita!" bentak Liu Cin sambil mengerahkan tenaganya menangkis.
"Dukkkkk!!" Dua orang pemuda itu terdorong ke belakang. Mereka terkejut dan maklum bahwa tenaga mereka seimbang. Bu Eng Hoat semakin mendongkol. Pemuda yang baru datang ini jelas berpihak kepada Ang-hwa Niocu. Dia bukan seorang yang bodoh dan nekat tanpa perhitungan. Dia tahu bahwa melawan pemuda ini saja sudah merupakan lawan yang tidak mudah dikalahkan, padahal tadi melawan Ang-hwa Niocu dia terdesak dan mungkin sekarang sudah terluka atau tewas kalau pemuda itu tidak muncul. Maka kalau sekarang dia nekat melawan keduanya, sama saja dengan bunuh diri. Dia lalu melompat jauh dan melarikan diri secepatnya.
Melihat Bu Eng Hoat melarikan diri, Ang-hwa Niocu tertawa terkekeh-kekeh. ''He- he-hi-hi-hik, bocah sombong, baru Memiliki ilmu kepandiaan sebegitu saja sudah berani menggangguku!"
Melihat wanita cantik itu tertawa terkekeh-kekeh seperti itu, Liu Cin yang masih belum banyak pengalamannya itu memandang heran, sampai bengong. Belum pernah dia melihat seorang gadis secantik dan sepesolek itu, juga belum pernah melihat ada wanita, apalagi yang masih begitu muda, tertawa sebebas itu.
Ang-hwa Niocu kini memandang Liu Cin dan sambil tersenyum manis dan mata dimainkan sehingga tampak memikat, dan mengangkat kedua tangan didepan dada lalu membuat gerakan membungkuk dengan gemulai, ia berkata suaranya merdu merayu.
"Liu-enghiong, terima kasih, engkau telah menyelamatkan nyawaku. Aku tidak tahu dengan cara apa aku harus membalas budimu yang sebesar gunung ini"
Wajah Liu Cin berubah agak merah mendengar ucapan yang merayu ini. "Aih Nona, aku sama sekali tidak menyelamatkan nyawamu. Kulihat tadi bahwa eng'kau sama sekali tidak terancam bahaya, bahkan engkau yang mendesak orang itu. Aku hanya datang melerai."
"Ah, agaknya engkau tidak tahu, enghiong. Orang jahat seperti itu biasanya memiliki banyak kawan. Kalau engkau tidak segera datang membuat dia melarikan diri, tentu kawan-kawannya akan datang mengeroyokku. Engkau telah menyelamatkan aku dan aku berterima kasih sekali!"
"Sudahlah, Nona, tidak perlu terlalu dilebih-lebihkan perbuatanku yang tiada artinya itu. Nona telah mengetahui namaku, sebaliknya, kalau boleh aku mengetahui, siapakah namamu?"
"Namaku adalah Lai Cu Yin dan duta kangouw menyebutku Ang-hwa Niocu. Aku merasa berbahagia sekali dapat bertemu dan berkenalan denganmu, Liu-enghiong."
"Aku pun senang berkenalan denganmu, Nona Lai."
"Pertemuan antara kita yang terjadi secara kebetulan ini membuat kita menjadi sahabat, bukan? Bolehkah aku meng-ggapmu sebagai seorang sahabat baik?" "Tentu saja, Nona Lai! Aku merasa terhormat menjadi sahabatmu."
Ang-hwa Niocu tersenyum lebar, wajahnya yang cantik itu berseri gembira, selama dua tahun lebih ia menjadi liar dan suka memburu dan mempermainkan pria untuk memuaskan nafsu berahinya, belum pernah ia mendapatkan seorang pendekar. Biasanya, ia hanya dapat mempermainkan pemuda-pemuda lemah dengan menggunakan paksaan. Kini, bertemu dengan seorang pendekar seperti Liu Cin, ia ingin memperoleh pemuda gagah ini sebagai kekasihnya tanpa mengunakan paksaan, melainkan dengan sukarela. Ia merindukan belaian seorang laki laki yang jantan yang mencintanya, bukan yang melakukan karena takut atau terpaksa. Maka ia mencoba untuk menaklukkan Liu Cin dengan cumbu rayu.
"Aih, sungguh lucu dan tidak enak didengar kalau di antara sahabat baik mesti memanggil dengan sebutan sungkan seperti engkau menyebut Nona pada seolah- olah aku ini seorang yang asing bagimu."
Liu Cin tersenyum. "Lalu aku har menyebut bagaimana?" "Tidak perlu pakai nona-nonaan! berapakah usiamu sekarang?" "Dua puluh satu, hampir dua puluh dua tahun."
"Ah, kalau begitu mungkin aku lebih muda setahun atau kurang," kata Ang-hwa Niocu yang sesungguhnya sudah beri usia dua puluh lima tahun, akan tetapi tentu saja ia juga pantas berusia dua puluh satu tahun karena memang pandai menjaga dan merias diri sehingga tampak jauh lebih muda. "Maka, lebih baik dan lebih akrab kalau kusebut engkau Cin-Ko (Kakak Cin) dan engkau menyebut aku Yin-moi (Adik Yin). Bagaimana, setujukah engkau, Cin-ko?"
Liu Cin merasa girang sekali. Dia adalah seorang yatim piatu yang sejak kecil hidup sengsara. Ketika berusia sebelas tahun, baru dia terbebas dari belenggu kesengsaraan seorang anak miskin yang tertindas, yaitu ketika diambil murid oleh Ceng In Hosiang. Akan tetapi dari kehidupan seorang anak yang miskin dan papa, penuh penderitaan, dia memasuki kehidupan terpencil dan sepi, setiap hari selain melayani suhunya, juga dia harus berlatih silat dengan tekun dan keras. Boleh dibilang dia tidak pernah merasakan kehangatan hubungan persahabatan. Juga setelah dia turun gunung, dia menemukan banyak kejahatan dan belum sempat bertemu seorang yang baik kepadanya. Kini dia bertemu dengan seorang gadis yang selain cantik jelita dan lihai ilmu silatnya, juga yang demikian ramah, baik dan akrab sekali sikapnya.
'Tentu saja aku setuju, Yin-moi!" sebutan itu demikian ringan diIndahnya juga demikian mesra rasanya, membuatnya terharu karena ia tidak pernah memiliki saudara, apalagi saudara wanita dan belum pernah mempunyai seorang sahabat wanita.