Dua gumpal mega putih dengan mengeluarkan desis keras yang memekik telinga terus memberondong kearah Goan-hwat Taysu.
Dari sebelah barat meluncurlah mendatang dua sosok bayangan orang warna biru tua dengan seluruh tubuh diselubungi kabut biru terus meluncur memasuki gelanggang.
Seketika terjadi perang tanding yang serabutan belum lama berselang lantas terdengarlah jeritan kesakitan saling susul darah menyemprot berceceran kaki tangan atau batok kepala manusia beterbangan kemana-mana.
Giok-liong menggerung dengan murka kedua tangannya tiba-tiba membalik ditambah dengan landasan dua bagian tenaganya lagi terus dipukulkan kedepan pula.
"Blang . , ..byuuurr"
Kelihatan bayangan orang saling berjatuhan jungkir balik.
Giok-liong seketika merasa napasnya sesak darah bergejolak dalam rongga dadanya.
Badannya juga lantas mental balik dan meluncur dengan kencang dalam seribu kesibukannya ini cepat ia menarik napas panjang untuk mengendalikan darah yang hampir tak terbendung lagi.
Mendongak keudara ia bersuit lantang, kedua lengannya dipentang dan sedikit bergetar, laksana seekor burung garuda dari tengah udara ia jumpalitan terus menubruk turun menerjang kearah salah seorang berpakaian biru lainnya.
Tepat pada saat itu didalam kelenteng besarsana beruntun terdengar bentakan gusar dan jerit mengerikan yang saling bersahutan tanpa putus putus.
Giok-liong insaf bahwa keruntuhan total bagi pihak Go bi pay malam ini sudah pasti dan tak mungkin tertolong lagi.
Besar harapannya bahwa tokoh tertinggi dari pihak Go bi-pay yaitu Ngo hui-heng-cia berada di dalam biara, pasti keadaan tidak bakal terjadi sedemikian buruk ini, sayang sekali menurut gelagat apa yang dilihat sekarang, terang kalau Ngohui- heng cia tengah keluar kelana dan belum pulang kalau tidak mana mungkin dia mau berpeluk tangan melihat anak muridnya disembelih dan dibunuh begitu saja.
Melihat keadaan mengerikan para anak murid Go-bi-pay yang bergelimpangan ditanah itu.
Terbayang dalam mata Giok-liong akan kematian ibunya yang mengerikan itu, tanpa merasa menimbulkan gairah nafsu membunuh dalam benaknya, Dengan mendengus keras, luncuran tubuhnya berubah segulung bayangan putih secepat anak panah menyamber terus menerjang turun.
Kebetulan siorang berpakaian seragam biru itu tengah mendorongkan kedua tangannya memukul roboh seorang murid Go-bi-pay sampai jungkir balik setombak lebih dengan muntah darah, saking puas ia tengah terkekeh-kekeh riang dan bersiap lagi menubruk kearah seorang murid Go-bi pay lainnya, Mendadak didengarnya suara tawa dingin memecah udara masuk kedalam telinganya, Belum lagi ia sempat bersiap, sebuah kekuatan besar bagai gugur gunung tahu tahu sudah menindih tiba diatas kepalanya.
Agaknya murid istana beracun ini tidak mengira bahwa diatas Go bi-san ini ternyata ada seorang tokoh lihay yang masih hidup mempunyai lwekang tinggi.
Dalam kejutnya secara gerak reflek badannya melenting miring kesamping kiri, berbareng kedua tangan nya diayun serentak untuk memapak ke-atas.
Diluar perhitungannya Giok-liong sudah menjadi sengit dan timbul nafsu membunuhi menjengek dingin mendadak ia tarik kembali kedua tangannya, badannya bukan meluncur lurus lagi tetapi melengkung bundar melejit ke belakang orang itu, kelima jarinya berbareng menjentik bersama-sama! Angin keras mendesis memecah kesunyian.
Murid istana beracun itu sangat bernapsu menyongsongkan kedua angin pukulan tangannya, tapi tiba-tiba terasa bayangan putih berkelebat kearah samping belakang, diam diam ia mengeluh.
"celaka !"
Lekas-lekas membuang tubuhnya kesamping, Tapi sudah terlambat jerit kesakitan lantas keluar dari mulutnya.
Tampak dibawah lambung kanan kirinya berlubang terkena tutukan jari, darah mengalir deras seperti air leding.
Sementara itu dengan ringan sekali kaki kiri Giok liong menutul diatas tanah badannya lantas meluncur ke tempat lain.
Dalam anggapannya dengan tertutuk luka parah ditempat jalan darah penting, pasti murid istana beracun itu bakal mampus.
Diluar dugaannya, sekilas matanya melirik, dilihatnya orang seragam biru itu tengah merangkak bangun dari tanah, mulutnya agaknya seperti mengunyah sesuatu apa, Sekali berkelebat ia terus lari kencang menuju kearah hutan sana.
Tergerak hati Giok-liong, pikirnya."Mungkin mereka punya suatu obat mustajab yang dapat menolong jiwa orang dipinggir jurang kematian? Lebih baik kukuntit untuk melihat keadaan..."
Baru saja pikirannya ini terlintas tidak jauh di sebelahnya sana terdengar lolong kesakitan yang panjang, tempatnya adalah dimana tadi Go bi Ciang-bun jin tengah duduk bersila berobat diri.
Giok liong terkejut terpaksa ia batalkan niatnya semula, kakinya terus menjejak tanah tubuhnya meluncur seperti burung kepinis ditengah udara, selepas pandangannya, Terlihat keempat Hu hoat berkasa merah itu sudah pacing geletak di tanah, sedang Go bi Cian-bun-jin Hian Goan Taysu tengah berkutet dengan susah payah melawan keroyokan tiga orang berseragam biru, keadaan Hian Goan Taysu memang sangat berbahaya, terdesak dibawah angin dan terus mundur.
Dengan pandangan Giok-liong yang tajam lantas je.ag olehnya, bahwa Hian Goan Tavsu menggigit giginya kencang, agaknya tengah menahan sakit, sedang air mukanya juga sudah bersemu kebiru biruan, keruan semakin kejut hati Giokliong, batinnya.
"Celaka, agaknya racun dibadan Hian Goan Taysu sudah mulai bekerja."
"Blang."
Dengan kekerasan Hian Goan Taysu menangkis pukulan gabungan ketiga orang seragam biru, kakinya menjadi sempoyongan dan akhirnya ia terjerembab setombak jauhnya, begitu jatuh lantas tak dapat bangun lagi.
Giok-liong menghardik gusar, beruntun ia gerakan kedua tangannya melancarkan serangan dahsyat, seperti dewa elmaut saja layaknya, tubuhnya melayang turun dari tengah udara langsung menerjang kearah ketiga orang berseragam biru itu.
Ketiga orang seragam biru itu terkekeh-kekeh serak, mendadak mereka berputar bersama, enam tangan pukulan serentak dilancarkan menyongsong luncuran tubuh Giok-liong.
Dilain pihak masih ada lagi empat orang seragam biru lainnya melejit turun disamping tubuh Hian Goan Taysu bersama berjongkok terus menjinjing tubuhnya dibawa lari pergi dengan cepat sekali.
Betapapun gugup dan gelisah hati Giok-liong, namun apa yang dapat dibuatnya.
Terpaksa ia kerahkan seluruh kekuatannya terus memukul kebawah, saking bernafsu kelihatan tubuh rada bergetar dan terus ceEerjar ke arah musuh.
"Dar ..."
Ledakan dahsyat menimbulkan bayangan kepalan tangan yang serabutan.
Dua sosok bayangan biru tua meluncur tiba pula diarena pertempuran, sesaat itu keadaan menjadi bertambah seram, seluruh gelanggang mulai dilingkupi kabut biru yang tebal terang Giok-liong sudah terkepung rapat di dalam bayangan kepalan dan kabut beracun.
Pikiran Giok liong hanya menguatirkan keadaan Hian Goan Taysu, maka gerik tangannya tidak mengenal ampun lagi, mega putih berkembang cepat dan bergulung-gulung, setiap kali ia menambah tenaga pukulannya terus meluas berlapislapis tiada putusnya.
Sedang Giok liong sendiri sekarang berubah menjadi segulung bayangan putih yang samar-samar hampir tidak terpandang oleh mata telanjang, dengan gerak kecepatan seperti setan gentayangan, ia bergerak melincah dan menarinari diantara samberan berlapis bayangan pukulan Iawan, meskipun kabut berbisa sudah mengepung disekitar garis luar gelanggang, tapi masih terus diterjangnya keluar.
Namun agakaya para musuh juga sudah menduga akan maksud tindakan Giok-liong ini, maka mereka menjadi semakin bernafsu nerintangi dengan segala daya upaya, sedemikian ganas dan keras pukulan mereka di tambah beracun lagi, sampai semburan anginnya juga berbau amis memuakkan.
Kalau Giok-liong bertindak lambat sedikit saja pasti tempat-tempat penting diseluruh tubuhnya serentak bakal berlubang dan melayanglah jiwanya.
Sampai pada detik yang menentukan ini Giok-liong menjadi semakin gelisah, hatinya membara seperti dibakar, tiba-tiba ia rontakan kedua tangannya sambil menggembor keras, seutas uap putih dan selarik sinar kuning lantas meluncur menembus udara sekitarnya.
Ternyata Potlot mas bersama seruling samber nyawa sudah dikerjakan keluar.
Seketika di udara berkumandang lima jalur macam irama seruling yang menusuk telinga, Pelangi putih itu bergerak begitu lincah seperti naga terbang tengah menari dengan iringan mega putih yang bergulung-gulung terus disapukan keluar, Ternyata Jan hun su-sek sudah dilancarkan sampai puncaknya.
Kontan terdengar dua jeritan orang, empat bayangan biru lainnya segera melenting tinggi membawa aliran darah yang deras terus meluncur dengan kecepatan seperti burung terbang menyelinap hilang didalam hutan.
Tatkala mana tubuh Giok-lioag masih melayang ditengah udara, waktu ia mendaratkan kakinya di tanah keadaan sekelilingnya sudah sunyi senyap, Selayang pandangannya menjelajah, mayat manusia bertumpuk bergelimpangan darah mengalir panjang menggenangi seluruh tanah lapang, semua mayat yang bergelimpangan itu adalah para anak murid Go-bipay melulu.
Begitu banyak mayat manusia ini satu pun tiada mayat murid istana beracun.
Keruan hawa amarah yang tidak terkendali lagi lantas membakar dadanya, Menjejakkan kaki ia terus berlari mengejar kemana para murid istana beracun tadi menghilang.
Keadaan puncak Go-bi-san kembali diliputi kesunyian, pihak musuh mundur secara begitu cepat, begitu cepat sampai diluar prasangka.
Sambil berlari kencang itu Giok-liong menyimpan kembali Potlot mas dan seruling samber nyawa, tanpa gentar dan banyak kwatir lagi ia terus menerjang masuk kedalam hutan, dengan cermat dan teliti ia cari jejak para anak murid istana beracun itu.
Tapi suasana dalam hutan begitu hening, mana ada jejak manusia ?"
Perasaan Giok-Iiong menjadi hampa dan tertekan.
Sungguh tak terkira olehnya tokoh - tokoh istana beracun begitu berani muncul lagi dikalangan Kangouw, malah berkepandaian begitu tinggi, kalau tidak menyaksikan sendiri siapa bakal mau percaya.