Seruling Samber Nyawa Chapter 53

Cepat cepat Giok-Iiong merangkap tangan serta menyahut hormat.

"Benar !"

Air muka si Hwesio tua ini berkelebat rasa heran dan kejut, agaknya ia rada tidak percaya maka, ditandaskan lagi sebuah pertanyaan.

"Jadi Si-cu adalah Kim pit jan-hun Ma Giok-liong ?"

Kata Giok-liong.

"Aku yang rendah memang Ma Giok-Jiong, Tentang julukan Kim pit-jan-hun itu, mungkin adalah para sahabat Kangouw yang sembarangan saja yang mengangkatnya,"

Tiba tiba Goan-hwat Taysn maju selangkah serta membentak.

"Benar kurcaci rendah ini, kenapa kalian ..."

Segera Hian Goan Taysu mengulapkan tangan mencegah kata-kata Goan-hwat selanjutnya, lalu manggut manggut kepada ke empat Hwesio tua berkasa merah itu. Hwesio tua berkasa merah itu menatap pula kearah Giok- Hong serta serunya lantang.

"LoIap berempat Hwat Khong, Hwat Bing, Hwat Hui dan Hwat Hay berkedudukan sebagai pelindung Go-bi-pay, ada satu peristiwa yang belum jelas bagi kita mohon sicu suka memberi keterangan."

Giok-liong tersenyum tawar, katanya.

"Ada soal apakah yang perlu kujelaskan cobalah katakan, menurut apa yang aku tahu akan kujelaskan."

Orang yang tampil bicara tadi bukan laju adalah tertua dari keempat Huhoat Go-bi pay yang bernama Hwat Khong, Air mukanya membesi serius, alisnya dikerutkan dalam, suaranya rendah berat.

"Malam-malam Siau-si-cu menerjang keatas gunung Go-bi mencuri buah ajaib kita, membunuh harimau sakti penunggu gunung malah berani melukai Tianglo kami..."

Pada saat itulah terlihat sesosok bayangan meluncur datang terus menubruk ketengah lapangan langsung menghadap kedepan Hian Hoan Taysu terus berlutut serta katanya sambil sesenggukan.

"Tecu beramai sungguh tidak becus, sebagian besar dari para suhengte telah gugur atau terluka berat ditangan musuh, harap Ciang-bun-jin suka memberi keadilan."

Hian Goan Taysu mendehem sekali lalu tanyanya.

"Berapa banyak yang menjadi korban ?"

"Ada empat belas Suheng-te telah menjadi korban keganasannya, enam orang lagi terluka berat, Hanya tecu dan capwe Sute tidak terluka sama sekali ..."

"Baik, kau mundur ...

"

Goao-hwat Taysu menggereng rendah, serta maju seiangkah, katanya.

"Ciang-bun..."

Air muka Hian Goan Taysu membeku dingin, Kepalanya manggut kepada Hwat Khong yang kebetulan tengah berpaling ke arahnya. Hwat Khong sendiri juga telah berubah cemberut membesi kaku, sepatah demi sepatah ia lanjutkan kata-katanya.

"Membunuh pula empat belas murid-murid serta melukai enam orang."

Sampai disini ia merandek menelan liur, mendadak ia berkata lagi lebih keras dengan nada lantang.

"Kalau Siau-si-cu tidak memberikan keadiian, seumpama pihak Go-toi-pay kita tidak meringkus dan menghukum kau, seluruh orang gagah di dunia ini pasti bakal mentertawakan Go bi-pay kita sebagai gentong nasi melulu !"

Giok-liong membelalakkan kedua matanya dengan tajam berkilat ia menyapu pandang ke seluruh gelanggang, lalu sedikit saja ke arah Hwat Khong taysu, berseri tawa, ujarnya.

"Harap Ciang-bun jin kalian suka tampil kedepan untuk bicara."

Berubah air muka Hwat Khong, desisnya berat.

"Benar takabur !"

Telapak tangan yang tersembunyi didalam lengan bajunya yang gedobrahan besar itu mendadak mengebas dan menekan kebawah lambung Giok liong. Seketika segulung arus deras bagai damparan ombak menerpa dengan dahsyatnya. Giok liong bergelak tawa, serunya.

"Ternyata Go bi-pay kalian memang banyak cecongor yang pandai membokong,"

Belum lenyap suaranya, tangan kanan Iantas dibalikkan seolah-olah sengaja atau tidak di kebalikan keluar, seperti mengebutkan debu kotoran yang melekat dilengan bajunya saja layaknya.

"Blang...."

Suara pecah bagai ledakan guntur menggelegar ditengah gelanggang.

Ke-dua belah pihak berjarak setombak lebih, maka timbullah dua angin lesus seperti cagak kayu yang didirikan ditengah lapangan bertahan keras itu terus membumbung tinggi dan melayang keempat penjuru.

Terdengar Hwat Khong menggereng keras seperti hendak muntah beruntun ia tersurut empat tindak baru bisa berdiri tegak lagi, air mukanya berubah hebat, sebelum ia dapat pernahkan diri untuk menerjang maju lagi, Hwat Bing, Hwat Hi dan Hwat Hay disampingnya serentak telah mengirim sebuah pukulan sambil melangkah maju setindak.

Meskipun pukulan dilancarkan dari kejauhan namun tiga jalur aium pukulan ini bertemu dan bergabung ditengah jalan terus bergulung maju mengeluarkan bunyi guntur menggeledek menerjang kearah Giok-liong..Dengan gagah dan congkaknya Giok-liong berdiri tegak diujung mulutnya menyungging senyum ejek, dengusnya mengejek.

"Aku tak percaya tidak dapat minta ciangbunjin kalian tampil kedepan."

Setelah berkata, ia menarik napas, meminjam gaya kebasan, lengan tangan kanan tadi sekali lagi ia membalik sambil mendorong dengan rada jongkok.

"Byaaaarrrr"

Seperti gunung meledak dan batu batu hancur lebut beterbangan membumbung tinggi ketengah udara.

Ditengah gelanggang kini terlihat tiga lubang besar sedalam beberapa kaki, Bayangan orang juga berkelebat sungsang sumbel di iringi pekik kesakitan.

Kontan tiga Hu-hoat jubah merah lainnya juga tersurut mundur dua langkah.

Sebaliknya Giok liong hanya menggeliat sedikit, tapi tubuhnya masih tetap tegak berdiri sedikitpun kakinya tidak tergeser, suasana mulai diliputi ketegangan yang mencekam hati dengan nafsu membunuh telah membakar hati.

Air muka Ciang-bun-jin Go bi-pay Hian-Goan Taysu membeku dingin dan kaku, kedua matanya membelalak besar dengan sorot tajam berkilat, tiba-tiba badannya melejit ketengah udara tanpa kelihatan menggerakkan kaki atau pundakpun ia bergerak, kelihatan lambat tapi kenyataan sangat sebat dalam sekejap saja tahu tahu dia sudah berdiri di depan keempat Hu-hoat berkasa merah itu, Terdengar ia membuka suara.

"Para Hu hoat diharap mundur kesamping untuk istirahat."

Sebetulnya Hwat Khong berempat sudah bersiap hendak menerjang maju lagi, serta mendengar seruan Hian Goan Taysu, Mereka insyaf bahwa ketua mereka telah memberi sedikit muka kepada mereka.

Tanpa berani ajal lagi beruntung mereka mengundurkan diri sambil mengiakan.

Sementara itu, Goan-hwat Taysa dan seorang Hwesio tua lainnya juga telah ikut mendesak maju.

Dengan wajah membesi penuh kelicikan berkatalah Goanhwat Taysu dingin.

"Lapor Ciang bun-jin, bocah keparat ini telan mencuri buah ajaib yang telah lolap temukan sehingga membunuh binatang sakti menunggu gunung piaraan kita malah melukai dan membunuh para anak murid kita lagi. Betapa besar dosanya ini sudah terang tak terampunkan lagi, Tapi bocah ini telah menelan sari buah ajaib itu, Lwekangnya maju berlipat ganda lihay bukan main. Harap Ciang-bun-jin hati-hati dan waspada menghadapinya supaya tidak mendapat cidera."

Ciang bun jin Go-bi-pay Hian Goan Tay-su hanya mendengus dingin saja, katanya.

"Sudah tahu, harap Susiok mundur biar ku-hadapi."

Walaupun Goan Hvvat Taysu sebagai Susioknya, tapi dihadapan Ciang-bun-jm dia tidak berani bersikap keras kepala, setelah membungkuk serta mengiakan segera ia mengundurkan diri, tapi masih menjubluk berkata.

"Dosa keparat ini setinggi langit, haki-katnya dia tidak pandang Go bi-pay sebelah matanya saja...."

Saat mana Hian Goan Taysu dengan sorot pandangan dingin mengamat-amati Giok-liong, tanyanya.

"Siau-sicu ada permusuhan atau sakit hati apakah dengan pihak Go bi-pay kita, setelah membunuh harimau penunggu gunung, melukai beberapa murid dan mencuri buah ajaib lagi, sekarang masih belum puas menerjang kemari membuat keributan." (BERSAMBUNG

Giok-liong tersenyum ewa, katanya memberi penjelasan.

"Aku yang rendah secara kebetulan lewat digunung kalian tanpa masuk biara menyulut dupa bersembahyang, hal ini memang kekuranganku, Tapi tentang membunuh harimau, melukai orang dan mencuri buah ajaib adalah persoalan lain, Demi wibawa dan ketenaran nama Go-bi-pay selama ratusan tahun yang telah dijunjung tinggi itu, biarlah secara kenyataan dengan bukti-bukti yang ada kujelaskan seperlunya harap Ciang-bun-jin suka bersabar."

Baru saja ucapan Giok-liong selesai, Goan-hwat Taysu sudah melesat maju sambil terkekeh-kekeh dingin, ejeknya.

"Kunyuk yang sombong, wibawa dan ketenaran nama baik Gobi- pay selama ratusan tahun ini mana boleh dirusak oleh bocah berbau bawang macam kau Hm !"

Lalu ia menghadap kearah Hian Goan Taysu serta memohon.

"Tecu, mohon perintah untuk meringkus bocah keparat ini."

Hian Goan Taysu Ciang-bun-jin Go-bi-pay sekarang bukan saja berkepandaian silat maha tinggi, otaknyapun encer dan cerdik, Melihat sikap terjang Susioknya yang kasar dan berangasan ini tergeraklah hatinya, katanya dengan rasa tak senang.

"Harap susiok suka berlaku sabar ..."

Tapi Goan-bwat Taysu sendiri juga bukan orang goblok, dia seorang yang licik dan cermat dalam segala tindakan, Tanpa menanti Hian Goan Taysu berkata habis dengan kecepatan kilat tiba-tiba tubuhnya menubruk maju sambil mengayun tangan kanan dengan jurus Koan-im-jatt-hud (Kenn ini menghadap Badha) serentak timbullah bayangan pukulan beratus kepalan yang membawa deru angin yang dilancarkan Goan-hwat Taysu ini sehingga kata kata selanjutnya dari ucapan Hian Goan Taysu tertelan hilang.

Sebetulnya memang Giok-liong sudah merasa sebal dan murka melihat tingkah tengik pendeta serakah ini.

batinnya.

"Hm, kalau bukan karena memikirkan jaya dan rumahnya Go bi-pay kalian,mana aku sudi datang kemari...."

Belum habis pikirannya melintas Goan-hwat Taysu sudah menubruk datang disertai serangan dahsyat bagai gugur gunung. Baru saja Giok-liong mendengus jengkel dan belum sempat turun tangan.

"Tahan!"

Posting Komentar