Seruling Samber Nyawa Chapter 51

"kau sudah menelan sari buah ajaib ini ?"

Giok-liong mandah menyeringai ejek, bukan menjawab malah bertanya.

"Go bi-tiang-lo, ternyata adalah siluman jahat kaum persilatan. Kabut laba-laba berbisa macam pelajaranmu tadi dari mana kau pelajari ?"

Mendadak Goan-hwat Taysu terloroh-loroh kering mengkirikkan kuduk dan bulu roma, serunya bersenandung.

"Seluas alam semesta, hanya akulah yang teragung Ibun-Hud co (kakek moyang ibun) bertsbi aku panjang umur !"

Baru saja lenyap suaranya, tiba-tiba badannya bergeser berputar cepat sekali entah dengan cara apa tahu-tahu tubuhnya sudah melejit tiba disamping Giok-liong, Dimana sinar biru menyala, tahu-tahu kelima jari tangannya bagai cakar garuda sudah menjojoh datang dibawah ketiak kanan Giok-liong.

Betapa besar nyali dan keberanian Giok-liong, menghadapi ilmu jahat dari kalangan sesat yang lihay dan ampuh ini hatinya rada keder dan gentar juga.

Maka sejak tadi Ji-lo masih terkerahkan terus berputar melindungi seluruh badannya, Begitu melihat cahaya biru berkelebat, potlot mas ditangan kanan lantas bergerak menacup kedepan, samarsamar kabut putih menguap keluar berputar putar mengitari badannya.

Tangkas sekali Goan-bwat Taysu menarik balik tangannya, gerak tubuhnya seenteng kupu kupu menari-nari berkelebat cepat laksana kilat diiringi gelak tawanya yang keras kering menusuk telinga.

Begitu cepat gerak tubuhnya itu sehingga terbentuklah puluhan bayangan manusia berwarna biru, semua sedang berlenggang mengitari Giok-liong dengan langkah gesit dan teratur.

Giok-1iong mendongak sambil berpekik panjang dan keras sekali sampai menembus langit, Potlot masnya mulai bergerak berputar dan menari cepat memancarkan sinar kuning yang memanjang seperti seutas rantai mas yang mengitari seluruh tubuhnya, awan putih mulai berkembang bergulung-gulung, Mulailah ia lancarkan ilmu Jan-hun-su-sek.

Sejak menelan sari buah ajaib, Lwekang Giok-liong mendadak bertambah dalam dan tinggi berlipat gaada, Maka begitu ia lancarkan jurus-jurus tipu silat Jan hun-su-sek perbawanya sudah tentu lain dari biasanya.

Tampak mega putih berputar semakin cepat menderu-deru berdesir diseling pancaran cahaya putih perak yang keluar dari badannya menerangi sekitar badannya, Terutama sesosok bayangan putih yang selulup timbul kadang-kadang jelas dilain saat samar-samar, bergerak seperti lambat namun hakikatnya berkelebat laksana kilat, begitulah sosok bayangan putih ini terbungkus rapi dan ketat oleh seutas sinar kuning yang memanjang selincah kera menari tengah berputar dan bergerak dengan tenang.

Adalah diluar lingkungan badannya ini kabut biru masih tetap bergulung-gulung dengan tebalnya, Gelak tawa Hks,tna jeritan setan masih terdengar menusuk telinga.

Goan-hwat Taysu yang berwajah biru berkilau tengah bergerak dan berputar secepat angin, gerak tubuhnya seakan-akan setan gentayangan, dimana setiap kali lengannya bergerak lantas menimbulkan berbagai bayangan cakar setan warna biru selalu mengancam badan Giok-liong tempat yang diarah terutama adalah jalan darah yang mematikan diatas badannya.

Beginilah tanpa mengenal waktu kedua belah pihak bertempur mempertahankan hidup, begitu saling sentuh lantas terpental berpencar, Ditengah udara saban-saban terdengar benturan keras laksana guntur menggelegar sampai menggetarkan bumi pegunungan, batu-batu besar kecil sampai bergelundungan dari atas tebing.

Sekarang kelebat tubuh mereka yang bertempur ditengah gelanggang semakin cepat, sekitar gelanggang kini sudah diliputi kabut biru yang mengembang tebal bayangan manusia bergerak laksana belut diantara hawa beracun yang mulai mengembang luas setiap saat diancam oleh cengkeraman cakar setan.

Seumpama ombak badai samudera raya yang mengamuk berderai berlapis-lapis tak mengenal putus, dari delapan penjuru angin serempak menuju ke arah Giok-liong.

Meskipun setiap saat jiwanya terancam cakar setan dan hawa beracun disertai serangan-lain yang ganas lagi, tapi Giok-liong tetap berlaku tenang dan angker, sekali bergerak memberikan perlawanan yang gagah berani laksana seekor naga tangguh berlincah menari ditengah udara balas menyerang dengan tidak salah dahsyatnya.

Sang waktu berjalan terus tanpa menamti.

Seiring dengan lewatnya sang waktu situasi pertempuran ditengah gelanggang juga ikut berubah setelah mengalami saling serang menyerang secara keras tawan keras ini, akhirnya didapati oleh Giok-liong bahwa memang perbawa dari Lan-cu tok-yam itu hakikatnya sangat menakutkan.

Namun mengandal bekal Lwekang yang melandasi setiap jurus serangan sendiri ini, untuk menghadapi ilmu Goan hwat Taysu yang masih setengah matang, paling banter baru mencapai empat lima bagian latihannya, kiranya cukup berlebihan untuk mengatasi.

Lambat laun rasa gentar yang tadi menghantui sanubarinya lantas sirna dari membela diri kini balas menyerang dengan tidak kalah garang dan lihaynya, pancaran sinar kuning semakin menyala dan berkembang luas, ditengah kabut yang bergulung bayangan kuning dari ujung potlot mas berkilauan memanjang laksana seutas rantai.

Terlebih hebat lagi adalah gerakan sebuah tangan yang lincah menari membawa deburan gelombang angin yang menderu laksana hujan badai.

Sumber tenaga terus mengalir bergelombang tak mengenal putus seperti gelombang samudera, sedemikian kuat dan ampah sekali tenaga yang dikerahkan ini sehingga sampai gebrak terakhir ini Giok-liong mengambil inisiatif penyerangan, berbalik sekarang Goan-hwat Taysu dengan cakarnya yang ganas dari kabutnya yang berbisa terkepung dan terkekang didalam kekuatan yang dilancarkan Giok-liong malah.

Arena kabut biru yang tadi meluas lebar kini semakin kuncup mengecil akhirnya hanya dapat melindungi sekitar tubuhnya sekitar tiga kaki lebarnya, Suara gaduh dari benturan yang gemuruh terdengar berulang-ulang kali.

Setiap akhir dari benturan itu, kelihatan Goan-hwat Taysu pasti berjengkit dan terpental berloncatan tapi waktu jatuh mendarat lagi masih tetap terkekang didalam mega putih yang mengurungnya.

Lama kelamaan Goan-hwat Taysu menjadi gentar dan takut, keputus asaan mulai melingkupi sanubarinya, Terasa olehnya malaikat kematian sudah membentang lebar kedua lengannya siap menyambut kedatangannya diakhirat.

Baru sekarang terasakan betapa sengsara dan menyedihkan hidup sebatangkara tanpa bantuan seorang yang terdekat, seumpama dirinya sudah merupakan manusia buangan dari masyarakat ramai.

Laksana sebuah sampah yang terombang-ambing di tengah samudera tanpa mengenal arah tujuan tertentu tinggal menunggu waktu tertelan oleh gelom bang ombak yang mengamuk.

Bau kematian mulai bersemi menindih benaknya.

Pedih dan rawan, sungguh tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya bakal mengalami hari-hari naas seperti ini.

Tapi dia masih berusaha hidup sekuatnya melancarkan sisa-sisa tenaganya.

Cahaya biru kelihatan menyala lantas padam, suara ledakan bagai guntur menggelegar disertai pekik panjang yang melengking tinggi, tampak sesosok bayangan biru membawa hujan darah terus meluncur tinggi menghilang di kejauhan sana.

Sesosok bayangan lain berwarna putih sebaliknya melejit tinggi ketengah udara dua puluhan tombak, ringan sekali kakinya menutul diatas sebuah batu diatas lereng bukit terus jumpalitan naik lagi lalu mendarat diatas ngarai.

Dibawah jurang sana kabut debu masih mengepul tinggi, lambat laun pulih kembali seperti sedia kala.

Tatkala mana sang putri malam kebetulan sudah mulai memancarkan sinarnya yang terang redup berwarna perak halus menerangi kebawah jurang sana.

jelas kelihatan bangkai kedua ekor harimau menggeletak tak berkutik lagi, sebaliknya bangkai ular aneh tiu tersembunyi ditempat gelap yang tidak sampai diterangi sinar bulan purnama ini.

Giok liong berdiri tegak dan berdiam diri, betapa rasa hati ini sulit dilukiskan dengan kata-kata, sungguh tidak nyana olehnya karena mengalami bahaya malah dirinya mendapat rejeki, Malah sekaligus dapat melancarkan kasiat dan kegunaan rejeki yang ampuh itu.

sekarang Lwekang dalam tubuhnya swdab bertambah berlipat ganda.

Namun demikian masih ada suatu persoalan yang selalu mengganjal hatinya, yaitu mungkinkah pimpinan istana beracun Ibun Hwat telah bangkit kembali dari liang kuburnya ? Kalau tidak bagaimana mungkin Lan cu-tok-yam (kabut beracun laba laba biru) bisa muncul pula di kalangan Kangouw? KaIau dugaan ini menjadi kenyataan, ini benarbenar sangat menakutkan.

Lan-cu-tok-yam merupakan ilmu sesat yang diajarkan bukan dari jalan benar, boleh dikata malah semacam ilmu sihir yang jahat dan beracun.

Betapa besar perbawa dan keampuhan ilmu ini, boleh dibuktikan dari apa yang telah dipertunjukkan oleh Goan hwat Taysu tadi, padahal ia hanya berlatih sampai tingkatan empat lima bagian saja.

Hutan kematian tengah menghimpun kekuatan yang terpendam, merupakan bibit bencana atau bisul diantara kaum persilatan.

Kini telah muncul lagi kaum istana beracun.

Ditambah Hiat ing-bun, serta para gembong-gembong iblis jahat yang sebelum ini banyak mengasingkan diri diatas pegunungan kini mulai mengunjukkan diri dan muncul di muka umum.

Dunia persilatan bakal timbul gelombang kejaran yang penuh membawa derita sena bencana bagi kaum persilatan, Entahlah keributan apa lagi yang bakal terjadi.

Tengah ia termenung-menung, dari kejauhan sana didengarnya suara lambatan baju yang tertiup angin, Dari suara lambaian angin dapatlah diperkirakan para pendatang ini kurang lebih berjumlah dua puluh orang.

Malah setiap orangnya adalah tokoh-tokoh kosen yang berkepandaian tinggi termasuk tokoh kelas satu di dunia persilatan.

Jarak mereka kira-kira masih kurang lebih tujuh delapan li, sebetulnya Giok liong berniat tinggal pergi begitu saja, serta dipikir lebih lanjut, mungkin tempat ini tidak jauh letaknya dengan puncak Go bi-san, maka Goan-bwat Taysu bisa membawa kedua ekor harimau penunggu gunung itu ke tempat ini.

Apalagi sebelum merat tadi Goan-hwat Taysu pernah bersuit melengking minta bala bantuan, Mungkin para pendatang ini adalah kelompok dari kaum Go-bi-pay.

Kalau benar para pendatang ini adalah anak murid dari Gobi- pay, dirinya harus memberi penjelasan cara bagaimana sampai terjadi pertempuran disini, dirinya telah kelepasan tangan membunuh binatang piaraan penunggu gunung mereka.

Malah yang lebih tepat dia harus memberitahukan kepada Ciang-bun-jin mereka bahwa Goan-hwat Taysu adalah salah seorang kamprat dari istana beracun.

Karena adanya pikiran terakhir ini ia batalkan niatnya untuk pergi, dengan tenang dan bebas seakan tidak terjadi apa-apa.

ia masukkan potlot mas kedalam buntalannya, dengan menggendong tangan ia mendongak memandang rembulan yang memancarkan sinar purnama.

Tidak lama ia menunggu, menyusun pinggir ngarai sana berlari-lari serombongan Hwesio hwesio gundul, jumlahnya memang kurang lebih dua puluhan orang.

Giok-liong tersenyum sendiri, batinnya.

"Kasiat buah ajaib itu ternyata memang luar biasa. Dari jarak tujuh delapan li jauhnya tokoh-tokoh silat ini berlari, kiranya dengan jelas telah dapat kudengar malah dapai menghitung jumlahnya lagi."

Posting Komentar