Seruling Samber Nyawa Chapter 50

Tersentak kesadaran Giok-liong, tiba-tiba selintas pikiran berkelebat dalam benaknya.

"inilah Lancu tok yam ilmu jahat berbisa pelajaran Ibun Hwat, pemimpin istana beracun pada empat ratus tahun yang lalu. Tapi jelas bahwa latihannya masih belum matang, Begitulah otaknya bekerja, sebaliknya mulutnya tertawa gelak-gelak, ujarnya.

"Mengandal latihanmu Lan cu-tok-yam yang masih cetek ini, berani kau unjuk kegarangan dan pamer dihadapan seorang ahli, Sungguh takabur dan memalukan!"

Agaknya Goan hwat Taysu sangat terkejut akan ucapan Giok-liong ini.

Tapi badannya sudah mulai amblas menurun terus meluncur tiba dengan seluruh badan terselubung kabut biru, sepasang tangannya berubah seperti cakar burung garuda, telapak tangannya masing-masing memancarkan cahaya terang kebiruan yang bergemerlapan.

Disaat badannya menungkrup turun, sepuluh tombak sekelilingnya menjadi dilingkupi oleh cahaya biru yang terang cemerlang oleh kabut yang semakin tebal.

Giok-liong berdiri tegak sambil menahan napas menanti setiap perubahan Potlot mas-nya masih teracung keatas, Ji lo terus dikerahkan berputar melindungi badan.

Gelombang suara tawa Goan-hwat Taysu semakin berkumandang keras dan menusuk telinga tak enak didengar seolah-olah gelak tawanya ini bukan keluar dari mulut manusia.

Kabut biru yang cemerlang itu semakin tebal, seluruh badan Giok -liong menjadi ikut tersorot menjadi biru terkena sinar reflek dari cahaya kabut biru yang bersinar itu bahwa Lan cu-tok-yam ini sangat berbisa, meskipun bagaimana cara permainan ilmu ini belum jelas.Tapi pernah didengarnya dari cerita gurunya tentang ilmu jahat ini.

Katanya jurus permainannya sangat aneh dan ganas tidak mengenal perikemanusiaan, setiap jurus merupakan serangan mematikan bagi lawan, apalagi banyak perubahan dan sulit diraba mengarah kemana sasaran yang dituju sebetulnya, sehingga sukar dibendung atau bersiaga sebelumnya.

Maka dalam saat ia sendiri menghadapi bahaya seperti yang pernah didengar dari cerita gurunya itu, sedikitpun Giok - liong tidak berani berayal, hawa dan tenaga murninya dikerahkan serta mendorong keluar di luar badan sampai melebar semakin luas kira tiga kaki sekitar tubuhnya terkekang dan diselubungi seluruh kekuatan ilmu Ji-lonya itu.

Jarak musuh sudah semakin dekat dari delapan sampai tujuh dan semakin dekat lagi menjadi enam kaki...

."

Sekonyong-konyong Giok-liong merasakan adanya perubahan diatas badannya, ternyata tiba-tiba pusarnya telah sedikit tergetar dan mendingin, keruan kejutnya bukan kepalang, Pada saat itulah sesuatu telaga maha dahsyat laksana gugur gunung telah menindih diatas kepala Giok liong.

"PIup !"

Terdengar ledakan ringan, waktu kabut biru kebentur oleh hawa murni diluar tubuh Giok-liong, seketika hawa udara di sekitar gelanggang menjadi berubah keras.

Giok-liong terdengar mendehem keras, potlot mas yang teracung keatas mendadak memancarkan sinar kemilau terus mencang-keatas.

Sesaat lama kedua belah pihak saling bertahan tanpa bergerak.

Tenaga tindihan atau gencetan terasa semakin besar dari berbagai arah terus terpusat ke seluruh badannya.

Giok-liong harus memusatkan pikiran dan mengerahkan tenaga, cahaya bersinar terang yang terpancar di ujung potlot masnya kelihatan mencorong keempat penjuru terus melebar luas.

Lambat laun keringat mulai membanjir diatas jidatnya.

Pancaran cahaya sinar potlot mas yang cemerlang juga semakin mengecil dan redup, Terkilas suatu pikiran dalam benaknya.

"sedemikian kokoh dan kuat nya Lwekang Goanhwat Taysu, mengapa tadi bisa terkalahkan oleh ular aneh berjambul ayam jago ? Apakah ia tengah berlatih semacam ilmu berbisa ?"

Sedikit pikiran ini terlintas, sorot pancaran sinar kekuningan dari kekuatan senjatanya semakin suram lagi, Keringat semakin banyak mengalir sehingga berketes-ketes membasahi seluruh badan seperti kehujanan layaknya.

Giok-liong merasa tenaga tindih dan gencetan dari luar semakin berat, boleh dikata sudah mencapai titik yang tidak kuat dibendung atau ditahan lagi, Hawa murni dalam tubuhnya juga terasa sudah terkuras habis, selayang pandang matanya hanya kabut biru melulu yang melingkupi sekitar badannya.

Sungguh ngeri dan menakutkan Jelas sekali dia mendengar kumandang gelak tawa yang menggiriskan semakin keras terkiang kiang dipinggir kupingnya, kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling, pandangan mulai berkunang-kunang, kaki tangannya juga mulai lemas dan linu gatal tak tertahan lagi.

Perasaan putus harapan lantas menggelitik dalam hati kecilnya.

"Masa aku harus mati secara demikian ini ! Apakah aku lantas demikian ..."

"Ya, dia tahu sekali kabut biru berbisa itu menyentuh tubuhnya, kesadarannya bakal kabur dan terkekang lalu menjadi domba selama hidup ini. Kalau tiada obat pemunahnya yang khusus untuk mengobati dalam tujuh kali tujuh empat puluh sembilan jam orang yang terkena kabut berbisa itu bakal mati dengan seluruh badan menjadi segenang cairan air darah. Begitulah dalam keadaan pikiran tidak tenang dan hawa murni sulit dikerahkan lagi ini. Mendadak terbayang akan adegan dikala ibunya mengalami bencana terlintas dalam otaknya. Lantas pemikiran lain lantas terkilas dalam benaknya secepat kilat.

"Aku tidak boleh mati, masih banyak tugas yang harus kulakukan! Terutama tugas berat yang akan jaya dan runtuhnya penghidupan kaum persilatan di seluruh jagat ini, Dan lagi dengan adanya Lan Cu-tok yam yang kenyataan mulai bersemi pula dikalangan Kangouw ini, bukan mustahil ini merupakan benih kehidupan dari istana beracun, maka ..."

Semakin dipikir terasa betapa besar dan berat tugas yang dipikulnya ini, serentak mulutnya lantas menghardik keras.

"Yaaaa!"

Kedua lengan tangannya mendadak berontak sekuat tenaga, dimana tenaga murninya terkerahkan terus didorong keatas.

Kabut biru rada terdesak keatas, Tapi Goan hwat Taysu masih terus berusaha menekan kebawah, sekonyong-konyong terasa segulung hawa dingin hangat bersemi didalam pusarnya terus menjalar naik langsung menyusup dan menerjang kesuluruh urat nadi dan sendi-sendi seluruh tubuhnya.

Seketika pikiran Giok-liong menjadi terang, keruan girang bukan main hatinya.

batinnya.

"Ya, mungkin karena hawa murni dalam tubuhku sendiri sudah terkuras habis, sekarang kasiat buah ajaib itu telah menunjukkan kegunaannya."

Sungguh tidak disadari olehnya secara serampangan saja pengalaman yang penuh bahaya didasar jurang ini malah merupakan cara yang tepat penggunaannya obat buah ajaib itu.

Saat mana cairan perak atau sari mujarab dari buah ajaib itu, karena tenaga dari dalam tubuhnya sendiri sudah terkuras habis, digencet lagi dari tenaga luar, lantas terbaur menjadi satu dan terkombinasi dengan hawa murni dalam tubuhnya, sekarang sudah mulai menunjukkan keampuhannya yang luar biasa.

Begitulah sewaktu hawa dingin itu meresap keseluruh urat nadi dan sendi-sendi di kaki tangannya, Giok-liong lantas merasa tenaganya banyak bertambah kokoh, pancaran sinar kuning diujung potlot masnya juga mencorong semakin terang, seluruh badannya tiba-tiba menjadi cemerlang mengeluarkan cahaya terang putih perak yang samar-samar.

Saking kegirangan Giok-liong mendongak sambil berpekik lantang serentak kedua lengan tangannya meronta sekuatnya.

"Blang"

Benturan keras seperti ledakan petir terdengar dengan dahsyatnya menggetarkan seluruh pegunungan.

Terlihatlah bayangan orang terbang jumpalitan angin badai melesus membubung tinggi ketengah udara membawa debu dan pasir sehingga udara menjadi gelap.

Seketika Giok-liong merasa bahwa gencetan atau tenaga tindihan dari atas seketika buyar dan lenyap seluruhnya, badan terasa ringan dan nyaman, Teriihat Goan-hwat Taysu jungkir balik ditengah udara sampai beberapa a ir tak jauhnya baru mendaratkan kedua kakinya diatas tanah.

Sejenak kemadian kabut dan sinar biru mulai suram lalu sirna sama sekali, Giok-liong menarik napas dalam-dalam, sikapnya angker dan dingin, tapi kedua pipinya bersemu merah penuh ketampanan semangat sepasang matanya menatap n"ka-.i kebuasan dan penuh nafsu membunuh, dengan tajam ia tatap Goan-hwat Taysu tanpa berkedip.

Wajah Goan-hwat Taysu penuh diseIubungi kabut biru yang berkilauan sungguh perbawanya ini bisa menakutkan orang, Demikian juga kedua biji matanya mendelik besar seperti kelereng memancarkan cahaya biru dingin bagai mata dracuIa, menatap ke arah Giok-liong dengan penuh kegusaran, suaranya terdengar serak dan sember, katanya rendah.

Posting Komentar