"Me mang siluman itu jahat sekali, karena itu kami akan menang kap atau me mbunuhnya, " kata pula Pui Ki Cong.
"Kalau begitu, Ji-wi saja yang datang ke pondokitu, tentu ia akan muncul! Sementara itu, dipersiapkan orang-orang untuk mengepung dan me nangkapnya," kata Cui Hong me mberi saran.
"Ah, itu berbahaya sekali!" kata Cai Sun, bergidik me mbayangkan betapa dia dan Ki Cong berada di pondok sunyi dalam hutan ke mudian muncul musuh besarnya itul
"Heh, engkau takut? Bukankah ada kami dan pasukan yang telah mengepung pondokitu? " Su Lok Bu me ncela.
"Sejak kapan Koo Cai Sun yang terkenal itu me njadi seorang penakut?" Cia Kok Han juga mengeje k.
Koo Cai Sun merasa disudutkan. Dia tidak ma mpu menge lak lagi, dan teringat bahwa yang diusulkan oleh Ok Cin Hwa adalah dia dan Ki Cong. Kalau ada Ki Cong, tentu akan berkurang rasa takutnya. "Aku tidak takut, hanya aku khawatir Pui-kongcu yang tidak berani bersama aku pergi ke pondokitu." Berkata demikian, Cai Sun memandang Ki Cong sambil me nyeringai.
Pui Ki Cong mengerutkan alisnya. Dia me mang menghenda ki dengan sangat agar musuh besar yang berbahaya itu secepat mungkin dapat terbunuh agar dia dapat tidur dengan nyenyak, akan tetapi kalau dia harus ke tempat berbahaya itu, sungguh me mbuat dia merasa ngeri.
"Hemm, perlukah aku ke sana sendiri? Tidak cukup engkau saja, Koo-toako? Dengan engkau menjadi umpan, sudah cukup untuk me mancing ia datang, atau setidaknya laki-laki she Tan itu." katanya meragu.
"Aih, Kongcu. Kita takut apakah? Selain ada kita berdua, masih ada lagi Cia dan Su-enghiong, dan kalau kita siapkan seratus orang perajurit mengepung te mpat itu, me mbuat barisan pendam, apa yang akan dapat dilakukan oleh siluman itu? Sebelum ia sempat menyerang kita berdua, tentu ia sudah lebih dulu disergap dan ma mpus! Selain itu perlu apa takut kalau di sa mping kita ada nona yang begini manis dan hangat?" Berkata demikian, dengan ceriwis sekali tangan kiri Cai Sun menge lus pipi Cui Hong. Wanita ini pura-pura malu dan mengerling tajam ke arah Ki Cong, menepiskan tangan Cia Sun dengan berkata.
"lhhh.... Koo-inkong harap jangan nakal...!" Dan ia tersenyum dan mengerling dengan daya tarik yang a mat kuat ke arah Ki Cong, me mbuat orang mata keranjang ini menelan ludah. Di dalam pondok bersama wanita cantikini! Menarik sekali, dan pula, kalau ada pasukan seratus orang yang dipimpin oleh dua orang pe mbantunya yang lihai, me mang tidak ada yang perlu ditakuti. Pula, Cai Sun di sa mpingnya juga merupakan seorang pengawal yang cukup tangguh.
"Baiklah, aku akan Ikut ke sana. Kita semua harus bekerja sama untuk dapat me mbekuk siluman itu secepatnya!" Akhirnya dia menga mbil keputusan setelah me lihat betapa mata kir i Cui Hong berkedip le mbut me mberi isyarat kepadanya yang hanya dapat dilihatnya sendiri! Kedipan mata yang merupakan janji yang Cai Sun dan suaranya terdengar gemetar.
Cai Sun mengang kat kedua pundaknya dan me noleh kepada Ok Cin Hwa. "Bagaimana pendapatmu, Adik manis? Akan berhasilkah pancingan kita ini?" Suaranya lirih sekali seolah-olah dia takut kalau- kalau suaranya akan terdengar musuh.
"Saya tidak tahu, akan tetapi mudah-mudahan berhasil, la hanya mengatakan bahwa kalau saya perlu sesuatu darinya, saya disuruh datang ke sini dan menanti, tentu ia akan datang."
"Bagaimana kalau ia tiba-tiba muncul di dalam pondokini, Toako?" Ki Cong bertanya dan jelas nampa k betapa dia menggigil ketakutan.
"Ha-ha-ha!" Cai Sun tertawa, walaupun dia menahan suara ketawanya agar jangan terdengar terlalu keras. "Bagaimana mungkin? Sebelum ia tiba di pintu, ia akan disergap seratus orangl Kita di sini a man seperti di ruma h sendiri, Kong-cu, harap jangan khawatir."
"Saya pun tidak merasa takut, karena bukankah di luar sana ada seratus orang pasukan yang berjaga? Apalagi di sini ada dua orang gagah perkasa yang menemani saya. Koo- inkong dan Pui-taijin, saya mau beristirahat dulu di kamar yang kiri itu. Silakan Ji-wi beristirahat pula di kamar kanan kalau Ji-wi tidak sedang ketakutan." Cui Hong tersenyum dan me le mpar kerling genit sekali dan ia pun bangkit berdiri, langkahnya dibuat semenarik mungkin ketika ia melenggang dan me masuki ka mar yang sebelah kiri, tahu bahwa dua orang pria itu mengikuti nya dengan pandang mata kehausan. Dua pasang bukit pinggulnya sengaja dibuat menari-nari ketika ia me lenggang tadi. Dan hasilnya memang baik sekali, dua orang pria itu me mandang dengan mata melotot, bahkan Cai Sun tak dapat menahan dirinya untuk tidak mene lan ludah.
"Kongcu, saya akan meneman i nona itu, silakan kalau Kongcu mau beristirahat di kamar kanan. Selamat malam, Kongcu....!" Dia pun bangkit dan hendak segera menyusul wanita itu, akan tetapi Pul Ki Cong cepat menegurnya.
"Koo-toako, engkau hendak me mandang rendah kepadaku?"
"Ehh? Apa maksud Kongcu....?" Cai Sun menahan langkah dan me mbalikkan tubuhnya.
Pui Ki Cong sudah bangkit berdiri dan mukanya berubah merah. "Sudah sejakia ditangkap, la me mberi isyarat-isyarat kepadaku. Akulah yang akan mene man inya!"
"Tapi, saya yang telah mengenalnya lebih dulu, Kongcu!" Cai Sun me mbantah dengan mata melotot dan merasa penasaran. Tak disangkanya bahwa majikan nya ini ternyata tertarik kepada Ok Cin Hwa dan hendak mera mpas daging gemukitu dari depan mulutnya.
Pui ki Cong mengerutkan alisnya dengan marah. '"Koo Cai Sun! Apakah engkau hendak menentang aku?" bentaknya.
Cai Sun terkejut dan sadar bahwa orang she Pui ini bukan hanya tertarik, melainkan sudah tergila-gila kepada Ok Cin Hwa sehingga bersikap de mikian kasar keji, Tentu saja dia tidak berani menentang orang Itu. Perpecahan akan amat merug ikan dirinya, apalagi kalau hanya karena me mperebutkan seorang wanita, seorang janda saja. Kalau Pui Ki Cong mengusirnya, dia bisa mati konyol di dalam tangan iblis wanita itu. Maka dia pun cepat menjur.i dan tertawa lebar.
"Aha, mengapa kita harus bertengkar karena seorang perempuan saja? Maaf, Pui-kongcu. Tidak kusangka bahwa Kongcu demikian bergairah terhadap dirinya. Kita tidak perlu berebut karena seorang janda muda seperti wanita itu tentu tidak akan kewalahan me layani dua orang seperti kita. Nah, silahkan Kongtu lebih dulu, baru nanti saya yang menggantikan Kongcu."
Pui Ki Cong juga teringat dan dia pun tersenyum. me mang tidak se mestinya dalam keadaan nyawanya terancam seperti itu me mperebutkan seorang janda yang belum tentu akan me muas kan hatinya, walaupun wajahnya, bentuk badan dan sikap janda itu de mikian mengga irahkan. Sudah banyak dia menga la mi kekecewaan dari wanita-wanita yang tadinya nampak cantik dan me nawan hati.
"Maaf, Toako, tadi aku telah lupa diri. Baiklah, aku akan ma in-main dengannya lebih dulu, dan biar nanti kusuruh ia keluar mene mani dan me layanimu." Dengan langkah lebar Pui Ki Cong mengha mpiri kamar yang sebelah kiri, me mbuka daun pintunya, masuk dan menutupkan lagi daun pintu kamar itu dari dalam.
Sambil menyeringai Cai Sun kembali duduk di atas kursi, matanya me mandang ke arah kamar itu seolah-olah ingin mene mbus dinding untuk mengintai apa yang terjadi di dalamnya. Dia mendengar suara Pul Ki Cong bicara, lalu disusul suara ketawanya lirih dan suara ketawa Ok Cin Hwa. Bahkan terdengar suara wanita itu cukup je las, "Aihhh. Tai-
jin, jangan begitu"
Cai Sun terkekeh, me mbayangkan per mainan cinta mereka dan dia pun mendengar suara dipan berderit diduduki mereka. Suasana lalu menjad i sepi di kamar itu dan Cai Sun me mper lebar senyumnya. Kalau wanita itu pandai, sebentar saja tentu Pui Ki Cong kalah dan dia memperoleh giliran! Dia akan mengajak wanita itu ke kamar sebelah.