Sakit Hati Seorang Wanita Chapter 44

NIC

"Dendam kebencian adalah api yang akan memba kar diri sendiri, karena itu, harap engkau dapat menyadarinya, Nona. Tuhan tidak akan me mber kahi orang yang menaruh denda m." Sekali lagi Tan Siong me mbujuk.

"Tidak! Tuhan pasti akan me mberkahi ku dan me mbantuku untuk menghuku m mereka yang lebih jahat daripada binatang yang paling buas itu. Mereka harus merasakan penghinaan seperti yang pernah kualami, merasakan kesakitan seperti yang pernah kuderita. Dan itulah satu-satunya tujuan hidupku. Dan untuk me laksanakan pe mbalasan dendamku itu, terpaksa aku menyamar sebagai Ok Cin Hwa yang lemah. Hanya kepadamu seoranglah aku me mbuka rahasiaku ini, toako dan aku percaya bahwa toako tentu akan menyimpan rahasia ini dari orang lain."

Tan Siong mengangguk. "Aku tidak akan me mbuka rahasiamu kepada siapa pun juga, Nona Kim Cui Hong. Akan tetapi, sekali lagi aku me mperingatkan, mengingat akan persahabatan antara kita, hendaknya engkau menyadari bahwa dendam kebencian a matlah tidak baik bagi dirimu sendiri. Karena itu, sebelum terlambat, hapuskan saja kebencian itu dari lubuk hatimu."

Cui Hong mengerutkan alisnya. "Hem, enak saja engkau bicara de mikian, Tan-toako, karena engkau tidak menga la mi sendiri penderitaan lahir batin seperti yang kualami. Aku yang pada waktu itu seorang gadis yang le mah, hanya me miliki sedikit ilmu silat, telah ditawan orang orang jahat. Ayahku dan seorang suheng-ku yang hendak menolongku, mereka bunuh di depan mataku, kemudian aku mereka perkosa dan permainkan sa mpai nyaris tewas. Mereka me mbuang tubuhku begitu saja di dalam hutan. Akan tetapi. Tuhan agaknya me mang sengaja me mbiarkan aku hidup untuk dapat menuntut balas dan sekarang engkau, yang kuanggap sebagai seorang sahabatku yang baik, me mberi nasihat agar aku tidak me mba las dendam dan me mbiarkan iblis- iblis berwajah manus ia itu berkeliaran?"

"Nona, sudah menjad i tugas dan kewajiban kita yang sejak kecil me mpe lajari ilmu silat dengan susah payah, untuk kemudian me mpergunakan ilmu itu dalam perjuangan me lawan kejahatan dan membe la orang-orang yang lemah tertindas. Akan tetapi, ada garis pemisah yang a mat besar antara membela kebenaran dan keadilan, dan pemba lasan dendam! Kalau engkau menentang perbuatan-perbuatan jahat dari empat orang itu, andaikan mereka sekarang masih me lakukannya, tentu saja aku tidak akan me-nyalahkanmu. Akan tetapi kalau engkau mencari dan menentang mereka hanya karena dendam pribadi, sungguh hal itu amat tidak baik, Nona. Dendam menjad i satu ikatan yang akan menc iptakan karma, denda m- mendenda m dan balas- me mba las. Memang, tak dapat disangkal bahwa perbuatan empat orang itu terhadap dirimu amatlah jahatnya, amatlah kejamnya. Akan tetapi, kalau engkau kini mencar i dan me mbunuh mere ka, bukankah perbuatanmu itu sa ma kejam dan jahatnya? Lalu mana letak perbedaan antara yang benar dan yang tidak benar, yang baik dan yang jahat?"

Cui Hong tersenyum, akan tetapi senyumnya masa m dan mengejek. Kemarahan menyelinap di dalam hatinya karena ia merasa bahwa pemuda yang dikaguminya ini agaknya hendak mengha langi nya me mba las denda m. Padahal, pemuda ini mengaku cinta padanya.

"Sudahlah, toako. Agaknya dalam hal ini tidak ada kecocokan pikiran di antara kita. Engkau sendiri, apakah yang kaucari di sini?"

"Riwayatku tidak seburuk riwayatmu, Nona, walaupun tak dapat dibilang menyenangkan. Sejak berusia tiga belas tahun, aku dibawa oleh seorang tosu Kun-lun-pai ke Pegunungan Kun-lun-san untuk belajar ilmu silat. Setelah belajar belasan tahun la manya dan tamat belajar, aku turun gunung dan pulang ke dusun te mpat tinggal orang tuaku. Akan tetapi aku tidak me lihat lagi ayah dan ibuku dan menurut penuturan penduduk yang menjad i tetangga kami, ayah dan ibuku sudah la ma men inggalkan dusun itu. Seluruh harta kekayaan orang tuaku telah dikuasai oleh pa man ku, adik ibuku, yang menipu mereka. Orang tuaku meningga lkan dusun sebagai orang miskin dan akhirnya meninggal dunia entah di mana. Karena itu, sekarang aku sedang berusaha mencari pa man ku itu."

"Ah! Tentu untuk me mbalas dendam atas kematian orang tuamu kepada pa man mu!" seru Cui Hong penuh harap.

Akan tetapi pemuda itu menggeleng kepala sebagai jawaban. "Tidak, Nona. Aku sama sekali tidak ingin me mba las dendam kepada pa manku."

"Aku mencar inya hanya untuk bertanya di mana kuburan ayah ibuku. Itu saja."

"Ahhh!" Cui Hong merasa kecewa mendengar penjelasan

ini.

Keduanya diam sejenak, tenggelam dalam la munan

masing-masing. Cui Hong merasa bahwa setelah mendengar keadaan dirinya, tentu pemuda itu me mandang kepadanya dengan hati mere mehkan. Ia hanya seorang gadis yang telah terhina! Diam- diam ia merasa sedih, akan tetapi kesedihannya ditutupinya dengan sikap acuh. Ia tidak perduli lagi. Biarlah Tan Siong mence moohkan nya, biarlah me mbencinya. Memang agaknya hidupnya hanya bergelimang dengan kebencian- kebencian, baik dibenci maupun me mbenci. Se mua ini bahkan menyuburkan denda mnya dan ia pasti berhasil! Sementara itu, Tan Siong juga tenggelam dalam kesedihan. Kiranya gadis itu bukanlah seorang wanita sembarangan, melainkan seorang gadis yang gagah perkasa dan berkepandaian tinggi. Akan tetapi juga seorang gadis yang penuh dengan dendam kebencian. Jelaslah bahwa dia sama sekali tidak pantas mengharapkan seorang gadis perkasa seperti itu, dan yang nampaknya juga kaya raya, dapat menerima uluran cinta kasihnya, cinta kasih seorang pemuda mis kin yang selain tidak me miliki apa-apa, juga keturunan petani biasa saja. Di samping itu, juga d ia berbeda paham dengan gadis itu. Gadis yang batinnya penuh dengan racun dan api dendam kebencian! Dia merasa bersedih mengingat akan hal itu. Ingin dia mengingatkan gadis itu, mencegahnya melanjutkan dendam kebencian yang hanya akan meracuni hidupnya sendiri.

Akhirnya yang me mbuka percakapan dan me mecahkan kesunyian itu adalah Cui Hong, karena gadis ini makin la ma semakin merasa tidak enak saja. "Tan-toako, setelah mendengar riwayatku, tentu engkau akan me mandang rendah kepadaku..."

"Ah, mengapa begitu, Nona? Sama sekali tidak, hanya aku.... aku merasa bersedih kalau meng ingat bahwa engkau sedang merusak kehidupan mu dengan dendam itu. Sekali lagi, aku minta dengan sangat, sukalah engkau menghapus saja dendam kebencian yang hanya akan meracuni batinmu sendiri itu."

Cui Hong mengerutkan alisnya. "Tan-toako, engkau tidak berhak menca mpuri urusan pribadiku!"

Pemuda itu menar ik napas panjang. "Maaf, aku bukan bermaksud menca mpuri hanya aku merasa kasihan kepadamu, Nona."

"Kasihan. ?"

"Ya, aku merasa kasihan karena racun dendam kebencian itu akan me mbuat mu menderita sendiri."

Makin tak senang rasa hati Cui Hong. "Biarlah, aku yang mender ita, bukan engkau, Toako. Nah, selamat tinggal dan terima kasih atas segala bantuanmu yang kau lakukan kepada Ok Cin Hwa."

Gadis itu me mbalikkan tubuh dan hendak pergi.

"Nona Kim...!" Tan Siong berseru dan Cui Hong berhenti me langkah, me mbalik dan me mandang dengan alis berkerut akan tetapi pandang mata penuh harapan. Tak sedap rasa hatinya harus berpisah dari pemuda yang dikaguminya ini dalam keadaan berbeda paha m.

"Sekali lagi kuminta kepadamu, Nona, hapuskanlah dendam itu. "

Hampir saja Cui Hong marah- marah dan me maki pe muda itu, kalau saja ia t idak ingat betapa beberapa kali pe muda itu telah me mbelanya mati- matian. "Sudahlah, jangan menca mpuri urusan pribadiku, selamat tinggal!" katanya dan ia meloncat jauh lalu lari secepatnya meninggalkan pemuda itu.

Tan Siong berdiri termangu-ma ngu, hatinya penuh penyesalan. Dia tahu bahwa dia menc inta Cui Hong. Cintanya tidak berubah walaupun dia mendengar bahwa gadis itu ternyata bukan seorang perawan lagi, melainkan seorang gadis yang pernah diperkosa oleh e mpat orang penjahat. Bahkan dia merasa rendah diri kalau dia meng ingat bahwa perempuan yang bernama Ok C m Hwa itu, yang tadinya disangkanya seorang perempuan yang le mah tak berdaya dan me mbutuhkan perlindungan, ternyata adalah seorang wanita perkasa yang tingkat kepandaiannya mungkin tidak berada di sebelah bawah tingkatnya sendiri, seorang wanita lihai yang agaknya kaya-raya pula. Dan dia merasa berduka melihat kenyataan pada diri wanita itu yang penuh dendam kebencian. Orang yang diracuni dendam kebencian seperti itu, mana mungkin dapat menc inta?

Sementara itu, Cui Hong memperguna kan ilmunya berlari cepat, dengan tubuh ringan seperti seekor kijang ia berlompatan dan berlarian cepat sekali. Sebentar saja ia sudah men inggalkan Tan Siong jauh sekali dan akhirnya ia berhenti di tepi sebuah anak sungai yang airnya mengalir dengan le mbut di antara batu-batu yang membuat air itu menjadi jernih dan menimbulkan suara berteriak tiada hentinya.

Cui Hong duduk di tepi sungai itu, di atas rumput hijau yang tebal. Ia tidak perduli pakaiannya menjadi agak basah karena rumput itu segar dan basah. Hatinya terasa berat. Kosong dan sepi. Ia merasa seperti kehilangan seorang sahabat yang dikagumi dan amat disukainya. Bahkan ia hampir merasa yakin bahwa ia telah jatuh cinta kepada Tan Siong. Pria itu sa ma sekali berbeda dengan pria-pria la in yang pernah dijumpa inya. Di dalam pandang matanya, sama sekali tidak nampa k bayangan tidak sopan atau kurang ajar, me lainkan suatu kemesraan yang mendalam. Juga sikapnya amat baik, le mbut dan kuat. Dan betapa gagahnya pria itu ketika me mbela dan melindunginya ketika ia mas ih menjadi seorang wanita lemah. Pe mbelaan yang tanpa pamr ih! Tan Siong adalah seorang pendekar budiman yang me ngagumkan hatinya dan betapa akan mudah baginya untuk jatuh cinta kepada seorang pria seperti itu. Sebelum bertemu dengan Tan Siong, dibakar denda mnya, ia selalu me ma ndang pria sebagai mah luk yang tidak sopan dan kurang ajar, yang menganggap wanita sebagai barang per mainan belaka. Akan tetapi, anggapan itu me mbuyar ketika ia berte mu dengan Tan Siong. Ia jatuh cinta kepada pe muda murid Kun-lun-pai itu! "Tidak!" tiba-tiba Cui Hong me mbantah suara hatinya sendiri, la tidak boleh jatuh cinta, sedikitnya untuk se mentara ini ia tidak boleh me ngikatkan diri dengan siapapun juga, apalagi dengan ikatan cinta. Ia harus me musatkan perhatiannya kepada musuh- musuhnya. Masih ada dua orang musuh yang belum dibalasnya.

Posting Komentar