Pengemis Tua Aneh Chapter 30

NIC

Semua orang setuju dan Lie Bun juga tidak keberatan. Ia lalu mendengar suara semua orang. Seorang demi seorang dan setelah dihitung, maka ternyata bahwa suara terbanyak memilih Swat Cu! Karena ini dengan gembira Lie Bun berdiri dan mengumumkan.

“Suara terbanyak jatuh kepada Cian-chiu Sin-touw. Maka dialah yang berhak menjadi ketua untuk tahun ini! Nah, sekarang kuserahkan kembali pimpinan kepada saudara ketua.”

Semua orang bertepuk tangan dan kedua orang muda tadi serentak berdiri. “Aku tidak setuju!”

“Akupun tidak setuju!” teriak yang seorang lagi.

“Jiwi!” Swat Cu membentak marah. “Kalau jiwi tidak suka menjadi anggota perkumpulan kami, jiwi boleh keluar!”

Marahlah orang yang brewokan. Ia lalu menggebrak meja dan berkata.

“Dulu ayahmu menjadi pangcu karena kami akui bahwa ia lebih cakap dan lebih tinggi kepandaiannya dari pada kami! Tapi kau, seorang gadis muda, sampai dimanakah kepandaianmu?”

Swat Cu tersenyum sindir. “Nah, lebih baik berterus terang saja. Kalian berdua hendak menguji kepandaianku? Boleh, mari kita keluar!” Dengan tenang dan gagah Swat Cu lalu keluar dari perahu dan loncat ke darat diikuti oleh kedua orang itu dan oleh semua orang yang berada di dalam perahu.

Lie Bun juga keluar dengan sangat tertarik. Ia kagum melihat sikap gagah dan ketenangan Swat Cu. Jarang terdapat gadis seperti dia ini!

Melihat Lie Bun berdiri di situ, Swat Cu berkata.

“Lie-taihiap, kebiasaan kami untuk menguji kepandaian ialah dengan tangan kanan bermain pedang dan tangan kiri mencoba serobot ikat rambut yang dipakai masing- masing. Siapa yang berhasil menyerobot ikat rambut itu, menanglah dia!”

Swat Cu cabut pedangnya yang tersembunyi di punggung dan menghadapi dua orang itu.

“Kalian boleh maju berbareng dan mengeroyokku!” “Tapi itu tidak adil!” Lie Bun berseru.

Tapi Swat Cu berkata sambil tersenyum. “Biarlah, agar urusan ini cepat selesai.”

Kedua orang yang memprotes itu lalu mencabut pedang dan mengikat rambut mereka erat-erat. Kemudian sambil berseru keras mereka menyerang dengan pedang!

Pertandingan macam ini bukanlah tidak berbahaya, bahkan lebih berbahaya karena kemenangan bukan didasarkan atas menjatuhkan lawan. Tapi menyerobot pengikat rambut. Tentu saja bukan mudah mencuri ikat rambut dari seorang yang menjaga dirinya dengan pedang di tangan!

Tapi setelah Swat Cu bergerak, yakinlah Lie Bun bahwa gadis itu pasti menang. Gerakan pedang gadis itu cepat sekali, hingga sebentar saja ia berhasil mengurung kedua lawannya dan berputar-putar sekeliling mereka hingga terpaksa kedua orang itu ikut berputar.

Pada suatu saat terdengar Swat Cu berseru dan pedangnya berkelebat. Tahu-tahu sebagian besar rambut si berewok terpapas oleh pedang itu dan pengikat rambutnya terbawa pula yang segera disambar oleh tangan kiri Swat Cu! Sebelum hilang kagetnya, kembali pedang gadis itu membabat hingga jari tangan pengeroyok kedua berdarah dan terpaksa ia lepaskan pedangnya. Pada saat itu si gadis telah berhasil pula membetot ikat rambutnya hingga beberapa ikat dari rambut kepalanya terbawa bersama-sama dan menimbulkan rasa pedas dan sakit!

“Bagaimana, sudah puaskah jiwi sekarang?” Swat Cu bertanya kepada kedua orang itu sambil melemparkan pengikat rambut kepada mereka.

“Memang kau jauh lebih pandai dari pada kami dan pantas menjadi pangcu,” jawab mereka berdua dengan tunduk.

Pada saat itu terdengar suara orang tertawa mengejek yang disusul dengan ucapan. “Bagus sekali, mengandalkan kepandaian merebut kedudukan!” Semua orang memandang dan ternyata yang datang adalah orang-orang yang berpakaian hitam yang jumlahnya tujuh orang. Di depan sekali sebagai pemimpin tampak tiga orang tua yang kesemuanya berwajah pucat tapi mempunyai mata yang tajam dan liar.

“Kawan-kawan dari gabungan Yang-heng-jin mempunyai kepentingan apakah mengunjungi kami?” Swat Cu bertanya dengan keren.

Ternyata yang datang itu adalah kawanan Yang-heng-jin atau orang-orang jalan malam, yang bukan lain adalah sekumpulan maling-maling di kota itu!

Memang sejak dulu telah terjadi pertempuran yang sifatnya seperti persaingan di antara kumpulan copet dan maling ini! Kawanan maling ini selalu berpakaian hitam dengan ikat pinggang dan ikat kepala warna merah darah.

Ketiga ketua mereka adalah orang-orang yang berkepandaian tinggi, yakni yang pertama adalah Lui Kian, yang kedua adiknya sendiri bernama Lui Tong, dan yang ketiga adalah seorang bernama Leng Kak.

Ketiga orang maling ini merupakan tiga tokoh maling yang ditakuti orang.

Sudah lama ketiga orang ini ingin sekali menjatuhkan perkumpulan copet agar dapat menggabungkan diri dengan perkumpulan mereka. Dan terutama sekali karena Leng Kak tertarik dan ingin memperisteri Swat Cu yang manis. Maka mereka sengaja datang pada saat pemilihan ketua ini untuk mengacau.

Leng Kak maju mendekati Swat Cu sambil berkata.

“Jadi kau telah terpilih menjadi ketua lagi? Kurang pantas, kurang pantas! Mana ada raja copet seorang wanita? Lebih baik aku menjadi rajanya dan kau menjadi permaisuriku. Bukankah itu lebih baik?”

Swat Cu marah sekali dan menggerak-gerakkan pedangnya. “Tutup mulutmu dan pergi kau dari sini!”

Tapi Leng Kak hanya tertawa saja, dan memandang dengan mengejek.

“Saudara-saudara, sebenarnya apakah maksud kalian?!” bentak Swat Cu yang telah marah sekali.

“Kurang jelaskah?” Lui Tong berkata. “Tadi Leng-twako berkata bahwa ia ingin menjadikan kau sebagai permaisurinya. Nah, lebih baik kau gabungkan perkumpulanmu dengan kami dan kita bekerja sama. Bukankah itu lebih baik?”

“Apa? Kami tidak sudi bergabung merendahkan diri dengan perkumpulan maling pengecut!”

Leng Kak tertawa. “Aduh, hebatnya, ha ha! Coba dengarkan nona ini. Dia sendiri copet, memaki-maki maling! Sungguh lucu. Apakah bedanya copet dan maling?” “Tentu saja berbeda,” jawab Swat Cu. “Kami mengambil barang orang berdasarkan kepandaian dan orang yang kami ambil barangnya adalah orang-orang yang sadar. Sedangkan kalian bangsa maling selalu berlaku curang dan mengambil barang orang sewaktu pemiliknya tidur pulas! Apakah ini laku orang-orang gagah?”

“Swat Cu! Sampai dimanakah kegagahanmu maka kau berani sombong? Marilah kita main-main sebentar!”

Dengan kata-kata ini Leng Kak lalu maju menubruk hendak peluk gadis ini. Tapi Swat Cu cepat berkelit dan menyerang dengan pedangnya. Baru beberapa gebrakan

saja Lie Bun tahu bahwa Swat Cu takkan menang, maka ia segera loncat menghalangi di antara mereka.

“Pangcu, aku sebagai tamu yang telah kau perlakukan dengan ramah tamah tak enak melihat gangguan ini dengan peluk tangan saja. Serahkan orang-orang liar ini kepadaku!” Swat Cu mengangguk dengan wajah berseri.

“Eh, Siapakah kau, anjing keparat? Tak tahukah kau sedang berhadapan dengan siapa?” Leng Kak membentak marah kepada Lie Bun.

Lie Bun tersenyum. “Aku disebut orang Ouw-bin Hiap-kek, dan tentu saja aku tahu siapa kalian ini. Kalian adalah tukang-tukang colong ayam yang rendah.”

“Bangsat gila!” Leng Kak memaki dan menyerang dengan pedangnya. Tapi Lie Bun hanya berkelit sedikit lalu maju menyerang.

Sekali serang saja, Lie Bun telah berhasil menampar pundak Leng Kak hingga kepala maling ini berseru kesakitan dan hampir saja pedangnya lepas dari pegangan.

Kedua saudara Liu melihat ini terkejut sekali dan mereka berbareng lalu menyerbu dengan pedang mereka. Tapi segala maling ini mana bisa menandingi Lie Bun?

Pemuda itu dengan tangan kosong melayani mereka dan bergerak bagaikan seekor capung bermain di antara kembang-kembang teratai. Tiga batang pedang itu tidak berdaya sama sekali. Bahkan beberapa kali mereka bertiga saling adu pedang.

Tentu saja semua orang, baik dari pihak copet maupun dari pihak maling yang menonton pertempuran ini dengan kagum sekali, memandang dengan mata terbelalak. Tak mereka sangka bahwa pemuda muka hitam ini demikian lihai. Bahkan Swat Cu sendiri tidak menyangka bahwa tamunya demikian hebat ilmu silatnya. Maka diam- diam gadis manis ini ambil ketetapan dalam hatinya. Ia harus dapat tarik pemuda ini disampingnya. Kalau saja ia dapat menjadi isteri pemuda lihai ini, maka hidupnya selanjutnya akan terjamin.

Lie Bun yang sedang gembira, sambil bergerak berkata kepada Swat Cu. “Pangcu, harus aku apakan ketiga tikus ini?”

Swat Cu menjawab sambil tertawa. “Tikus-tikus ini biasanya takut akan air. Biarlah kau suruh mereka mandi agar tidak terlalu berbau busuk!”

Lie Bun mengerti maksud gadis itu, maka sebentar saja terdengar suara teriakan dan tahu-tahu dengan kedua tangannya Lie Bun berhasil menangkap batang leher kedua saudara Liu dan dengan cepat ia lempar mereka ke sungai.

Sekali ia bergerak dan dengan sebuah dorongan kuat, Leng Kak terhuyung-huyung dan akhirnya juga jatuh ke dalam sungai!

Setelah minum banyak air sungai, akhirnya dapat juga ketiga maling itu ditolong oleh kawan-kawannya dan mereka merangkak ke darat.

Seluruh tubuh dan pakaian mereka yang hitam menjadi basah kuyup hingga benar- benar merupakan tiga ekor tikus air! Mereka lalu memandang Lie Bun dengan mata menyala, kemudian tanpa pamit lagi mereka bertindak pergi diikuti kawan-kawannya.

Para pemimpin copet tertawa besar.

“Lie-taihiap, sungguh kau luar biasa dan hebat sekali! Hal ini harus kita rayakan. Hayo kawan-kawan, sediakan arak wangi untuk Lie-taihiap!” berkata Swat Cu dan kembali mereka masuk ke dalam perahu besar dan seorang pencopet lalu mengeluarkan seguci arak wangi yang sangat keras.

Sebetulnya Lie Bun kurang biasa minum arak keras, maka setelah ia minum beberapa cawan karena gembiranya, ia menjadi mabok dan jatuh tertidur di atas meja! Ia tidak ingat apa-apa lagi dan tidak tahu betapa ia dipindahkan ke atas sebuah pembaringan dengan kasur yang empuk.

Menjelang senja Lie Bun terjaga dari tidurnya. Ia merasa kepalanya berat dan tubuhnya kaku semua. Pada saat ia hendak bangun, tiba-tiba terdengar suara Swat Cu berkata di luar pintu.

Posting Komentar