“Orang rendah! Kau akan kubunuh lebih dulu!” Dan pendeta Lama itu menyerang lebih hebat. Terpaksa Heng-san Lojin melayaninya dan pada suatu kesempatan baik, Gan Im Kiat berhasil kirim sentilan jari ke dada Beng Po Hoatsu yang terdorong ke belakang dan terhuyung-huyung dengan wajah pucat!
“Terima kasih atas pemberianmu!” Lama itu berkata dan sambil meringis kesakitan ia angkat kaki dan lari!
“Omitohud!” Gan Im Kiat menyebut nama dewa. “Mudah-mudahan sebelum tiga hari ia dapat menemukan obat untuk menyambung jiwanya.”
Gak Bong Tosu menjura kepada Hek-san Lojin. “Sungguh kebetulan sekali kedatanganmu, orang tua. Kalau tidak entah bagaimana jadinya.”
“Yang benar tentu menang. Yang bersih pasti selamat.” Gan Im Kiat berkat tertawa. Giok Cu menghampiri Gan Im Kiat dan tiba-tiba jatuhkan diri berlutut di depan orang tua itu.
Heng-san Lojin mengangkatnya bangun. “Eh, nona, jangan berlaku sungkan. Aku adalah lopehmu seperti biasa.”
Gak Bong Tosu pandang muka dan tubuh Giok Cu dengan penuh perhatian. Kemudian ia menghela napas. “Aah, nona ini berjodoh unutk menjadi penggantiku kelak.” Kata-kata ini diucapkan perlahan seperti kepada diri sendiri.
Tiba-tiba Thian In menghampiri mereka dan setelah ia memberi hormat kepada suhunya dan kepada Heng-san Locianpwee. Telah lama ceecu menyangka bahwa saudara Kam Ciu bukan orang sembarangan dan ternyata dugaan ceecu betul. Ceecu tahu pula apa yang terkandung dalam hati saudara Kam Ciu terhadap nona Ong.” Kam Ciu memandangnya dengan mata melotot dan Giok Cu memandangnya dengan mata heran dan muka merah.
“Maka, hati ceecu takkan tentram kalau belum dapat menyaksikan perjodohan saudara Kam Ciu dengan adikku Giok Cu.
Gak Bong Tosu dan Heng-san Lojin saling pandang dengan tertawa, sebaliknya Kam Ciu hampir saja loncat ke atas karena heran dan malu.
“Tidak, tidak, Saudara Thian In jangan putar balikkan duduknya persoalan. Aku tidak dapat memenuhi usulmu itu. Aku telah ditolak Souw Lo-enghiong almarhum, juga oleh nona Giok Cu. Aku bukan jodohnya. Tapi kaulah suaminya, saudara Thian In. Bukankah kau pernah dikawinkan dengannya?”
Thian geleng-geleng kepala. Tak mungkin...tak mungkin ”
Kam Ciu melangkah maju. “Saudara Thian In, dengar! Aku telah berjanji almarhum Ong Lo-enghiong untuk mempersatukan kalian kembali, dan kau telah memasuki sayembara dan diterima! Bukankah kau seorang jantan? Ingat, kalau sekarang kau mengingkari janji dan tidak mau kembali menjadi suami nona Giok Cu, bukan orang lain, aku sendirilah yang akan menghajarmu!”
Juga Gak Bong Tosu dan Heng-san Lojin membujuk Thian In supaya berlaku secara laki-laki. Tiba-tiba Giok Cu sambil menghapus airmatanya berkata:
“Apa artinya semua ini? Apakah aku kalian anggap sebagai sebuah barang yang mudah diberikan begitu saja? Kalian tidak menanyakan pendapatku! Sekarang engkoh Thian In, kau sudah berjanji hendak menceritakan rahasia dirimu. Aku hanya menuntut itu, tak menghendaki yang lain!” Gadis ini merasa penasaran dan sedih sekali hingga ia lupa diri dan berlaku kasar.
Thian In tekap mukanya dan geleng-geleng kepala. “Aku berdosa. Tak munkin aku menjadi suami Giok Cu. Dulu ibuku adalah isteri Ong Kang Ek yang dicerai dan dibuang selagi mengandung aku! Ong Kang Ek
melupakan ibuku karena ia kawin dengan ibu Giok Cu! Ketika ibu hendak menutup mata beliau pesan agar aku membalaskan sakit hatinya kepada seorang perempuan yang merampas suaminya. Ia memberiku sebuah gambar perempuan itu, dan ternyata perempuan itu adalah ibu Giok Cu yang tadinya hendak menjadi isteriku! Jadi Giok Cu adalah adikku sendiri, kami lain ibu satu ayah. Mungkinkah kami menjadi
suami isteri? Suhu, ampunkan ceecu yang tak pernah ceritakan hal ini kepadamu. Sekarang hidupku
kosong. Saudara Kam Ciu harus menolong Giok Cu, menolong adikku, aku tahu kau cinta padanya. Dan Giok, adikku, lenyapkanlah bayanganku dari lubuk hatimu. Aku saudaramu....Setelah berkata demikian, Thian In lalu berdiri dan loncat secepat kilat turun gunung!
Mendengar semua itu, Giok Cu menjadi pucat dan ia tentu roboh kalau tidak Kam Ciu cepat-cepat menangkapnya, hingga gadis itu pingsan dalam pelukannya.
Ketika sadar kembali, Giok Cu dapatkan dirinya berada dalam sebuah kamar goha yang bersih. Di sebelahnya terdapat sebuah batu besar di mana Gak Bong Tosu duduk bersemedhi. Kam Ciu dan ayahnya tak tampak. Mereka hanya berdua.
“Di mana mereka?” Giok Cu berkata.
“Mereka? Sudah pergi. Ayah anak she Gan itu memang keras hati dan julur. Mereka itu jantan-jantan tulen. Karena dulu kau dan ayahmu telah menolak lamaran mereka, maka merekapun mengundurkan diri, entah ke mana.”
“Kenapa ceecu berada di sini?”
“Aku yang membawamu. Kulihat kau memang bertulang pendeta. Hatimu telah terluka dan pendirianmu tidak menentu lagi. Jika kau masih sayang jiwa ragamu dan menghendaki kebahagiaan sejati, aku suka menerima menerima dan menjadi murid dan menunjukkan jalan kebahagiaan batin padamu. Giok Cu, sukakah kau menjadi pertapa wanita yang kelak akan menurunkan ilmu silatku kepada orang-orang yang mempunyai bakat pahlawan?”
Untuk semenjak Giok Cu diam saja. Thian In adalah kakakna dan tak mungkin menjadi suaminya. Kam Ciu telah pernah ditolaknya. Kemana dia hendak pergi? Merantau? Tanpa tujuan? Ah, dia sudah bosan! Hidup baginya penuh penderitaan dan kekecewaan belaka. Ia memandang sekeliling kamar. Dinding goha putih polos dan hawanya sejuk. Ia berdiri dan melongok keluar pintu. Di luar goha terdapat jurang dalam dan pemandangan sungguh indah permai menyejukkan hati. Kekayaan dan tamasya alam tampak terbentang luas di hadapannya seakan-akan dia yang memiliki semua itu.
Kemudian ia masuk lagi dan berlutut di depan Gak Bong Tosu. “Baiklah suhu, ceecu suka menjadi muridmu.”
Gak Bong Tosu tersenyum girang dan meramkan kedua matanya kembali setelah berkata: “Duduklah di sana dan bersemedhilah!”
Giok Cu lalu duduk di atas sebuah batu hitam yang ditunjuk lalu bersila dan pusatkan seluruh pancaindera meniru contoh suhunya. Ia berjuang untuk ketentraman batinnya.
Di masa yang akan datang, Giok Cu menjadi seorang pertapa yang tinggi ilmu kepandaiannya dan dikenal sebagai seorang wanita yang suci dan yang mengasingkan diri di puncak bukit Kouw-san, di mana ia bangunkan sebuah kelenteng dan selanjutnya Giok Cu disebut orang Kouw-san Nio-nio…..
>>>>> T A M A T <<<<<