Pendekar Bunga Cinta Chapter 37

Dayang dayang yang sudah pengalaman, segera menyadari bakal ketiban rejeki; ketika melihat kehadiran Siu Lan diistana sebelah kiri.

Cepat-cepat mereka merubung membuka semua pakaian Siu Lan, perlu dimandi-in pakai 3 macam air kembang; digosok, disikat setelah itu disedu pakai air-susu; untuk kemudian diganti dengan pakaian dari bahan sutera yang tipis tipis, tembus pandang meskipun tujuh lapis.

Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Siu Lan, adalah numbuk-numbuk sepasang kaki sri baginda maharaja; akan tetapi gadis yang cantik merangsang ini ternyata memang pintar merayu, sehingga dalam waktu sehari-semalam dia berhasil membikin sri baginda maharaja kagak pulang-pulang ke tempat selir yang lain, dan pada malam berikutnya secara resmi Siu Lan dijadikan selir yang ke-17 atau yang termuda dari koleksi sri baginda maharaja!

Dipihak menteri-kehakiman Pauw Goan Leng, segera dia menyusun sebuah surat perintah penangkapan terhadap diri Cheng-hwa liehiap Liu Giok Ing yang katanya sembunyikan diri didalam istana pangeran Gin Lun; dan menteri Pauw Goan Leng memerintahkan seorang perwira muda yang memimpin 30 orang tentara negeri buat melakukan penangkapan itu.

Sudah tentu pangeran Gin Lun menjadi sangat terkejut, waktu diberitahukan tentang kedatangan pihak tentara negeri yang berusaha hendak menangkap liehiap Liu Giok Ing; sudah tentu pangeran itu tidak bersedia menyerahkannya, meskipun dia harus menentang perintah sri baginda maharaja yang menjadi ayahnya.

Dipihak liehiap Liu Giok Ing yang mengetahui dirinya hendak ditangkap, dengan persetujuan pangeran Gin Lun maka dia pun terpaksa menyingkirkan diri; dengan mengatakan dia hendak menyusul Kwee Su Liang dikota perbatasan Gan bun koan !

Terpaksa tentara kerajaan itu kembali dan memberikan laporan kepada menteri-kehakiman Pauw Goan Leng, dengan mengarang cerita mengatakan mereka telah bertempur dengan liehiap Liu Giok Ing, namun si macan betina yang galak itu telah melarikan diri entah kabur ke mana !

Menteri kehakiman Pauw Goan Leng kemudian menyusul surat laporannya kepada sri baginda maharaja, namun sampai tujuh-belas hari dia tidak mendapat kesempatan bertemu dengan sri baginda maharaja, yang katanya lagi sakit pinggang. Sementara itu, si 'Inem' yang sekararg sudah resmi menjadi selir sri baginda maharaja; selain berhasil merayu raja yang tua-tua keladi itu, ternyata dia pun pandai memikat hati sri ratu yang menjadi permaisuri sri baginda maharaja, sehingga sri ratu ini merasa sayang kepada Siu Lan melebihi kasih sayang yang diberikannya kepada para selir yang lain.

Jika berhadapan dengan sri ratu, maka Siu Lan bersikap rendah-diri, berlaku rajin merawat dan melayani segala keperluan sri ratu, dan pandai mengucap kata kata yang lembat manis; sehingga dengan cepat dia telah mendapat kepercayaan dari sri ratu, apa lagi dari sri baginda maharaja.

Jelas Siu Lan yang sekarang sudah berbeda dengan Siu Lan yang dulu menjadi si inem, pakaiannya seluruhnya dari bahan sutera yang mahal harganya, dan dia bahkan selalu menggunakan berbagai macam alat kecantikan; sehingga semakin kelihatan kecantikannya dan semakin cepat sri baginda maharaja menderita sakit-pinggang meskipun dia sudah memperoleh 17 macam obat dari 17 sinshe istana- kerajaan.

Dengan adanya sri baginda maharaja sering menderita sakit pinggang, maka sudah tentu tidak bisa memimpin sidang pemerintahan, sehingga surat permohonan dari Kwee Su Liang yang minta dikirimkan tentara bantuan, menjadi terbengkalai dan surat itu bahkan tidak ada yang berani membukanya, menunggu kehadirannya sri baginda maharaja.

Para menteri yang setia sudah tentu menjadi sangat cemas dan gelisah, ketika mengetahui sri baginda maharaja sering menderita sakit pinggang; mereka cemas memikirkan kalau sri baginda maharaja akan wafat kena penyakit gempor. Sebaliknya para menteri yang berpihak dengan ke 16 pangeran, masing-masing menghasut supaya saling berlomba merebut kekuasaan; sebelum sri baginda maharaja menentukan siapa yang bakal menggantikan jadi raja.

Dipihak Siu Lan yang baru menjadi selir, sudah tentu ikut menjadi resah dan gelisah, disamping dia merasa cemas bahwa dia bakal ditendang keluar istana, selekas sri baginda maharaja wafat. Sekilas terpikir oleh Siu Lan bahwa dia harus 'mendekati’ dengan para pangeran yang ada didalam istana. Selalu dia merasa di-intai dan diperhatikan oleh para selir yang lain, yang selalu merasa iri hati; bahkan juga dari para bini-muda dan termasuk sri ratu yang dianggap sebagai perintang oleh Siu Lan.

Salah satu selir yang merasa iri hati bahkan menyimpan dendam terhadap Siu Lan sudah tentu adalah selir yang ke 16; sebab selir ini merupakan selir kesayangan sri baginda maharaja sebelum kehadirannya Siu Lan yang menjadi selir yang ke 17. Selir yang ke 16 ini bernama Shiang Hwa, sebuah nama pemberian sri baginda maharaja yang nyimpan arti 'seharum bunga mewangi'; sebab bau tubuh Shiang Hwa katanya seperti bau harum-bunga.

Shiang Hwa yang setiap hari harus mandi 17 kali dengan air kembang, memang cantik jelita, pendiam tidak banyak bicara akan tetapi pintar nyanyi, pintar nangis, pintar main kecapi dan pintar main-sandiwara alias pintar 'ngibul' dihadapan sri baginda maharaja. Umur Shiang Hwa baru 20 tahun sehingga merupakan selir yang termuda sebelum kedatangannya Siu Lan sekaligus merupakan yang tercantik pada waktu itu; akan tetapi menghadapi Siu Lan yang lirikan matanya memang maut disamping memiliki rayuan gombal yang bukan main, maka Shiang Hwa tidak berdaya melawan ulah si 'Inem yang sexy’ itu. Jelas Shiang Hwa mempunyai dugaan bahwa Siu Lan tidak setulus hati menyerahkan diri kepada sri baginda maharaja, apalagi mencintai, sebab sri baginda maharaja sudah kakek-kakek. Jelas Shiang Hwa mempunyai dugaan bahwa Siu Lan menyimpan rahasia hati, seperti dia juga mempunyai rahasia hati; dan rahasia hati itu sudah tentu merupakan rahasia tentang sebuah hati yang sudah tercuri. Na, siapa yang telah mencuri hati Siu Lan, ini perlu diketahui oleh Shiang Hwa, untuk kemudian dia hendak melaporkan kepada sri baginda maharaja supaya Siu Lan dipupuk mental dan Shiang Hwa kembali menduduki tempat menjadi kesayangan sri baginda maharaja.

Disamping Shiang Hwa, jelas masih ada selir atau selir lainnya yang merasa iri hati terhadap Siu Lan; dan mereka ini sudah tentu juga merasa iri hati terhadap Shiang Hwa. Jadi, saling menyimpan rasa iri hati sesama selir sri baginda maharaja itu, meskipun dalam pergaulan sehari hari mereka kelihatannya rukun saling tertawa dan saling bercanda.

Sip Lun Hoat-ong atau pangeran yang ke sepuluh, yang usianya belum genap tiga puluh tahun; merupakan salah seorang pangeran yang belum kebagian tugas dari sri baginda maharaja, sehingga dia masih bebas keluyuran didalam istana. Memang dia kelihatan dimanja, disayang oleh sri baginda maharaja; sehingga terpikir oleh Sip Lun Hot ong dia mempunyai harapan bakal diangkat menjadi raja, kalau sang ayah masuk neraka. Tetapi kapan sang ayah itu mampus ? Terasa terlalu lama Sip Lun Hoat ong menunggu, kagak sabaran dia sebab ingin cepat-cepat menjadi raja.

Akan tetapi, sudah pastikah dia yang bakal menggantikan jadi raja ? Ataukah sang ayah akan memilih pangeran yang lain? Bimbang hati Sip Lun Hoat-ong kalau dia teringat dengan kemungkinan lain pangeran yang bakal dipilih oleh sang ayah, sehingga diam diam Sip Lun Hoat- ong juga bermaksud hendak melakukan perbuatan makar, dan secara diam-diam pula dia telah menyediakan tenaga bayaran buat disuatu saat melakukan gerakan menggulingkan sang ayah dari ranjang, eh; dari pucuk pimpinan pemerintahan.

Ada beberapa kelebihan Sip Lun Hoat-ong ini, kalau dibanding dengan beberapa pangeran yang lainnya. Kelebihannya ini antara lain tentang kebolehan tampangnya. Tampangnya yang mirip play-boy kelas super jetset alias kelas istana pintar ngoceh melepas rayuan- gombal; dan pintar bermain diranjang sehingga dia sering nyasar keatas ranjang ibu tiri alias para selir sri baginda maharaja. Sekilas pernah terpikir oleh Sip Lun Hoat-ong bahwa dia ingin coba-coba merayu sri ratu yang umurnya lebih tua dari ibunya; oleh karena dia menganggap bakal cepat menjadi raja kalau bisa membikin sri ratu jadi tergila- gila. Akan tetapi ternyata sri ratu sudah 'dingin' bahkan sudah beku seperti es yang membatu, sehingga sia-sia Sip Lun Hoat ong melepas rayuan gombal; namun berhasil juga dia memikat kucing belang yang piaraan sri ratu, yang jadi sering mengekor kalau Sip Lun Hoat-ong coba-coba memasuki kamar sri ratu.

Mengenai sri baginda maharaja mengambil seorang selir baru yang bernama Siu Lan memang telah diketahui oleh Sip Lun Hoat ong; dan pangeran yang 'play boy' ini mengakui bahwa selir yang baru itu benar-benar memiliki muka dan potongan tubuh yang aduhai, tanpa dia mengetahui bahwa 'orang baru' itu sebenarnya merupakan bekas si ‘inem' yang pernah bekerja pada Giok Lun Hoat- ong.

Pernah sekali Sip Lun Hoat ong mengintai dan melihat Siu Lan, waktu Siu Lan berada seorang diri didalam kamarnya selagi Siu Lan membikin sulaman yang entah berbentuk apa.

Terasa seperti kegajahan sepasang lutut Sip Lun Hoat- ong yang mengawasi gerak sepasang tangan Siu Lan ditambah dengan pakaian yang tipis tipis yang menempel ditubuh si ‘inem' yang sekarang sudah menjadi 'nyonya- besar'; terasa seperti mau copot hati Sip Lun Hoat-ong yang terus berontak kagak betah diam, hampir-hampir sip Lun Hoat ong nekad hendak memasuki kamar itu, namun dia menyadari kepalanya bisa copot kalau dia berani memasuki kamar selir bapaknya disiang hari bolong terpaksa dia harus menunggu waktu malam dan selagi sinar bulan bersinar remang-remang.

Akan tetapi kenyataannya setiap malam sri baginda maharaja masih betah ngumpet di kamar si Inem; sehingga Sip Lun Hoat ong kagak kebagian kesempatan buat ikut nyeplos kedalam kamar itu. Tiga bulan dia harus menunggu, dan selama tiga bulan itu sudah tentu dia merasa terlalu lama; bahkan selama tiga bulan dia mengintai buat mencari kesempatan, ternyata tiga kali dia kepergok oleh Shiang Hwa yang memang menyimpan rasa curiga, sehingga selama tiga kali itu Sip Lun Hoat-ong 'nyasar' memasuki kamar Shiang Hwa, bukan memasuki kamar Siu Lan. “Kalau kau berani coba-coba memasuki kamar kuntilanak itu, akan saya beritahu ayahmu; supaya kepala kau copot...." Shiang Hwa mengancam selagi dia berdua Sip Lun Hoat-ong sempat main cubit-cubitan.

"E-eh, kalau kau berani mengadu, akan saya beritahukan kepada ayah bahwa kau sering nyubit-nyubit saya; dan saya bahkan mempunyai bukti menyimpan celana dalam "

sahut Sip Lun Hoat-ong yang bersenyum simpul; dan melambaikan celana dalam Shiang Hwa yang warna merah-jambu bikin Shiang Hwa marah-marah manja dan menerkam seperti seekor lembu, maksudnya ingin merebut celana dalam yang dicuri oleh sang cowok komersil; namun Sip Lun Hoat-ong sangat tangkas bisa menyulap celana dalam itu menghilang, masuk kebagian dalam lengan baju yang potongan cut-brai.

Shiang Hwa semakin jadi penasaran, dirangkulnya sang playboy kelas jetsets itu; akan tetapi waktu sang pangeran memberikan cup cup dicampur sedikit aji-no-moto Shiang Hwa langsung bertekuk lutut, lemas sepasang lututnya yang bukan lagi kegajahan.

Repot Sip Lun Hoat ong yang harus mengangkat tubuh yang sudah terkulai itu direbahkan ditempat tidur; akan tetapi sang pangeran itu akhirnya mendapat tambahan 3 lembar celana dalam buat koleksi tabungannya yang sudah cukup banyak. Hobby.

Pada suatu malam dan selagi sinar bulan nongol remang- remang, Sip Lun Hoat-ong mendapat kesempatan bertemu dengan Siu Lan; selagi si ‘inem’ yang 'nyonya besar' itu sedang duduk seorang diri didalam taman bunga.

Dilihatnya oleh Sip Lun Hoat-ong bahwa saat itu sang kuntilanak, eh-sang bidadari sedang duduk melamun seorang diri; entah apa yang sedang diawasi, tetapi yang jelas bikin hati jadi tercuri.

Berindap-indap Sip Lun Hoat-ong tambah mendekati, nengok-nengok takut ada yang pergoki; mengakibatkan sebelah kakinya nyangkut kena akar pohon kembang melati sehingga pangeran itu ngusruk dekat kaki sang bidadari.

Kaget Siu Lan yang secara mendadak kejatuhan bulan, dan sepasang kakinya dipegang erat-erat bikin dia kagak bisa bangun dan kagak bisa lari; dan dia menjadi lebih kaget lagi waktu menyadari bahwa yang memegang sepasang kakinya itu, adalah seorang laki-laki muda yang tidak dikenalnya. Nunduk-nunduk Siu Lan ingin mengawasi muka laki-laki itu, membikin dia harus nungging-nungging melakukannya, ditambah sinking-sinking alias miring- miring; kalau kita minjam istilah Alstair Mclain yang bikin ceritera kapal perang Amerika diterjang telur pesawat terbang Jepang.

Waktu muka lelaki itu dongak-dongak tanpa didongkrak, sempat hati Siu Lan berontak seperti nyepak-nyepak, entah ngajak ajojing atau entah ngajak ngibing. Yang jelas Siu Lan tetap nungging kagak bisa duduk lurus, selagi jiwanya merasa bergetar dan sepasang tangannya ikut gemetar; sehingga dua hidung mereka hampir nyerempat-nyerempet, seperti ngajak 'cup-cup'.

Didalam hati Siu Lan menilai, bahwa laki-laki itu masih muda dan seperti arjuna (kalau nginjam istilah Ku Lung seperti 'Tong Tay Cu', katanya); bibirnya tipis seperti bibir cewek, mukanya putih-klimis bukan model Sie Jin Kwie, senyumnya selangit dan sepasang matanya bersinar gemerlapan seperti bintang-bintang yang diatas sana, dan sinar mata yang ini benar benar bisa bikin jantung ngajak dang-dut.

Nah, apa lagi yang mau dikata atau diketik, kalau dua hidung sudah mepet nyelekit, yang satu nungging-nungging yang lain oleng-oleng seperti ketiup angin, bikin dua hidung mereka gesek-gesek yang bukan digosok-gosok, malu-malu macan. Tetapi kurang ajarnya, hidung sang pangeran kena nyentuh di balik daun telinga Siu Lan; membikin jantungnya bukan lagi dangdut, tetapi terbalik menjadi dut- dang.

"E-eh siapa kamu berani nyentuh-nyentuh hidung dengan aku ...?" Siu Lan yang bersuara duluan; ngomel- ngomel walaupun suaranya seperti bisik-bisik. "Heh-heh ..." Sip Lun tertawa dua kali heh; setelah itu buru-buru dia nyambung bicara:

"... gini-gini aku ini adalah anakmu, meskipun cuma anak tiri , .."

"Hi-hi ...” ikut Siu Lan tertawa dua kali hi ; setelah itu

baru dia berkata :

"Hamil saja belum, koq tahu-tahu aku dianggap sudah punya anak yang segede gajah ..."

"Heh-heh heh ...'; tiga kali 'heh' Sip Lun tertawa, bukan lagi cuma dua kali: bahkan tambah besar suaranya, selagi hatinya ikut terasa bertambah besar alias tambah berani mulai dia ngoceh, melepas rayuan gombal:

"Kamu kan bini raja, dan aku anak raja; jadi antara kamu dan aku .. ,"

“Hihi-hi ...” Siu Lan memutus perkataan Sip Lun dengan tawa tiga kali 'hi'; selagi merdu suaranya, kalau menurut yang dinilai oleh Sip Lun. Setelah itu, ganti Siu Lan yang bicara;

"Antara kamu dan aku, ada dinding tembok yang jadi

perintang….”

"Tetapi, dinding tembok itu ada jendelanya..." ganti Sip Lun yang memutus perkataan Siu Lan; berhasil membikin Siu Lan menambah tawa menjadi 5 x 'hi'. Juga Sip Lun 5 kali 'hi'.

Setelah itu Siu Lan yang bicara lagi; "Nama kamu siapa sih... ?"

"Sip...”

"E-eh, koq seenaknya ..."

"Bukan se-mau gue, tetapi benar-benar sip ..." “Apanya yang sip ?"

“Beres, semanis empedu ..”

"Idiiih hi-hi hi .. ,!" Siu Lan tertawa lagi, tiga kali 'hi" plus tanda seru; artinya tambah keras suaranya tambah girang hatinya, merasa punya kesempatan bisa berkenalan dengan seorang pangeran yang anak raja, tetapi entah selir keberapa.

"Kamu anak dari selir yang keberapa ...?" Siu Lan menanya, ingin memperoleh ketegasan.

“Bukan dari selir, tetapi dari bini muda. " sahut Sip Lun

yang kelihatan bangga.

''Oh! bini muda yang keberapa ... ?" tanya Siu Lan; ikut girang dan bertambah besar hatinya. Lumayan kalau dari bini muda, kalau dari selir kagak ada harganya!

Sementara itu Sip Lun tambah nyengir, karena merasa bertambah bangga:

"Tiga belas "

"Buset ! ada berapa sih bini muda raja, disamping sri ratu dan 17 selir selir..?” kaget juga Siu Lan mendengar jawaban Sip Lun; ngeri, ingat angka 13 !

Sementara itu Sip Lun tambah nyengir dan berkata semau gue:

Posting Komentar