Sebenarnya Peng-say lagi menggigil kedinginan, ia bertahan sekuatnya sehingga tidak sempat memperhatikan sikap si nona.
Agar giginya tidak gemertuk, ia berkata pula, "Jika.
jika Ciamtay kongcu memiliki tampang muka yang bagus, agaknya cukup setimpal juga.
" " "Sudahlah.
jangan omong lagi!" teriak Kim-leng mendadak dengan aseran.
Peng-say melengak, seketika ia menggigil sehingga giginya gemertuk.
Kim-leng mengira anak muda itu menjadi takut karena dimarahmya, dengan menyesal ia berkata: "Maaf, tidak seharusnya kumarah padamu.
" "Ti.
tidak apa.
" Peng-say menggeleng.
"Sebenarnya tak dapat kukatakan tidak kenal dia," tutur Kim-leng seteleh menghela napas.
"Sebab pada waktu aku berusia lima tahun sudah kukenal dia bernama Ciamtay Boh-ko " "O, kiranya kalian kenal sejak kecil, pantas jauh2 dia datang dari lautan timur sana untuk melamar dirimu." kata Peng-say.
Kini Peng-say mulai tidak merasakan kedinginan lagi, rasa dinginnya sekarang malahan terasa segar dan enak, terasa 36 ribu pori di tubuhnya sedang mengisap hawa dingin dengan kuat, makin banyak pori2 itu mengisap, makin segar pula rasanya, mirip orang minum air es di musim panas, "Juga tak dapat dikatakan kenal sejak kecil, sebab mendiang ibuku tidak mengizinkan aku ber-main2 dengan dia, bertemu saja dilarang," tutur Kim-leng pula "O, jadi ibumu pernah membawa kau ke lautan timur sana?" "Aku sendiri dilahirkan di lautan timur sana, sampai berumur lima baru ikut ibu meninggalkan sana." "Oo!" Peng-say bersuara heran, ia menjadi sangsi, kalau si nona lahir di lautan timur sana, lalu siapa ayahnya" Tiba2 Sau Kim-leng menghela napas sedih, katanya pula: "Kutahu engkau tentu menyangsikan asal-usulku, memang sudah jelas aku bukan puteri dari Sau Cing-in, dia sudah hilang 27 tahun lalu, sedangkan umurku baru 20 ...
" "Sia ...
siapakah ayah nona" ...." "Ciamtay Cu-ih," jawab Kim-leng.
"Ahhh," Peng-say bersuara kaget, sejenak kemudian baru ia berkata pula: "Pantas kau memaki Ciamtay Boh-ko sebagai binatang." "Ciamtay Cu-ih telah membikin susah ibuku, sekarang menyuruh anaknja mencelakai diriku pula seperti hewan," kata Kim-leng dengan gemas Peng-say merasa bingung, ia bertanya: "Apakah Ciamtay Cu-ih tidak tahu kau adalah puterinya" "Masa dia tidak tahu" Apa yang telah diperbuatnya mustahil dia tidak tahu," jawab Kim-leng dengan gregetan.
"Dan Ciamtay Boh-ko?" "Sudah tentu iapun tahu aku ini adik perempuannya!" kata Kim-leng.
Teringat oleh Peng-say sebelum masuk rumah tadi Ciamtay Boh-ko telah berteriak dan mengaku "kakanda" terhadap Sau Kim-leng, disangkanya ucapan tersebut hanya sebagai kata2 rayuan saja, tak tersangka memang benar.
Di dunia ini ternyata ada kakak ingin memperisteri adik perempuan sendiri, jelas ini perbuatan abnormal, melanggar susila tata keluarga, sungguh kejadian yang aneh.
Dengan gemas Peng-say juga berkata: "Percuma Ciamtay Cu-ih termasuk satu diantara 'Su-ki' (empat tokoh ) yang disegani, tadinya kukira dia pasti seorang kosen yang bijaksana, tak terduga dia malah menganjurkan anaknya sendiri melakukan perbuatan asusila seperti binatang." Apapun juga Hong-hoa-wancu Ciamtay Cu-ih tetap ayah kanduhg Sau Kim-leng, lantaran gemasnya Peng-say memaki tokoh itu seperti binatang, tentu saja terasa tidak enak bagi pendengaran Sau Kim-leng.
Segera Peng-say melihat sikap kikuk si nona, ia menyadari ucapan sendiri yang menyinggung perasaan itu, ia cepat menyatakan penyesalannya: "Maaf, nona, bila ucapanku tidak pantas.
" "Aku tidak menyalahkan kau," ujar Kim-leng gegetun.
"Mempunyai ayah begitu.
tentu tidak terhindar dari makian orang.
Apabila kuingat aku ini anaknya, sungguh akupun malu dan ingin mati saja, Entah.
entah setelah kau tahu persoalan ini, apakah selanjutnya kau tetap baik terhadapku"...." "Aku hanya menganggap engkau adalah puteri Saucianpwe," kata Peng-say.
"Kau tidak mencela asal-usulku?" tanya Kim-leng dengan hati terhibur.
Peng-say mengangguk, katanya: "Sudahlah, urusan ini tidak perlu kita menyinggungnya lagi, selamanya akan kuanggap engkau adalah ahli waris Pak-cay, apabila suatu hari dapat kutemukan setengah Siang-liu-kiam-boh yang lain pasti akan kukembalikan kepadamu." Saking terharunya hampir Sau Kim-leng mencucurkan air mata, katanya: "Ini sih tidak perlu, Siang-liu-kiam-boh juga tak berguna bagiku.
Pula aku bukan keturunan Pak-cay yang sesungguhnya, aku tidak berhak mendapatkan Siang-liu-kiam-boh.
" "Salah ucapan nona," ujar Peng-say sambil menggeleng.
"Keluarga Sau dari Pak-cay hanya mempunyai puteri she Sau seperti dirimu ini, bilamana kau tidak berhak mendapatkan Siang-liu-kiam-boh, lalu siapa yang berhak?" "Tapi.
tapi aslinya aku she Ciamtay.
" Peng-say terdiam sejenak, pikirnya: "Di dunia ini tidak ada ayah-ibu yang salah, tampaknya betapapun kotor dan rendahnya Hong-hoa-wancu, pada suatu hari akhirnya nona ini juga akan mengakuinya sebagai ayah." Setelah termenung sejenak, lalu ia bertanya; "Dan bagaimana sekarang" Apakah nona sudah mengambil sesuatu keputusan" Melulu bersembunyi kukira juga bukan cara yang baik.
" "Tapi selain bersembunyi apapula yang dapat kuperbuat?" ujar Kim-leng dengan sedih.
"Liok-ma jelas bukan tandingannya, lalu siapa pula yang sanggup melindungi diriku?" Jiwa ksatria Soat Peng-say segera membangkitkan semangatnya dan akan mengajukan kesediaannya membela si nona, tapi bila teringat pihak lawan teramat lihay, saimpai Liok-ma juga mengaku bukan tandingannya, kan berarti dirinya terlalu tidak tahu diri.
Maka setelah berpikir, lalu ia berkata: "Selama dua tahun konon Ciamtay Boh-ko telah datang mencari kau dua kali, ini menandakan dia tidak pernah meninggalkan daratan Tionggoan dan bertekad harus mendapatkan nona.
Sekarang kau kepergok dirumah, kukira urusan tidak mudah diselesaikan.
Sekalipun nanti Liok-ma dapat mengenyahkan dia, selanjutnya dia tetap akan mengacau lagi ke sini.
Jalan yang paling baik kukira harus mematikan hasratnya untuk mendapatkan dirimu, maka menurut pendapatku.
" " "Jika Kongcu mempunyai saran yang baik, mohon memberi petunjuk," pinta Kim-leng.
"Saran baik juga bukao," jawab Peng-say.
"Kukira engkau harus bicara berhadapan dengan dia dan membujuknya secara persaudaraan." "Dan kalau dia tidak menurut?" "Ciamtay Boh-ko adalah keturunan tokoh teekemuka kukira tidak sampai bertindak secara ngawur, andaikan sukar dibujuk, apakah benar dia berani membawa kau pulang ke Tang-hay?" "Hakikatnya dia memang hewan, masa tidak berani?" ujar Kim-leng.
"Menurut perkiraanku, meski Ciamtay Boh-ko menyatakan hendak menikahi kau dan membawa kau ke Tang-hay, bisa jadi apa yang dilakukannya ini bukan atas perintah sang ayah, apabila nanti ayahnya mengetahui kau adalah puterinya, tidak nanti dia membiarkan puteranya sendiri bertindak ngawur begitu." "Memangnya kau kira setelah aku dibawa ke Tang-hay, lalu Hong-hoa-wancu akan mencegah perbuatan Ciamtay Boh-ko yang melanggar susila ini?" "Kukira pasti akan dilakukannya," ujar Peng-say.
"Hong-hoa-wancu bukanlah penduduk asli kepulauan yang masih biadab di lautan timur sana, lihat saja nama Hong-hoa-wancu, jelas ini nama istana kerajaan Sui-yang-te pada dinasti Sui dan Tong dahulu.
Nama Ciamtay Cu-ih sendiri juga cangkotan nama murid nabi Khongcu, jelas Hong-hoa-wancu tidak pernah melupakan adat istiadat Tionggoan meski dia bertempat tinggal jauh di lautan timur sana.
Kalau sudah begitu, mustahil dia memperkenankan anaknya sendiri melanggar susila tata kekeluargaan" Kukira pasti disebabkan Ciamtay Boh-ko dilahirkan dan dibesarkan di lautan timur sana, dia tidak tahu adat kebiasaan Tionggoan, bisa jadi untuk pertama kalinya dia berkunjung ke Tionggoan sini dan mendengar kecantikan nona yang tiada bandingannya, maka tanpa menghiraukan nona ini terhitung adik perempuannya, tapi memaksa akan mengisterikan dirimu.
Tapi bila sudah pulang ke Tang-hay, mustahil Hong-hoa-wancu takkan mencegahnya?" Mendengar dirinya dipuji Peng-say sebagai cantik tiada bandingannya, Kim-leng menjadi malu, katanya: "Diriku hanya gadis gunung biasa saja, manabisa dikatakan cantik tiada bandingannya...." "Ini memang kenyataan, bukan muksudku hendak menyanjung nona," ucap Peng-say.
Pembawaan orang perempuan suka pada kecantikan, lebih2 bila orang memujinya cantik, betapapun pasti merasa senang.
Dengan sendirinya Sau Kim-leng juga suka dipuji.
Ia tersenyum, lalu berkata pula: "Tapi Kongcu cuma tahu yang satu dan tidak tahu yang dua." "O, masa masih ada persoalan lain?" "Memang betul seperti dugaan Kongcu tadi.
Hong-hoawancu memang pengagum kebudayaan Tionggoan, maka tempat tinggalnya telah dibangun sedemikian rupa sehingga menyerupai istana raja.
Tapi hakikatnya dia tidak menghiraukan tata adat Tionggoan, dia merajai dunia lautan timur sana dan berbuat sesukanya, bahkan adat kebiasaan busuk setempat juga dianutnya." Peng-say terkejut.
tanyanya: "Apakah di sana ada adat kebiasaan perkawman di antara saudara sekandung sendiri"!" Kim-leng mengangguk, katanya: "Ketika ibuku menyelidiki hilangnya ayah di pertemuan Ki-lian-san, setelah mengunjungi Lam-han dan Se-koan, ibu lantas menyeberang ke lautan timur sana.
Sungguh malang, perjalanan kesana telah tertahan selama tujuh tahun, sebab ibu terjeblos ke sarang iblis, beliau bukan tandingan Honghoa-wancu sehingga diperlakukan tidak senonoh.