Mutiara Hitam Chapter 47

NIC

"Mari kita pergi."

Hwesio tua itu mengebutkan lengan bajunya yang lebar, lalu melangkah keluar sambil berliam-keng (membaca doa), diikuti oleh empat orang muridnya. Kwi Lan dan Siangkoan Li mengikuti mereka dengan pandang mata sampai mereka itu mulai mendaki bukit menuju ke markas Lu-liang-pai.

"Engkau benar, Kwi Lan. Orang harus dapat menentukan langkah sendiri, mempertimbangkan perbuatan sendiri kemudian mempertanggung jawabkannya sendiri pula. Terima kasih atas segala bantuanmu, Kwi Lan. Sekarang terbukalah mataku. Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk membangun kembali Thian-liong-pang sebagai sebuah perkumpulan orang-orang gagah sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat, terjunjung tinggi namanya di dunia kang-ouw. Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa tidak sia-sia Ayah mempunyai seorang anak seperti aku."

Ucapan ini bersemangat sekali dan pemuda itu berdiri dengan kedua kaki terpentang lebar, kedua tangan terkepal dan mukanya yang tampan kehilangan kemuramannya, kini tampak berseri dan bercahaya. Kwi Lan tersenyum lebar, menghampiri dan memegang tangan pemuda itu.

"Bagus. Sekarang aku dapat dengan hati ikhlas dan dada lapang melepasmu pergi, Siangkoan Li. Kelak aku pasti akan datang mengunjungi Thian-liong-pang di bawah pimpinanmu."

Pemuda itu memandangnya tajam.

"Apa? Kau.. kau tidak ikut bersamaku?"

Kwi Lan menggeleng kepala.

"Sungguh lucu, bukan? Tadinya engkau yang selalu menyuruh aku pergi akan tetapi aku tidak mau meninggalkanmu. Sekarang aku yang hendak meninggalkanmu akan tetapi engkau yang sebaliknya menghendaki aku membantumu. Sekarang engkau dapat berdiri sendiri, Siangkoan Li, dan urusan Thian-liong-pang bukanlah urusanku, melainkan urusan pribadimu. Betapapun juga, aku girang sekali telah dapat bersahabat denganmu. Engkau seorang pemuda yang amat hebat"

"Kwi Lan.. ahhh.."

"Ada apa? Kenapa kau meragu lagi?"

"Kwi Lan.., terus terang saja. hemm, sekarang ini.. terasa amat berat bagiku untuk berpisah darimu. Tidak.. tidak dapatkah kita.. eh, bersama selalu..?"

"Ehm.. ehm.."

Untung pengemis yang terlupa dan masih tidur di sudut depan itu terbatuk-batuk sambil menggaruk-garuk pundak yang agaknya digigit kutu bajunya sehingga suasana tak enak dan mencekam setelah kata-kata Siangkoan Li itu menjadi buyar seketika. Siangkoan Li ingat bahwa dia berada dalam warung di mana terdapat pengemis itu dan juga pengurus warung yang berada di dalam, maka ia pun lalu tersenyum dan berkata.

"Maaf, Kwi Lan. Kembali aku terseret dalam kelemahan. Engkau benar. Kita harus mengambil jalan kita masing-masing dan kelak bertemu kembali dalam suasana yang lebih baik, setelah tugas kita masing-masing selesai. Nah, selamat tinggal dan selamat berpisah, Kwi Lan"

Jari tangan yang menggenggam tangan Kwi Lan itu seakan-akan memancarkan hawa hangat yang menjalar dari tangan Kwi Lan terus ke dalam hatinya. Ia memandang mesra kemudian menarik kembali tangannya.

"Selamat jalan, Siangkoan Li. Engkau orang baik, tentu kau akan berhasil dalam tugasmu. Sampai berjumpa pula kelak.."

Dengan wajah berseri dan langkah lebar, Siangkoan Li meninggalkan warung itu dan tak lama kemudian ia telah berlari-lari cepat dan lenyap dari pandang mata Kwi Lan yang mengikutinya. Gadis itu termenung sejenak, lalu menghela napas panjang dan memanggil pemilik warung. Setelah membayar harga makanan, ia pun lalu membawa bungkusan pakaiannya dan meninggalkan warung itu.

Kita tinggalkan dulu Kam Kwi Lan yang berpisah dari Siangkoan Li untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke Khitan menemui ibu kandungnya. Marilah kita menengok keluar, ke dunia kang-ouw. Seperti telah disinggung oleh manusia dewa Bu Kek Siansu ketika memberi nasihat kepada Pak-kek Sian-ong dan Lam-kek Sian-ong, di dunia kang-ouw, terutama di kalangan golongan hitam, terjadi perubahan hebat semenjak lenyapnya Thian-te Liok-koai dari permukaan dunia penjahat. Lenyapnya enam orang tokoh besar dunia hitam ini membuat golongan hitam menjadi lemah kedudukannya dan kuncup nyalinya. Apalagi, pemerintah Sung dengan secara tidak langsung dibantu oleh para pendekar, mendapat angin baik dan di mana-mana para pendekar berusaha membasmi golongan hitam sehingga banyaklah golongan hitam tidak berani lagi memperlihatkan diri secara berterang.

Untuk menjaga kelangsungan hidup mereka, kaum hitam ini menyelundup ke dalam perkumpulan-perkumpulan bersih seperti yang dilakukan ke dalam Thian-liong-pang dan sebagian besar perkumpulan pengemis sehingga banyaklah perkumpulan-perkumpulan baik berubah menjadi sarang mereka yang dikejar-kejar itu. Kemudian timbul desas-desus yang menggembirakan dan membangkitkan semangat golongan hitam yaitu dengan turunnya pentolan-pentolan yang kabarnya malah memiliki kesaktian lebih hebat daripada mendiang Thian-te Liok-kwi"

Disebut-sebut oleh golongan hitam ini nama-nama tokoh yang selama ini tidak terkenal di dunia kang-ouw, pendatang-pendatang baru dari empat penjuru dan yang sebelum muncul sudah memiliki pengikut-pengikut yang memilih jagoan masing-masing untuk dijadikan semacam "datuk"

Mereka.

Orang pertama yang disebut-sebut adalah Siang-mou Sin-ni (Wanita Sakti Berambut Wangi), seorang di antara Thian-te Liok-kwi yang belum tewas. Karena dia merupakan seorang tokoh wanita, tentu saja yang memuja dan menjagoinya adalah golongan hitam kaum wanita yang akhir-akhir ini banyak muncul di dunia sebelah selatan. Semenjak dikalahkan oleh Suling Emas (baca CINTA BERNODA DARAH ), iblis betina ini melarikan diri dan bersembunyi di sebuah pulau kosong di pantai selatan, di mana selain menggembleng diri dengan ilmu-ilmu baru, ia juga menerima murid-murid perempuan yang cantik-cantik dan kesemuanya berambut panjang terurai tidak digelung dan ia menciptakan sebuah barisan wanita yang disebutnya Siang-mou-tin (Barisan Rambut Wangi). Akan tetapi belasan tahun lamanya Siang-mou Sin-ni melarang murid-muridnya mencampuri urusan luar, ia sendiri tak pernah terjun ke dunia kang-ouw.

Orang ke dua adalah seorang tokoh dari dunia barat yang tak dikenal orang, namun yang namanya menggemparkan perbatasan dunia barat. Begitu muncul, dia mengacau di antara para dunia pengemis dan dikabarkan bahwa dia telah membunuh dua ratus lebih orang pengemis golongan putih dengan cara yang luar biasa kejamnya, yaitu mempergunakan senjata yang istimewa, sebuah gunting yang besar sekali. Dia ini dijuluki Bu-tek Siu-lam (Si Tampan Tanpa Tanding). Karena munculnya telah melakukan perbuatan membasmi golongan pengemis putih, tentu saja namanya disanjung-sanjung oleh para pengemis golongan hitam yang berusaha untuk mengambil alih kekuasaan di dunia pengemis. Bu-tek Siu-lam ini dikabarkan selain lebih lihai daripada raja pengemis jahat It-gan Kai-ong, juga lebih kejam dan amat aneh. Orangnya tampan, pakaiannya hebat luar biasa, lagak bicaranya seperti perempuan genit.

Orang ke tiga adalah Jin-cam Khoaong (Raja Algojo Manusia) atau yang menamakan dirinya Pak-sin-ong, seorang tokoh utara berbangsa campuran antara Mongol dan Khitan. Kabarnya dia itu masih keturunan mendiang Hek-giam-lo itu tokoh Thian-te Liok-kwi (baca CINTA BERNODA DARAH ). Pak-sin-ong (Raja Sakti Utara) atau Jin-cam Khoa-ong ini juga amat kejam, senjatanya sebuah gergaji berkait dan ia bercita-cita untuk menjadi Raja Khitan dan kini menjadi buronan Kerajaan Khitan. Orang ke tiga ini pun mempunyai banyak anak buah, yaitu orang-orang Mongol dan Khitan yang tidak suka kepada Ratu Yalina dari Kerajaan Khitan. Juga banyak tokoh dunia hitam bagian utara yang mengagumi kesaktian kakek ini menyatakan takluk dan menggabungkan diri atau lebih tepat bernaung di bawah pengaruh Pak-sin-ong.

Orang ke empat di antara deretan datuk-datuk dunia hitam ini adalah seorang kakek tua renta yang kurus dan mukanya selalu menyeringai, berjuluk Siauw-bin Lo-mo (Iblis Tua Tertawa). Dia ini adalah paman guru Sin-seng Losu Ketua Thian-liong-pang, maka dapat dibayangkan betapa tinggi ilmu kepandaiannya. Karena di waktu mudanya dahulu Siauw-bin Lo-mo adalah seorang bajak laut, maka sekarang pun para pengikutnya sebagian besar tokoh-tokoh bajak laut dan bajak sungai.

Orang ke lima di antara para tokoh adalah seorang raksasa yang mukanya seperti monyet, bahkan julukannya pun Thai-lek Kauw-ong (Raja Monyet Bertenaga Kuat). Tokoh ini muncul dari kepulauan di laut, dan entah berapa ratus tokoh sudah dirobohkan oleh kakek ini semenjak ia mendarat di pantai timur sampai perantauannya ke daratan tengah. Sampai kini belum pernah ada jago silat yang mampu mengalahkan sepasang senjatanya yang aneh dan lucu, yaitu sepasang gembreng alat musik yang biasa dipakai bersama tambur dan canang untuk mengiringi tarian dan permainan barongsai atau liong. Keanehan kakek ini adalah bahwa tidak seperti tokoh lain, ia tidak mempunyai murid, juga tidak mempunyai pengikut. Ia malang-melintang seorang diri di dunia kang-ouw dan kesukaan satu-satunya hanyalah berkelahi dan mengalahkan tokoh-tokoh besar.

Pagi hari itu amat ramai di Puncak Cheng-liong-san yang biasanya amat sunyi. Puncak gunung ini merupakan sebuah di antara puncak-puncak yang paling sunyi, tak pernah didatangi manusia karena selain sukar mencapai puncak ini, juga di sekitar gunung ini menjadi sarang binatang buas dan seringkali dijadikan sarang manusia-manusia buas pula. Pagi hari ini pun puncak Cheng-liong-san menjadi pusat pertemuan di antara orang-orang golongan hitam yang sudah berjanji untuk mengadakan pertemuan awal dalam menghadapi pertemuan para tokoh mereka untuk mengadakan pemilihan beng-cu (ketua) yang akan memimpin para tokoh dunia hitam menghadapi para pendekar golongan putih.

Semenjak malam tadi, berbondong-bondong orang kang-ouw mendatangi puncak itu. Ada rombongan terdiri hanya dari dua tiga orang, akan tetapi ada pula rombongan besar terdiri dari belasan orang, bahkan sambil membawa bendera lambang perkumpulan mereka segala. Pagi hari itu sudah ramailah puncak, penuh dengan orang-orang yang bermacam-macam pakaiannya. Ada yang masih amat muda, ada pula yang sudah kakek-kakek. Ada yang berpakaian mewah seperti seorang jutawan, ada yang berpakaian pedagang, ada seperti guru silat, dan banyak pula yang berpakaian pengemis. Biarpun bermacam-macam, sesungguhnya mereka itu sama, yaitu orang-orang jahat yang selalu mendatangkan kekacauan di dunia ini. Tampak bendera mereka berkibar dengan sulaman bermacam-macam lambang.

Posting Komentar