"Dan makan minum tanpa menawarkannya kepada kita yang lapar dan haus!!
Mendengar ucapan kedua orang itu, Cin Liong menjawab.
"Kalau kalian lapar dan haus, mari ikutlah makan minum seadanya.!
Akan tetapi orang ke tiga, yang matanya buta sebelah, yaitu tinggal mata kanan saja yang tinggal, melangkah maju dan menghardik.
"Orang muda, jangan berlagak! Hayo kau tanggalkan semua pakaian itu dari tubuhmu, kemudian pergi dari sini, tinggalkan pakaian, buntalan dan kuda, dan jangan banyak cerewet lagi!!
Cin Liong mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa orang ini tidak bergurau, dan kini dua orang yang lain sudah pula menyeringai dan tangan mereka mengusap gagang golok. Sialan, pikirnya, bertemu dengan perampok-perampok rendah.
Dia melanjutkan minum araknya dari botol. Setelah menelan roti dan arak yang berada di dalam mulutnya, dia meletakkan botol arak di depannya, menambah kayu pada api unggun lalu berkata tenang.
"Hemm, kiranya kalian hanya perampok-perampok kecil yang hendak merampok seorang kelana yang kemalaman di sini.!
"Bocah setan! Kau menghina! Kami bukan perampok-perampok kecil, kami bergerak di bidang yang lebih besar. Awas mulutmu!!
"Kalau bukan perampok, mengapa hendak merampok aku?!
"Ha-ha-ha, kami sedang bergembira. Kami tidak mau membunuhmu, hanya menukar nyawa dan badanmu dengan semua pakaian dan kuda yang kaumiliki. Hayo, cepat lakukan perintahku atau engkau akan menjadi pengiring arwah keluarga Pulau Es, ha-ha-ha!!
Tentu saja Cin Liong terkejut dan heran sekali mendengar disebutnya keluarga Pulau Es.
"Hemm, apa maksudmu membawa-bawa nama keluarga Pulau Es dalam urusan ini?! tanyanya, sikapnya tetap tenang.
"Ha-ha-ha, itulah mengapa kami bergembira dan hendak merayakannya malam ini! Kami akan membasmi keluarga Pulau Es, kemudian keluarga Gurun Pasir, dan semua tokoh pendekar akan kami basmi, dan kami akan merajai dunia kembali, akan bebas dari gangguan mereka. Ha-ha-ha!!
Cin Liong menjadi semakin heran, akan tetapi dia mengira bahwa tentu orang-orang ini sudah mabok, maka diapun lalu berkata sebal.
"Sudahlah, kalian ini agaknya orang-orang gila. Pergilah dan jangan menggangguku lagi!!
"Hei, bocah lancang mulut! Berani kau memaki kami gila? Engkau sudah bosan hidup, ya?! Seorang di antara mereka sudah mencabut golok dan menerjang maju, mengayun goloknya ke arah leher Cin Liong yaug masih duduk menghadapi api. Diam-diam Cin Liong menjadi marah sekali. Sungguh orang-orang ini kejam luar biasa, begitu saja hendak membunuhnya tanpa sebab sama sekali. Orang macam ini merupakan penyakit dalam masyarakat dan tentu akan selalu mendatangkan bencana kalau tidak dibasmi atau setidakmya diberi hajaran keras.
Cin Liong menggerakkan tangannya. Sepotong kayu meluncur dan menghantam pergelangan tangan.
"Takk! Aduh....!! Biarpun orang itu kuat, namun hantaman kayu itu bukan hantaman biasa, melainkan totokan yang tepat mengenai jalan darah sehingga tangannya seketika terasa lumpuh dan golok itupun terlepas. Dan sebelum orang itu dapat menyingkir, tangan kiri Cin Liong bergerak ke depan.
"Desss!! Orang itu kena dijotos perutnya dan tubuhnya terlempar ke belakang, menabrak dinding dan diapun terbanting roboh tak bergerak lagi. Semaput!
Orang ke dua yang melihat betapa kawannya roboh dalam segebrakan saja, menjadi terkejut dan marah sekali.
"Keparat, berani engkau memukul kawanku?! bentaknya dan diapun sudah mencabut golok, mengeluarkan bentakan nyaring dan meloncat ke depan, goloknya terayun dan membabat dengan kecepatan kilat dan kekuatan besar ke arah tubuh Cin Liong. Akan tetapi, kembali tangan kiri Cin Liong bergerak dan segenggam pasir meluncur dan menyambar muka orang itu.
"Eh! Oh! Aughh....!! Orang itu gelagapan karena matanya penuh pasir, pedih dan gelap sehingga bacokannya ngawur dan dengan mudah Cin Liong mengelak tanpa pindah dari tempat duduknya. Ketika tubuh lawan itu terhuyung lewat, kaki Cin Liong terangkat "menyentuh! selakangnya, perlahan saja. Akan tetapi akibatnya hebat karena orang itu terpelanting, mengaduh-aduh dan berkelojotan, kedua tangannya mendekap selangkangan dan bergulingan seperti ayam disembelih, kemudian kejang dan semaput pula!
Melihat ini, agaknya si mata satu baru sadar bahwa pemuda yang masih tetap duduk di depan api unggun itu adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Dia dan dua orang kawannya bukan orang sembarangan dan sudah banyak malang melintang di dunia hitam, akan tetapi dua orang kawannya itu roboh segebrakan saja oleh pemuda yang sejak tadi tidak berpindah dari tempatnya. Tahulah dia bahwa dia takkan menang melawan pemuda itu, dan tiba-tiba si mata sebelah itu lalu membalikkan tubuhnya dan lari dari ruangan itu.
"Berhenti!! Cin Liong menghardik. Ketika orang itu tidak berhenti, dia lalu menyambar sebatang golok yang tadi terlepas dari tangan penjahat, melontarkannya ke depan. Golok itu meluncur seperti anak panah ke depan, menyambar ke arah si mata tunggal yang sudah tiba di pintu.
"Crottt! Aduuuhhh....!! Dan tergulinglah tubuh si mata tunggal, dengan paha kanan ditembus golok!
"Merangkaklah ke sini!! Cin Liong berkata sambil melanjutkan makan roti keringnya.
Si mata tunggal menoleh ragu, akan tetapi maklum bahwa kalau dia membangkang, tentu dia akan lebih celaka lagi. Maka diapun bangkit dengan susah payah, lalu merangkak dan memasuki ruangan itu kembali, mukanya penuh keringat dingin, mata tunggalnya melotot memandang ke arah pemuda yang sedang makan roti itu. Setelah minum seteguk arak untuk mendorong roti kering ke dalam perutnya, Cin Liong mengangkat muka memandang kepada si mata tunggal itu. Kembali si mata tunggal terkejut ngeri melihat betapa sinar mata pemuda itu mencorong seperti mata harimau!
"Ampun.... ampunkan saya....! Akhirnya si mata satu dapat juga mengeluarkan kata-kata setelah beberapa kali menelan ludah dengan hati penuh rasa takut.
Dengan sikap masih tenang seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu, Cin Liong berkata.
"Ceritakan apa maksudmu akan membasmi keluarga Pulau Es kemudian keluarga Gurun Pasir tadi. Awas, sekali engkau berbohong, engkau akan kubakar hidup-hidup!! Ucapan itu tenang saja, tidak seperti ancaman, akan tetapi si mata satu menggigil dan mukanya semakin pucat.
Bab 3 -
Sikap dingin dan tenang dari pemuda itu lebih mengerikan daripada sekedar ancaman kasar karena dia dapat merasakan bahwa ucapan itu sama sekali bukan ancaman kosong.!Kami.... ah, bukan kami yang akan melakukannya.... kami hanya orang-orang tingkat rendah saja, mana mungkin terbawa rombongan itu? Rombongan itu sudah berangkat siang tadi, akan menggunakan dua belas buah perahu layar besar menuju ke Pulau Es....!
Cin Liong tertarik. Dari sikap si mata satu yang ketakutan itu, dia dapat menduga bahwa orang ini tidak berbohong.
"Mereka siapa? Berapa orang banyaknya dan siapa yang memimpin?!
"Banyak sekali, sedikitnya ada lima puluh orang, semua dari tingkat atas. Kami bertiga hanya tingkat rendahan saja, tidak terpilih. Dan rombongan itu dipimpin oleh lima orang datuk dunia kami, datuk-datuk yang menjadi pucuk pimpinan.! Tiba-tiba si mata satu itu nampak lebih berani, agaknya membicarakan tentang datuk-datuk yang menjadi pimpinan golongannya itu menimbulkan semangat baru, atau dia mengharapkan pemuda ini akan menjadi gentar mendengarnya.
"Mereka itu siapa?! Cin Liong mendesak.
"Lima orang datuk pimpinan kami yang kini memimpin rombongan ke Pulau Es adalah Hek-i Mo-ong (Raja Iblis Jubah Hitam), Ngo-bwe Sai-kong (Saikong Berekor Lima), Si Ulat Seribu, Eng-jiauw Siauw-ong (Raja Muda Kuku Garuda), dan yang ke lima adalah Jai-hwa Siauw-ok (Si Jahat Kecil Pemetik Bunga)!! Berkata demikian, si mata satu itu melupakan penderitaan pahanya yang tertembus golok dan mata tunggalnya memandang ke arah wajah pemuda itu, mengharapkan pemuda itu menjadi gentar dan bersikap lunak kepadanya.