Cia Peng San merangkak bangun, ia maksudnya hendak menyerang lagi musuhnya, tapi diurungkan ketika dalam otak berkelebat pikiran lebih baik lari. Maka begitu ia sudah dapat menegakkan badannya sudah lantas kabur meninggalkan musuhnya.
co Tong Kang melengak. Ia tidak mau membiarkan musuhnya melarikan diri, maka lantas menguber. Pikirnya, kalau Ie Yong bisa mencegat larinya cia Peng San, tentu pecundang ini dapat dibekuknya. Tapi siapa nyana, setelah ia menguber melewati dua kamar batu ia dapatkan sibotak sedang membentak-bentak dan mundur mundur seolah-olah barusan ia habis dikerjai orang.
"Kau kenapa?" tanya co Tong Kang.
"Barusan aku kena dikerjai orang," jawabnya sambil mengusap-usap sikunya. "cia Peng San yang barusan datang ke-sini?"
"Bukan-"
"Hei, siapa lagi orangnya yang datang ke sini?" co Tong Kang berCekat hatinya. "Dia mengenakan kedok hitam," jawab si botak. "Menggunakan kedok hitam?" co Tong Kang mengulangi, heran.
"Ya. dia berkedok hitam dan pakaiannya juga serba hitam. Aku sedang lengah di kamar batu ke satu telah dipukul olehnya hingga aku mundur kesini. Aku tidak perhatikan pengawakannya, tapi dari gaya pukulannya seperti pukulan Ie su-pit (pit sejarah) dari Han Siauw ceng."
"oo, pantasan kau tidak berdaya, kalau orang ini yang menyelusup kesini. Kalau begitu kecuali dia tentu masih ada lain lain nya yang menyelusup kesini." si botak hanya memandang pada co Tong Kang yang sedang meng urut-urut jenggotnya.
"Jadi kau sudah buat terlepas cia Peng San bukan?" tanya co Tong Kang.
"Aku bukan sengaja membuat dia terlepas," jawab si botak. "Aku baru saja mau masuk ke jalanan got untuk mencegah larinya orang she cia itu. mendadak dari belakang aku sudah di serang orang. cepat aku menggosok serangan dan memutar tubuh menangkas susulan serangan orang itu, Tapi dia ada sangat tinggi ilmu silatnya, karena terus menerus aku dicecer dan mundur sampai ke-sini. cia Peng San menggunakan aku kedesak begini, rupanya dia sudah melarikan dirinya."
co Tong Kang manggutkan kepalanya. "Ya, si orang tua she Hui sudah muncul, aku tidak dapat mempersalahkan kau. sekarang kau berlaku sebagai mana biasa saja menurut rencana yang telah diatur. Nah, ini aku kasih dua butir pil, satu untuk dimakan dan lainnya untuk- dipakai diluar menyembuhkan lukamu. Tidak lama kesehatanmu pulih kembali." co Tong Kang berkata sambil menyerahkan obatnya.
"Terima kasih, Pocu." kata si botak dengan perasaan penuh terima kasih. Tidak lama kemudian telah menghilang dari situ.
Sementara itu Ho Tiong Jong dalam kamar tahanannya tiba tiba melihat munculnya si botak dekat pintu besi, siapa telah berkata.
"Hei, Tiong Jong, kaujangan ngimpi hendak kabur diluar penjagaan sangat rapihnya, kau tahu?"
Ho Tiong Jong mendongkol mendengar kata-katanya si botak ia menjawab.
"HMM botak. disini kau jangan menunjukkan botakmu yang buruk itu, apa kau anggap
kebagusan? Kalau tuanmu mau melarikan diri, jangan lagi kau, setan sekalipun tak dapat mencegahnya, kau mengerti?"
Ie Yang berteriak gusar, Ia paling tidak suka kalau kepalanya yang botak dipakai bahan omongan- Tapi kegusarannya tak dapat ditumplekkan kepada pemuda itu, karena ia tahu kalau Ho Tiong Jong sampai kenapa-apa nona Seng tentu tidak akan memberi maaf kepadanya. Malah Seng Pocu kelihatan menghargai pada pemuda ini.
Kalau terhadap lain tahanan ia boleh punya suka. Tapi ia tidak puas, maka ketika meninggalkan Ho Tiong Jong ia berkata.
"Hmmm Tiong Jong, kau jangan terlalujumawa. Ada satu hari nanti kau tahu bahwa aku Ie Yong bukannya seorang yang gampang-gampang dihina." Ho Tiong Jong geli dalam hatinya melihat tingkah lakunya si botak.
"Hei, botak kau tidak rela? Aku nanti perlihatkan padamu, bahwa aku tidak sukar lolos dari sini." demikian Ho Tiong Jong temberang.
si botak mendelik matanya. "Tiong Jong, kau jangan banyak tingkah. Kalau benar kau bisa meloloskan diri dari sini, aku Ie Yong dengan sukarela akan menghadiahkan kepalanya sebagai tanda penghargaan, ha ha ha^.."
Si botak penuh keyakinan Ho Tiong Jong biar bagaimana juga tak dapat meloloskan diri dari situ. Selalu ia yang menjaga, juga ada Co Tong Kang. Kalau ini dapat dilewati, masih ada Pek Boe Taysu dan seng Pocu yang akan datang memberikan bantuan mencegah larinya anak muda itu.
Dari sebab keyakinannya itu. maka ia dengan temberang telah berkata hendak menghadiahkan kepalanya kalau Ho Tiong Jong benar-benar dapat keluar dari benteng yang kuat itu.
Ho Tiong Jong mendongkol juga mendengar kata-katanya si botak.
"Hei, botak." katanya, "kau dikalangan kangouw bukan sudah punya nama juga?Jangan kau seperti orang penjual obat dijalanan saja boleh mengeluarkan perkataan sesuka hatimu. Kalau aku betul sudah dapat meloloskan diri dari sini. kaujangan mungkir untuk menyerahkan kepalamu yang botak"
Ie Yong tertawa dingin sambil tepok dadanya ia menjawab. "Tiong Jong aku Ie Yong ada satu laki-laki sejati. Ludah yang sudah dibuang tak akan dapat dijilat kembali, maka perkataanku barusan tidak akan aku tarik kembali. Maka, kalau kau betul-betul dapat meloloskan diri dari sini, nanti kalau kita ketemu muka, aku akan persembahkan kepadamu kepadamu."
Terdengar Ho Tiong Jong tertawa tergelak- gelak.
sibotak tidak mau meladeni lagi, lalu menutup pintu tahanan terus ngeloyor pergi.
Ho Tiong Jong setelah melihat sibotak berlalu, terus memasukkan tangannya meloloskan rantai yang sudah dikikir putus.
Pintu tahanan sebentar kemudian tampak terbuka lagi. kini muncul nona cong ie berjalan masuk. Dari atas ia berkata pada Ho Tiong Jong.
"EngKo Ho, aku cong ie datang hendak menolong kau."
Ho Tiong Jong kaget mendengarnya. ia tidak mengira bahwa nona cong juga datang ke-situ dengan maksud menolongnya, seperti terjadi pada cia Peng San tadi. Pemuda itu kuatir kalau nona cong mendapat celaka, maka ia berkata.
"Nona cong, terima kasih. Tapi harap kau lekas-lekas meninggalkan tempat ini, ada orang yang mengawasi gerak-gerikmu."
"Engko Ho, semata-mata aku berani menerjang masuk kesini aku sudah perhitungkan apa akibatnya, maka legakan hatimu semua urusan aku yang menanggungnya."
"Tapi ah nona cong. lebih baik.kau lekas meninggalkan tempat ini. Kau datang dengan tangan kosong, mana dapat kau mengelakan bahaya yang mengancam dirimu? Harap kau suka turut perkataanku. "
Ho Tiong Jong gelisah hatinya. Tapi conGi e dengan tertawa angkuh telah berkata.
"Engko Ho, mana bisa aku berpeluk tangan melihati kau menderita dan mana aku dapat ke gunung Po san dengan tangan kosong?"
Ho Tiong Jong mengerti, bahwa jalanan got untuk keluar dari tempat tahanan itu ada dijaga keras oleh orang-orang yang menjaganya, tentu ada berkepandaian sangat tinggi. Bahkan rupanya masih ada jalanan untuk orang melaporkan kepada tuan rumah jikalau terjadi apa-apa dalam tempat tahanan itu yang tak dapat diatasi.
Kalau nona Ciong menolong dirinya, lebih-lebih banyak bahayanya daripada selamat. juga dengan menggrecoknya nona cong berarti telah mengacaukan rencananya untuk kabur dari tempat itu. Tidak heran kalau hatinya menjadi sangat risau. Tanpa merasa Ho Tiong Jong mengeluarkan keringat dingin.
"Ya, nona cong harap kau suka menurut perkataanku," katanya lagi.
"Apa yang harus ditakuti?" tanya si nona.
"oh, aku harap kau suka memikirkan juga tentang apa katanya orang, kau satu wanita datang kemari menyatroni lelaki. Maka pergilah kau, aku betul-betul tidak berani menerima budimu yang besar ini. Aku takut dengan berita orang perihal kita berdua, maka haraplah kau suka maafkan"
Mendengar kata-katanya si anak muda tampan yang memincak hatinya, lantas saja ia merasa sangat sedih. Dengan susah payah ia datang kesitu untuk menolong Ho Tiong Jong, akan tetapi melihat yang hendak ditolongnya sedikit pun tidak mempunyai rasa kasih sayang, siapa tidak akan menjadi sedih? Maka dengan hati cemas dan menolongkol ia telah meninggalkan tempat itu dengan tidak menutup pula pintu besi tempat tahanan itu.
Setelah si nona pergi, hatinya si pemuda jadi berduka telah menolak orang punya maksud baik. Beberapa kali ia menghela napas.
Tidak lama tiba-tiba terdengar suara timpukan batu kecil ialah biasa digunakan dalam kalangan kangouw untuk mencari tahu ada orang atau tidak ditempat yang ditimpuknya.
Tampak muncul ceng ciauw Nikouw yang berpakaian abu abu warnanya. pipinya menonjol, alisnya halus dan hidungnya lancip.
Seram kelihatannya. Ho Tiong Jong yang melihatnya merasa jemu.
ceng ciauw Nikouw melihat Ho Tiong Jong separuh dadanya terendam air, ia berkata pada anak muda itu. "Hei bocah, aku datang kesini hendak menolong kau."
"Terima kasih," jawab Ho Tiong Jong, "tapi jangan lupa. kau bisa masuk sukar keluar lagi.Jalanan keluar sangat berbahaya, mungkin kita akan menemui kematian."
"Maka sebelumnya kita berlalu, harap kau suka memeriksa dahulu jalanan keluar yang selamat, agar kita aman keluar." ceng ciauw Nikouw anggukkan kepalanya.
Setelah berdiam sebentar, lantas ia hendak meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba terdengar suara yang berkata.
"Ya. betul seperti dikatakan Tiong Jong. orang masuk kemari, bisa masuk tapi tidak bisa keluar lagi. Dari itu, nikouw kalau kau hendak keluar dari sini perlihatkan dahulu kepandaianmu didepanku."
Itulah suara co Tong Kang. yang ceng ciauw Nikouw kenali.
"Ya, betul aku." jawabnya sambil unjukan diri. "Seng Pocu mengadakan pertandingan luitay, tapi aku sendiri tak ingin bertanding di luitay, lebih baik aku mengukur kepandaian orang disini saja." ceng ciauw Nikouw perdengarkan tertawa dingin.
"Ya. aku sudah terjebak olehmu." katanya "Kalau tidak mengeluarkan sedikit kepandaian memang tidak pantas."
co Tong Kang tertawa bergelak-gelak.
"Bagus, bagus," katanya, "memang begitu halnya, aku tahu ilmu senjata rahasiamu yang lihay yang diramai Tok-kim-chi (uang emas beracun) dan senjata kebutanmu yang terkenal, maka sekarang aku ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri."
Ho Tiong Jong mendengar tentang tanya jawab dua lawan itu, diam-diam dalam hatinya berpikir, bahwa dalam "Perserikatan Benteng Perkampungan" banyak jago jago pilihan yang ilmu silatnya istimewa.
Ini Tio Pocu juga tentu ada lihay, sedang si nikouw juga pasti bukannya orang Sembarangan, sebab Tic Pocu tidat berani unjuk kelakuan yang memandang rendah.