"Meskipun jiwaku hanya tinggal semalam lagi, aku tidak mau mengerjakan urusan kalian, ah... "
Ia tak dapat melampiaskan kata-kata. Sebenarnya ia hendak berkata bahwa nona Seng memang seorang yang baik, tapi ada seorang jahat. Tidak mau diperalat oleh seorang jahat.
Hanya saja ia tidak mau berterus terang pada Seng Giok Cin kuatir kalau nona itu menjadi berduka.
"Kau jangan kuatir, Ayahku tak nanti menyuruh kau berbuat... "
Ho Tiong Jong menggeleng gelengkan kepala saja, seolah-olah ia sudah menolak dengan pasti keinginannya orang yang hendak memperalat dirinya. Seng Giok Cin kecewa kelihatannya.
Parasnya menjadi berubah sungguh-sungguh. "Nah, kalau begitu aku tidak hendak minta pertolonganmu lagi. Aku sekarang pergi, harap saja aku dapat menengoki kau lagi disini selekasnya."
Sambil berkata Seng Giok Cin melepaskan rantai yang dipegangnya tadi dan mendorong pundak si pemuda, seolah olah yang ngambil karena kehendaknya.
Sebentar lagi si jelita sudah lenyap dari pemandangan Ho Tiong Jong, setelah lebih dulu terdengar suaranya pintu besi yang ditubruk.
Ho Tiong Jong menghela napas. "IHm sebenarnya dia mau suruh aku bekerja apa?" ia
menggerendeng sendirian. Terdengar suaranya Co Kang Cay berkata.
"Hei, bocah, kau tak perlu bersusah hati. Nona itu kelihatannya mau memperalat kau. tapi kau juga sebaliknya dapat memperalat mereka " Ho Tiong Jong terkejut sejenak.
"Hm kau orang tua mana tahu urusan- ku." jawabnya kemudian-
"Urusan apa ?"
"Aku karena nona Seng telah membunuh Tok-kay."
" Kenapa karena nona Seng, kau membunuh orang yang telah menurunkan pelajaran padamu?"
Ho Tiong Jong meughela napas.
"Co lopek kau tidak tahu, Nona Seng itu hatinya sangat baik, beberapa kali dia telah mengulurkan pertolongan padaku. Maka untuk membalas budinya, aku tak dapat menolak permintaannya. Cuma saja, aku tidak ingin diperalat oleh ayahnya yang jahat. Bagaimana aku harus berbuat? Kalau untuk nona Seng, sekalipun aku harus mengorbankan diriku, aku rela untuk membalas budinya yang besar."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau membunuh Tok-kay."
"Ya, aku membunuh dia karena pertama hendak melenyapkan kekejamannya terhadap sesama manusia dan kedua ingin membantu nona Seng menyingkirkan musuhnya."
"ow, begitu? Sayang kau tak dapat menggeserkan tubuhnya untuk mendekati aku disini, aku masih ada mempunyai cerita yang akan membikin kau kagum."
Ho Tiong Jong tidak perhatikan bicaranya Co Kang Cay, sebab pikirannya melayang kepada nona Seng, si cantik jelita yang telah membuang budi kepadanya. pikirnya, "ayah nona Seng benar-benar hendak memperalat dirinya, maka juga jiwanya dikasih tinggal hidup, Melihat sendiri macam apa ayahnya si nona itu, ia yakin dirinya akan dipakai untuk melakukan kejahatan, la merasa cemas. nona yang begitu baik budi mempunyai ayah yang demikian jahat... "
Dilain pihak. semua tetamu memikirkan jiwanya Tiong Jong.
Entah siapa yang membocorkan, semua orang telah tahu bahwa Ho Tiong Jong ditahan dalam kamar tahanan yang berair. Kim Hong Jie yang memang sehaluan dengan Seng Giok Cin sudah tahu dimana Ho Tiong Jong ditahan, ialah diberitahu oleh yang disebut belakangan. Hanya saja Seng Giok Cin tidak memberitahukan hal yang sebenarnya mengapa Ho Tiong Jong ditahan? tidak di bunuh.
Sementara itu si Rajawali Botak Ie Yong sudah kembali dari perjalanannya membereskan kematiannya si Ular Kumbang. ia kembali dengan membawa senjata bandringannya Tok kay. ialah
bola yang didalamnya ada tersimpan ular berbisa yang telah menggigit jarinya si Ular Kumbang hingga binasa.
Benda ini ada sangat berbahaya, maka setelah diperiksa oleh Seng Pocu, sesuai dengan usulnya si Rajawali Botak. benda berbahaya itu ditanam ditempat yang jarang dilalui orang.
sekarang kita ajak pembaca menengok keramaian orang pukul luitay.
Pada waktu itu yang menjadi wakil Tay-cu ada orang she Ho bernama Yaa. ia seorang berpengawakan tinggi besar dan gagah sekali, ditambah dengan mukanya yang penuh berewok tampaknya ia beroman bengis, ia perkenalkan namanya pada sekalian tetamu Kemudian menyilahkan orang yang berminat naik keatas luitay.
Lama tidak ada orang yang menyambut undangannya itu, tiba-tiba seorang pemuda yang berpengawakan tegap dan gagah bangkit dari duduknya dan jalan menghampiri ke panggung luitay itu.
Kiranya ada, Hoan Siang Jie, seorang jago pemuda dari kun-lunpay.
Ia jalan melewati Seng Giok Cin dan Kim Hoan Jie duduk menonton dan bersenyum kearah dua nona elok ini, yang telah disambut dengan senyuman juga hingga membikin hatinya Hoan Siang Jie sangat girang.
Matanya tampak menatap pada Seng Giok Cin saja sambil terus bersenyum.
"Nah dia terus-terusan melihat kau saja encie Giok." kata Kim Hong Jie sambil mengutik lengan sang kawan-"Seharusnya jangan lupa kau sembahyang supaya dia peroleh kemenangan"
Sujennya semakin menyolok saja memikat hati jika nona Kim sedang tertawa. Nona Seng yang digodai sang kawan pelototkan matanya.
"Adik Llong, kau nakal." kata Seng Giok Cin sambil mencubit pelahan lengannya Kim Hong Jie.
"IHei, kau kenapa mencubit aku," teriak nona Kim pelahan sambil tangannya mengusap-usap lengan yang dicubit barusan seperti yang kesakitan-
"Sebentar aku akan suruh dia membalas mencubitmu."
"dia siapa, adik Hong?"
"Dia, janih, nah kau lihat dia sudah lompat naik keatas panggung."
Kembali Seng Giok Cin hendak mencubit adik hong-nya yang nakal, tapi Kim Hong Jie sudah mengegos sambil ketawa cekikikan-
"Awas ya, ada satu waktu aku nanti bikin perhitungan denganmu," kata Seng Giok Cin sambil bersenyum.
Kedua gadis elok yang merupakan kembangnya diantara semua gadis yang ada disitu, terus bercanda sambil ketawa- ketawa.
Hoan Siang Jie yang sudah berada diatas panggung melihat mereka sudah menjadi senang hatinya karena mengira bahwa dua gadis itu ada ketarik pada dirinya. Ho Yan menyambut kedatangannya Hoan Siang Jie dengan hormat.
Meskipun ia tahu bahwa Hoan Siang Jie masih mudah belia, akan tetapi karena tahu anak muda itu ada dari partai Kun-lun-pay, tidak berani sembarangan memandang rendah. "Aku girang saudara Hoan ada minat untuk naik diatas panggung," demikian katanya ketika Hoan Siang Jie sudah berhadapan dengannya.
"Saudara IHo, harap kau nanti tidak mencela kejelekannya kalau sebentar aku perlihatkan padamu. "
Demikianlah, keduanya setelah mengucapkan perkataan perkataan sungkan, lantas mulai bergerak dengan tangan kosong.
Hoan Siang Jie tahu lawannya bertenaga sangat kuat, maka ia tidak berani keras lawan keras. Serangan-serangan Ho Yan hebat dan menakutkan, karena anginnya saja sudah begitu kuat menyambernya. Meskipun begitu ia berkelahi dengan hati-hati, karena tahu lawannya bukan lawan sembarangan-
Demikian keduanya saling serang dengan seru. Tampak Ho Yan mendesak lawannya dan tidak memberikan kesempatan untuk membalas menyerang, tapi Hoan Siang Jie telah beri perlawanan yang tenang sekali, ia kelihatan sangat gesit dan lincah sekali, badannya terputar-putar mengelilingi panggung untuk membebaskan diri dari serangan Ho Yan yang lihay.
Caranya ia beraksi sangat menarik perhatian hingga banyak penonton yang bersimpati kepadanya. Kim Hong Jie gembira nampak jalannya pertandingan yang meski kelihatannya hebat dan seru tapi tidak telengas dan menggiurkan jiwa. Maka ia berkata dengan pelahan pada Seng Giok Cin. "Enci Giok, ini baru yang dinamakan mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat yang sejati... "
Khoe Cong yang melihat mereka kasak-kusuk mata alap alapnya mengawasi saja pada si cantik Seng Giok Cin.
"Hmm, pertandingan apa ini tidak menggerakan semangat sama sekali " demikian ia menyela.
Seng Giok Cin mendelu hatinya mendengar perkataannya Khoe Cong, apalagi melihat ia terus-terusan mengawasi dirinya sudah makin jemu saja. Dengan tidak mengambil perduli kepadanya, nona Seng berkata pada Kim Hong Jie.
"Adik Hong, kau benar.. Coba lihat dia punya bermainan silat, benar-benar Kun lun-pay tidak sembarangan mendidik orang-orangnya. Dia gagah dan lincah. Kalau sebentar dia mengeluarkan kepandaiannya betul-betul rasanya HoJan tidak sampai tiga puluh jurus sudah kena dikalahkan olehnya."
"Enci Giok. pandanganmu tepat sekali, biar kita lihat bagaimana kesudahannya dua jago itu bertanding."
Khoe Cong mendengar dua gadis itu pada memuji dirinya Hoan Siang Jie, cepat tarik pulang celaannya tadi dan berkata. .
"Memang betul, ilmu silatnya orang she Hoan itu tinggi dan bagus sekali."
la berkata demikian untuk membikin senang hatinya dua gadis elok itu, karena ia sangat naksir kepala mereka. Hanya saja ia tidak mengingat akan mukanya yang buruk dan tingkahnya yang menyebalkan, hingga gadis mana juga jemu kepadanya.
Diatas panggung, Hoan Siang Jie dapat kesimpulan bahwa lawannya seperti yang menghendaki pertandingan sampai tiga puluh jurus, kemudian diganti dengan pertandingan menggunakan senjata. Oleh sebab mana, ia tidak balas menyerang lawannya, hanya berkelit berputaran diatas panggung.
Benar saja akhirnya pertandingan dinyatakan seri setelah melewatkan tiga puluh jurus. Mereka tampak ketawa tawa dan saling memberi hormat. Kemudian pertandingan dilanjutkan dengan menggunakan senjata.
Ho Yan menggunakan senjata sepasang pentungan, selang Hoan Siang Jie sebilah pedang untuk mempertahankan kehormatannya.
Ketika Ho Yan mencoba sepasang pentungannya. kedengaran suara "wut wat" suatu tanda bahwa tenaga dalamnya orang she Ho tak boleh dipandang enteng. juga Hoan Siang Jie mencoba kibas kibaskan pedangnya, jugalelah perdengarkan suara nyaring dan angin santar.