"Apakah Leng Taiya mengetahui apa isi surat yang diberikan pada tuan besar Hui?" "Hui Taiya sudah mati, bagaimana bisa mencari tahu?" Mendadak raut muka Tan Po-hai menjadi muram.
Dia berkata seperti sedang bergumam.
"Kie-hong, aku tidak ingin menutupi dirimu.
Sebenarnya aku sudah melihat isi surat yang diberikan pada Hui Taiya" "Oh...?" Wie Kie-hong bingung, entah apa dia harus terkejut atau senang.
"Setelah aku mendengar kalau kedua mata Hui Taiya sudah dicungkil, aku langsung berpikir kalau dia tidak mungkin bisa membaca surat rahasia itu sendiri.
Oleh karena itu aku tidak memperdulikan luka yang sedang kuderita dan secepatnya pergi ke tempatnya.
Tentu saja Hui Taiya sangat mempercayai aku.
Karena itu dia meminta aku membacakan suratnya" Wie Kie-hong khawatir kalau dia terlalu banyak bertanya pada Tan Po-hai, dia tidak akan lebih banyak bercerita padanya.
Karena itu dia sengaja membelokkan kata katanya: "Paman Tan! Gihu sangat ingin tahu isi surat rahasia itu.
Apakah anda bisa menceritakannya padaku?" "Karena Leng Taiya yang ingin tahu, aku tentu saja tidak bisa menutup-nutupinya.
Tapi kata-kata yang tertulis di dalam surat rahasia untuk Hui Taiya masih membuat bulu kudukku berdiri sampai sekarang" "Oh.." memang apa yang tertulis disana?" Tan Po-hai merendahkan nada suaranya.
Dia mengatakan patah demi patah kata dengan sangat bertenaga: "Cepatlah mati! untuk menghindar kesulitan pada temantemanmu" "Oh...! apakah Hui Taiya langsung melakukan perintah yang dituliskan?" "Saat itu aku sudah berunding dengannya.
Lagipula kedua matanya sudah tidak bisa melihat.
Dia tidak mungkin bisa membaca tulisan yang tertera didalam surat.
Lagipula tidak ada orang yang tahu kalau aku sudah membantunya membacakan surat itu.
Karena itu kami berdua berpura-pura tidak ada yang melihat surat rahasia yang sudah diberikan padanya" "Apakah saat itu Hui Taiya menerima usulan mu pura pura tidak tahu?" "Tentu saja dia setuju usulanku.
Siapa yang tidak ingm terus hidup?" "Tapi...." "Tapi ternyata Hui Taiya mati.
Aku sungguh tidak tahu apa yang sudah menyebabkan hal ini.
apakah dia lalu berubah pikiran dan menganggap kalau perintah didalam surat itu tidak boleh diabaikan begitu saja?" Mendadak Wie Kie-hong tercebur dalam sebuah pemikiran yang mendalam.
Sepertinya saat ini dia sedang terjepit sebuah pertanyaan yang sangat besar.
Sampai-sampai tatapan matanya tidak beralih barang sejenakpun.
"Kau kenapa?" "Oh...
! " tiba-tiba Wie Kie-hong kembali sadar, "aku tidak apa-apa, aku hanya merasa aneh.
Mungkin saja Cu Taiya sedang bercanda, mengapa Hui Taiya harus begitu serius menanggapi isi surat tersebut?"?" "Sudahlah! sebaiknya kita berdua berhenti disini saja.
kau harus berpura pura tidak mendengar apapun.
Aku pun akan berpura pura tidak mengatakan apapun" "Harap tenang.
Aku bukan seorang anak kecil"
0-0-0
Wie Kie-hong terus berbincang-bincang dengan Tan Po-hai untuk beberapa lama.
Setelah menjelang sore, Wie Kie-hong mohon pamit.
Dia meninggalkan kediaman Tan Po-hai.
Segera dia pergi ke kediaman Hui Taiya, kediaman Hui Taiya terletak ke sebelah selatan kediaman Tan Po-hai.
Ini adalah sebuah bangunan yang sangat mewah.
Wie Kie-hong adalah tamu yang sering berkunjung ke tempat ini, karena itu dia bisa masuk ke dalam kediamannya dengan mudah.
Dia mengunjungi pengurus kediaman tersebut.
Pengurusnya bermarga Eng.
Dia mengira Leng Souw-hiang sudah mengutusnya datang untuk menanyakan perihal upacara pemakaman, karena itu dia segera menjamunya.
"Pengurus Eng! ketika Hui Taiya meninggal, apakah anda sedang berada disini?" "Ya, aku sedang berada didalam kediaman ini" "Siapakah yang paling pertama mengetahui tentang kematiannya?" "Orang yang sedang mengurus dirinya" "Apakah aku bisa menemuinya?" "Wie Siauya, maafkan aku tidak sopan, apakah aku boleh bertanya mengapa anda ingin melakukan hal ini?" "Pengurus Eng! apakah anda sungguh percaya bahwa Hui Taiya sudah mati gantung diri?" "Memangnya tidak?" "Aku tidak berani memastikan, hanya saja berdasarkan keadaan terakhirnya, sepertinya Hui Taiya tidak mungkin bisa menggantung dirinya sendiri..." "Anda tidak tahu.
Hui Taiya seumur hidup nya selalu mementingkan harga dirinya.
Menerima musibah yang besar seperti ini, mana mungkin dia masih mempunyai harga diri untuk terus hidup?" "Pengurus Eng! yang aku bicarakan bukan masalah harga diri.
aku sedang membuat kesimpulan.
Hui Taiya sudah kehilangan kedua matanya.
Dia tidak bisa melihat, memindahkan kursi, mencari tali pengikat dan melilitkan tali tersebut ke palang rumah.
Sepertinya hal ini tidak mudah dilakukan" Pengurus Eng tampak sangat terkejut, seolah-olah dia baru saja mendengar tentang sesuatu yang belum pernah didengarnya selama ini, atau melihat sesuatu yang belum pernah dilihatnya selama ini.
dia baru menyadari hal ini.
Sepertinya suasana hatinya dalam sekejap mendadak berubah menjadi sedih.
Dia membuka mulutnya, namun tidak ada suara yang keluar.
Setelah sangat lama, barulah dia bertanya dengan suara yang sangat gemetar.
"Wie Siauya! apakah anda ingin mengatakan bahwa Hui Taiya dibunuh orang?" "Aku curiga pada hal tersebut" "Sepertinya hal ini tidak mungkin.
Karena Hui Taiya sangat baik pada semua orang, dia tidak pernah berselisih paham dengan orang lain.
Mana mungkin..?" "Pengurus Eng! yang aku katakan bukanlah suatu hal yang sudah pasti.
Yang kau katakan pun belum pasti, sebaiknya kita berdua mencoba menyeli-diki hal ini.
bukankah kita akan mengetahui hal yang sebenarnya terjadi?" "Bagaimana cara mencari tahunya?" "Tentu saja dengan bertanya pada orang yang mengurus Hui Taiya" "Tidak mungkin! tamu yang datang melayat sangat banyak.
Sekali masalah ini terdengar keluar, bukankah ini menjadi bahan tertawaan orang banyak?" "Pengurus Eng, kenyataan yang sesungguhnya lebih penting dari apapun.
Sepertinya semua tamu yang datang melayat pun ingin tahu kejadian yang sebenarnya." "Saat ini emosi semua orang yang ada didalam kediaman ini sedang tidak tenang.
Bahkan orang yang bisa mengambil keputusan pun tidak ada.
Sementara ini terpaksa aku yang harus membuat keputusan, namun aku juga tidak bisa membuat keputusan dengan sesuka hati.
Wie Siauya! aku tahu maksudmu baik.
Begini saja, aku bisa membawakan orang yang pada waktu itu sedang mengurus Hui Taiya, tapi tolong jangan beritahukan tentang apa yang kalian bicarakan ini pada orang lain." "Terimakasih Pengurus Eng" Tidak lama kemudian, Wie Kie-hong bisa bertemu dengan orang yang mengurus Hui Taiya dalam sebuah ruangan rahasia.
Orang ini sudah mengabdi pada Hui Taiya sekitar dua puluh tahun lebih.
Dia dipanggil Cong Congkoan.
Wie Kie-hong bertanya dengan sopan: "Cong Congkoan, apakah anda orang yang pertama menemukan Hui Taiya gantung diri?" "Betul" "Hui Taiya sedang mendapatkan musibah yang sangat besar.
Bagaimana mungkin anda bisa meninggalkannya begitu saja didalam kamarnya?" "Saat itu Hui Taiya sudah mendengar kabar yang sangat buruk.
Dia berkata bahwa kepalanya terasa pusing, dia ingin beristirahat menenangkan hati sejenak dan lalu menyuruhku untuk pergi dari kamarnya.
Aku juga tidak tahu bagaimana alasannya, hatiku merasa tidak tenang, setelah itu aku kembali ke kamarnya untuk memeriksa keadaannya.
Selang waktu tidak sampai setengah jam, namun aku sudah menemukan sebuah musibah yang sangat besar." "Apakah tali yang digunakan untuk menggantung dirinya adalah tali yang ada didalam kediaman ini?" "Betul" "Apakah tali itu ditaruh begitu saja didalam kamar tempat tidurnya?" "Sulit dipastikan." "Kedua mata Hui Taiya tidak dapat melihat, bagaimana dia dapat mencari tali ini?" Cong Congkoan tertegun.
"Cong Congkoan, jangankan Hui Taiya yang sudah mendapat luka begitu parah, sakitnya tidak tertahankan.
Orang yang sehat yang ditutup matanya dengan sapu tangan saja belum tentu bisa menemukan tali dan mempersiapkan semua urusan menggantung dirinya.
Betul?" "Betul.
Pasti ada orang yang sudah membantu dirinya" "Mengapa kau tidak berkata bahwa ada orang lain yang sudah membunuhnya" Bahwa ada orang yang sudah melingkarkan tali pengikat itu di lehernya?" "Wie Siauya, kata-katamu itu sudah mem-buatku bingung.
Kalau memang demikian adanya, siapakah orang yang sudah membunuhnya?" Wie Kie-hong tidak melanjutkan kata-katanya.
Dia menemukan kalau pembantu ini sudah hampir pingsan karena merasa takut.
Dia hanya memberitahu pembantu itu agar tidak memperbesar masalah dengan mengatakannya pada orang lain.
Setelah itu dia dibawa ke dalam kamar tidur Hui Taiya untuk meneliti.
Setelah selesai, dia bahkan tidak menyapa para tamu.
Dia ingin menghindari tanggapan para tamu yang sedang melayat.
0-0-0
Setelah berlalu dari kediaman Hui Taiya, Wie Kie-hong segera berangkat menuju kediaman Cu Taiya.
Dia meminta tolong agar pelayan yang menyambut di pintu melaporkan kedatangannya diam-diam pada Tu Liong.
Setelah melihat Tu Liong, Wie Kie-hong segera menariknya pergi menjauh.
Tu Liong segera bertanya padanya: "Ada apa ini?" Wie Kie-hong tidak segera menjawab pertanyaan tadi.
Setelah berjalan cukup jauh, dia memandang jauh ke sekeliling beberapa kali untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan, dia barulah membuka mulut "Tu toako, aku ingin memberitahu tentang sesuatu.
Kau harus percaya padaku" "Katakanlah" "Hui Taiya tidak bunuh diri, tapi dia sudah dibunuh orang lain" Tu Liong segera bertanya balik: "Apakah kau memiliki bukti?" Lalu Wie Kie-hong menceritakan kembali semua percakapannya dengan Tan Po-hai.