"Pinto Ban Hok Seng jin pertapa Lembah Fen-ho!" kata tosu pendek gendut yang membawa sebatang pedang di punggungnya.
"Dan pinto Sin G i Tosu, pertapa dari Thai-hang-san!" kata yang tinggi besar dan memegang sebuah kebutan berbulu putih .
Kembali Tiong Li memberi hormat. "Seperti saya katakan tadi, nama saya Tan Tiong Li dan ini adalah sahabat saya bernama The Siang Hwi. Kami berdua tidak pernah memberontak dan ...... "Tidak perlu mengganjal lagi! Pinto bertiga sudah mendengar bahwa engkau bergabung dengan para pemberontak, yang dipimpin oleh pemberontak Gak Liu!"
"Memang benar saya bersahabat dengan pendekar Gak Liu dan saudara-saudaranya. Akan tetapi Gak Liu adalah putera mendiang Panglima Gak Hui dan sama sekali bukan pemberontak, melainkan pejuang!"
"Hemm, kami mengenal Gak Hui sebagai seorang pahlawan yang setia sampai mati kepada Kaisar. Kami semua menghormatinya. Akan tetapi Gak Liu puteranya itu sama sekali tidak mengikuti jejak ayahnya. Dia menggerakkan orang-orang untuk menjadi pemberontak
!" kata Sin Gi Tosu yang tinggi besar sambil menggerak- gerakkan kebutannya.
"Sam-wi to-tiang salah sangka Gak Liu sama sekali bukan pemberontak! Dia berjuang mati-matia n untuk menentang pemerintah Ki n, berusaha keras untuk mengusir penjajah Kin dari tanah air."
"Akan tetapi dia menentang dan seringkali bentrok dengan pasukan Sung, bahkan sudah banyak membunuh anggauta pasukan Sung. Apakah itu tidak memberontak namanya?" kata Im Seng Cu.
"To-tiang salah sangka. Perdana Menteri Jin Kui amat membenci para pejuang yang gagah perkasa. Perdana Menteri Jin Kui seringkali mengirim pasukan untuk membasmi para pejuang, maka tentu saja para pejuang membela diri. Perdana Menteri Jin Kui itulah yang menghasut Yang Mulia Kaisar dan menyebut para pejuang itu pemberontak. Kalau para pejuang yang bersatu padu berniat untuk memusuhi Kerajaan Sung yang lemah, tentu sudah lama berhasil. Tidak to-tiang. Para pejuang bukan, pemberontak, melainkan patriot sejati yang hendak mengusir penjajah dari tanah air! Sayang sekali Yang Mulia Kaisar tidak mendengarkan pendapat mendiang Panglima Gak Hui untuk menyerang Bangsa Kin. Dia bahkan mendengarkan Perdana Menteri Jin Kui yang menghendaki perdamaian dan persekutuan dengan penjajah."
"Sian-cai, engkau pandai bicara orang muda!" kata Ban Hok Seng-ji n yang pendek gemuk.
"Lalu apa katamu tentang Mestika Golok Naga yang dicuri dari gudang pusaka istana? bukankah itu perbuatan para pejuang pula? Bukankah itu berarti memberontak?"
"Berita bohong itupun di tiup-tiupkan oleh Perdana Menteri Jin Kui sebagai fitnah. Sesungguhnya yang mencuri golok pusaka, itu adalah kaki tangani Panglima Kin yang bernama Wu Chu. Saya sendiri yang merampas kembali golok pusaka itu dari tangan Panglima Wu Chu, akan tetapi sayang golok itu terampas oleh seorang tokoh kang-ouw yang hendak mempergunakannya untuk menentang pasukan Kin. Dan sekarang saya sedang berusaha untuk merampasnya kembali," jawab Tiong Li dengan suara tegas.
"Ho-ho, engkau sudah siap untuk menjawab semua, pertanyaan. Bagus sekali! Dan bagaimana engkau akan menjawab kalau pinto bertanya tentang kematian Pangeran Kian Cu yang terbunuh oleh lima orang pemberontak itu, orang muda ? "
"Sam-wi To-tiang, ketahuilah bahwa Pangeran Kian Cu pergi berundi ng dengan para pejuang atas perintah Yang Mulia Kaisar, bahkan pangeran itu telah memberi sumbangan yang cukup banyak kepada para pejuang. Kemudian ketika pangeran meninggalkan para pejuang, pendekar Gak Liu sendiri yang menyuruh lima orang rekannya untuk mengawal pangeran itu. Kemudian diketahui bahwa mereka berlima itu tewas, demikian pula sang pangeran. Bagaimana mungkin mereka berlima itu membunuh sang pangeran yang telah menjadi sahabat baik ? Ini sungguh tidak masuk akal. Tentu ada pihak lain yang membunuh pangeran, kemudian membunuh pula lima orang pengawal itu, kemudian melemparkan fitnah bahwa lima orang pejuang itu yang membunuh sang pangeran. Harap sam-wi to-tiang dapat mempertimbangkannya dengan adil dan tidak hanya mendengarkan keterangan satu pihak sana."
Tiga orang tosu itu menjadi bingung dan saling pandang penuh kebimbangan dan keraguan. Semua keterangan yang diucapkan pemuda itu dengan lancar dan tegas membuat mereka merasa bimbang. Semua jawaban itu mengandung kemungki nan besar akan kebenarannya! Tiga orang ini adalah para datuk yang terbujuk oleh Kui To Cin-jin dan mereka hendak berjuang tanpa pamrih membela Kerajaan Sung. Mereka tidak mengharapkan imbalan jasa. juga tidak mengingat akan kepentingan diri pribadi. Semua hanya dilakukan dengan tujuan satu, yalah membela Kerajaan Sung dan membersihkan pemberontak yang mengacau Kerajaan Sung. .Akan tetapi kini mereka mendapat jawaban yang berlainan sama sekali dengan yang didengarnya dari Kui To Cin-jin dan Perdana Menteri Jin Kui .
"Bagaimana pendapatmu, Im Seng Cu ?" tanya Ban Hok Seng-jln kepada rekannya.
"Sian-cai...... ! Keterangan pemuda ini memang masuk diakal. Pinto menjadi bingung memikirkan persoalan ini," jawab.yang ditanya. Sin Gi Tosu juga berkata sambil menghela napas panjang. "Pinto juga menjadi ragu karena pinto sudah mendengar bahwa Perdana Menteri Jin Kui amat licik dan tidak disuka oleh para menteri lain yang setia. Akan tetapi kekuasaannya besar sehi ngga para menteri tidak ada yang berani berkutik."
"Sian-cai, apakah benar kita yang dibohongi?" tanya Ban Hok Seng-jin. "Kui To Cin-jin ternyata juga tidak menghambakan diri kepada Kaisar, melainkan kepada Perdana Menteri Ji n Kui, Hal itu saja tadinya sudah menimbulkan kekecewaanku. Pinto kira dia menghambakan diri kepada Kaisar."
"Sam-wi To-tia ng yang bijaksana," kata Tiong LI. "Harap sam-wi berpikir dengan pertimbangan seadilnya. Jin Kui itu adalah seorang penjilat yang telah mampu menguasai Yang Mulia Kaisar, akan tetapi dia bukanlah seorang pejabat yang baik. Dialah yang bersekutu dengan orang-orang Kin. Bahkan saya merasa yakin dia yang menyuruh orang menculik sang puteri Sung Hia ng Bwee untuk di hadiahkan kepada Panglima Kin yang bernama Wu C hu itu. Masih untung saya dapat membebaskan sang puteri yang telah dua kali diculik orang. Dan mengapa Perdana Menteri Jin Kui membenci para pejuang? Pertama karena para pejuang itu menentang Bangsa Kin yang menjadi sekutunya, dan kedua kalinya belum lama ini puteranya yang bernama Jin Kiat, yang terkenal mata keranjang dan amat jahat, terbunuh oleh pendekar Gak Liu. Itulah yang membuat Jin Kui selalu mengejar-ngejar para pejuang dan mengatakannya bahwa mereka pemberontak yang harus dibasmi."
Tiga orang tosu itu mengangguk-angguk. Mereka adalah orang-orang bijaksana yang mudah disadarkan dan begitu menyadari kekeliruan mereka, seketika dapat mengubah sikap. Tidak seperti kebanyakan dari kita yang kalau menyadari kekeliruan diri sendiri, pikiran lalu mencari akal untuk membela kekeliruan itu, untuk mencari alasan dan menyalahkan orang lain untuk menutupi ke salahan sendiri.
"Sian-cai.....! Ban Hok Seng-ji n dan Sin Gi Tosu, kita bertiga ini orang-orang tua yang berpikiran seperti anak kecil, mudah dibujuk dan mudah di kelabuhi. Kita telah tertipu oleh Kui To Cin-jin yang agaknya telah ketularan penyakit Jin Kui dan menjadi seorang penji lat. Tan Tio ng Li,. terima kasih. Kami menyadari kekeliruan kami. Akan tetapi dari tempat jauh sekali kami datang dan kami telah mendengar tentang kelihaianmu. Rasanya akan sia-sia perjalanan kami kalau kami belum mencoba kelihaianmu. Nah, mari kita main main sebentar, hendak kubuktikan apa yang telah kudengar tentang dirimu!"
Tiong Li mengerutkan alisnya. "Totiang, perlukah itu? Kita bukan musuh dan tidak ada urusan apapun di antara kita. Kita belajar ilmu untuk dipergunakan membela kebenaran dan keadilan, bukan untuk saling serang di antara orang-orang sehaluan. Bukankah totiang juga membela kebenaran dan keadilan?"
"Ha-ha-ha, lupakah engkau akan kebiasaan orang kang-ouw, belum berarti berkenalan dengan baik kalau belum mengenal kepandaian masing-masi ng? Ini bukan perkelahia n, hanya sali ng menguji kepandaian saja."
Tiong Li menghela napas panjang dia mengerti akan kebiasaan orang-orang kang-ouw yang sangat suka untuk mengenal orang lai n melalui ilmu silatnya.
"Baiklah, to-tiang. Kalau totia ng menghendaki demikian." To-su yang tinggi kurus itu menggerakkan tongkatnya. Im Seng Cu memang seorang ahli dengan senjata tongkatnya yang telah mengangkat namanya sebagai seorang datuk persilatan yang lihai "Orang muda, pergunakanlah senjatamu untuk menandingi tongkatku Ini!"
"Maaf, to-tiang. Saya tidak memiliki senjata apapun selain kaki dan tangan ini. Biarlah saya menghadapi tongkat to-tiang dengan kaki dan tanganku. Nah, saya sudah bersiap, to-tiang!" kata Tiong Li sambil memasang kuda-kuda di depan tosu itu .
Im Seng Cu mengerutkan alisnya. Bagaimana mungki n dia melawan seorang pemuda yang bertangan kosong dengan tongkatnya? Akan tetapi karena dia sudah mendengar akan kelihaian Tio ng Li, diapun ingin sekali mengujinya.
"Baik, engkau yang menghendaki demikian, bukan pinto. Nah, sambutlah seranganku ini!"
Tongkatnya menyambar dengan dahsyat dan cepat sekali, mengirim totokan bertubi-tubi ke arah tiga jalan darah di pundak dan dada Tiong Li. Pemuda ini tidak memandang rendah dan sudah menduga bahwa tosu itu tentu lihai sekali, maka sejak tadi dia sudah bersikap waspada dan begitu lawan menyerang, dia mengerahkan Ilmu meri ngankan tubuh Jauw-sang-hui dan memain kan ilmu silat Ngo-heng-lian-hoan-kun yang amat lihai. Tubuhnya berkelebatan dan tidak dapat tersentuh ujung tongkat. Im Seng Cu terkejut sekait melihat tubuh pemuda itu berubah seperti bayangan yang berkelebatan dan tahu-tahu tangan pemuda itu menampar ke arah pergelangan tangannya sedangkan kakinya menyusul dengan sapuan yang cepat, dan kuat sekali! Cepat sekali dia menarik lengannya dan meloncat tinggi ke atas, lalu memutar tongkatnya dan menyerang lebih hebat lagi karena dia maklum bahwa pemuda itu benar-benar amat tangguh.Tiong Li sendiri juga terkejut. Tongkat itu memang hebat. Ujungnya seolah berubah menjadi puluhan batang dan semua ujung itu mengancam jalan darahnya. Totokan yang bertubi-tubi membuat dia terpaksa harus menggunakan kecepatan gerakannya, mengelak dan kadang menangkis tongkat itu dengan lengannya.
"Dukkk. !"
Ketika tingkat bertemu dengan lengan kiri Tiong Li yang menangkisnya, kembali tosu itu terkejut karena dia merasa betapa kedua lengannya yang memegang tongkat tergetar hebat. Hal ini tidaklah mengherankan karena ketika menangkis Tiong Li telah mengerahkan tenaga Jian-kin-lat. Akan tetapi kakek Itu menggerakkan tongkatnya secara istimewa sekali dan tahu-tahu sudah menotok pundaknya! Tidak ada kesempatan lagi bagi Tiong Li untuk mengelak atau menangkis, maka cepat dia mengerahkan ilmu I-kiong-hoan-hiat.
"Tukkk!"