Mestika Golok Naga Chapter 24

NIC

"Maaf, Gak-twako. Aku setuju sekali dengan perjuangan rakyat menentang Kerajaan Kin dari utara dan usaha untuk mengusir mereka dari tanah air. Akan tetapi akupun setia kepada Kerajaan Sung dan karenanya aku tidak suka memusuhi Kaisar yang harus kubela. Aku amat setuju dengan siкар dan tindakan mendiang Jenderal Gak, ayahmu sendiri."

"Aaahh, itu merupakan suatu titik kelemahan! Karena kekerasan hatinya mempertahankan kelemahan itulah ayah sampat diracuni dan menemukan kematia n nya secara menyedihkan sekali. Tidak, Tan-te, sikap itu keliru. Musuh besar kita memang Bangsa Kin yang harus kita usir dari tanah air, akan tetapi banyaк sekali pejabat korup dan penindas rakyat, pejabat yang pada lahirnya saja setia kepada kaisar akan tetapi pada dasarnya hanya mencari keuntungan sendiri, pejabat demikian itu malah melemahkan kerajaan dan perlu dibasmi. Kerajaan perlu dibersihkan dari para pejabat semacam itu ! "

"Akan tetapi itupun merupakan pemberontakan karena mereka adalah pejabat pemerintah. Kecuali urusan pribadi, maka tidak akan melibatkan pemerintah. Kalau sudah merupakan permusuhan terbuka dengan pasukan mereka itu merupakan pemberontakan. Pantas saja kalian dianggap pemberontak."

Gak Liu tertawa. "На-ha-ha, engkau masih hijau dalam hal perjuangan, Tan-te. Nanti kalau engkau sudah mengalami sendiri, ара lagi kalau sudah bentrok de ngan Perdana Menteri Jin Kui, baru engkau mengerti ара yang kumaksudkan dengan membasmi para pejabat korup dan jahat," "Maaf, Gak-twako. Aku sendiri biarpun bersimpati kepada para pejuang, belum ingin melibatkan diri. Aku hanya ingin melangkah sebagai seorang pendekar yang membela kebenaran dan keadilan, meli ndungi mereka yang tertindas dan menentang mereka yang melakukan ke kerasan untuk memaksakan kehendaknya."

"Baiklah, Tan-te. Aku yakin akhirnya engkau akan bergabung juga dengan para pejuang."

Mereka lalu berpisah dan Tiong Li memandang kepergian orang gagah itu bersama anak buahnya dengan termenung. Dia sudah banyak mendengar dari para gurunya tentang Jenderal Gak Hui, dan dia melihat betapa Gak Liu itupun memiliki kegagahan yang mengagumkan. Kalau para pejuang seperti Gak Liu itu pendiriannya, agaknya Bangsa Kin akan dapat di usir keluar dari tanah air.

Sayang, Kaisar memang lemah dengan adanya banyak pejabat macam Jin Kui yang mempe ngaruhlnya.

0oo-dw-oo0

Si Muka Tengkorak melarikan diri kembali ke gedung Perdana Menteri Jin Kui membawa luka dalam dan membawa berita buruk. Dia masih sempat mengi ntai ketika Jin Kiat terbunuh oleh Gak Liu dan dia bergegas kembali ke rumah Perdana Menteri Jin Kui untuk melapor.

Sepasang mata sipit yang biasanya bergerak cepat dengan cerdiknya Itu kini terbelalak, mukanya sebentar pucat Sebentar merah ketika dia mendengar laporan tentang kematian puteranya. "Apa ....... ? Gak Li u membunuh Jin Kiat puteraku?

Celaka......! Jahanam betul ! Ahhhhh ... "

Hampir gila Jin Kui dibuatnya karena marah dan sedi h hatinya. Dia berjalan hilir mudik di ruangan itu, sebentar mengepal tinju, sebentar menangis seperti orang gila.Dia segera mengumpulkan semua orang kepercayaannya untuk diajak berunding.

Ciang Sun Hok, jagoan yang dipercaya itu, lalu Kui To Cin-jin yang menjadi guru Jin Kiat, Ma Kiu It panglima pengawal Jin Kui, dan Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak hadir sambil menundukkan muka karena maklum bahwa majikan mereka sedang marah dan berduka.

"Celaka....! Mereka membunuh anak ku! Ара yang kita perbuat sekarang?" Berulang kali Jin Kui berteriak dan akhirnya Kui To Cin-jin memberanikan dirinya untuk bicara.

"Tai-jin, karena jelas bahwa pembunuhnya adalah Gak Liu, maka kita kerahkan pasukan untuk mencari dan menangkap pemberontak itu."

"Akan tetapi semua ini gara-gara puteri selir itu!, Kalau Jin Kiat tidak mengejar pemuda bernama Tan Tiong Li itu tentu dia tidak akan tewas di tangan Gak Liu. Puteri selir itu harus tetap ditangkap dan terutama Tiong Li itu harus dapat dibunuh!"

Kui To Cin-jin berkata,

"Maaf,Tai-jin. Untuk menghadapi Tan Tio ng Li tidaklah mudah. Sa ya sendiri sudah merasakan ? kehebatan ilmu kepandaiannya .seorang pemuda sakti. Karena itu, kalau tai-jin setuju, saya akan memanggil beberapa orang kawan yang berilmu tinggi dari utara untuk bersama- sama menghadapinya." "Baik, engkau boleh berangkat sekarang juga untuk memanggil mereka!" kata Jin Kui yang sudah marah dan bernafsu sekali untuk membalas penyebab kematian puteranya.

"Setelah berunding, dia lalu menetapkan keputusannya. Pertama, puteri Sung Hiang Bwee harus tetap ditangkap dan diserahkan kepada Panglima.Wu Chen dari Kerajaan Kin. Kedua, sebarkan fitnah bahwa yang menculik sang puteri adalah; para pemberontak yang dipimpin oleh Gak Liu. Ke tiga mengerahkan pasukan untuk melakukan pembersihan terhadap para pemberontak. Ke empat, mencari.Tan Tiong Li dan Gak Liu sampai dapat dan membunuh mereka. Dan kelima dari para penyidik kini telah diketahui bahwa dua orang wanita yang membantu para pemberontak adalah Ban- tok Sian-li dan muridnya dari Lembah Maut dan harus diserbu.

Dan untuk pelaksanaan semua ini, Kui To Cin-ji n akan memanggil dua orang sutenya dari utara. Dua orang sutenya itu adalah pertapa-pertapa dari Kui-san dan memiki ilmu kepandaian yang tidak dibawah tingkat ilmu kepandaian Kui To Сin jin sendiri.

Mereka adalah какак bёгadik, yang tua berusia limapuluh tujuh tahun dan bernama Ouw Yang Кian berjuluk Toat-beng-jiauw (Cakar Pencabut Nyawa) dan adiknya Ouw Yang Sian berusia limapuluh tahun berjuluk Hek-bin- kwi (Setan Muka Hitam).

Sebagai para sute dari Kui To Cin-jin memang kepandaian masing-masi ng tidak setinggi kepandaian Kui To Cin-jin, akan tetapi kalau mereka maju bersama, Kui To Cin- jin itupun tidak akan mampu menandingi mereka. Malam yang sunyi. Kembali di Istana ada bayangan hitam berkelebat cepat sekali dan tahu-tahu dia sudah berada di atas genteng kamar Sung Hiang Bwee. Semenjak terjadi penculikan atas diri puteri selir ini, Kaisar memerintahkan kepada para pengawal agar setiap malam diadakan penjagaan secara bergantian di depan kamar sang puteri.

Мака pada saat itupun nampak empat orang pengawal berdiri di depan kamar sang puteri, Akan tetapi bayangan hitam yang memakai kedok ini tidak merasa gentar, bahkan dia lalu melayang turun di depan empat orang itu. Sebelum empat orang itu sempat berteriak, baru menggerakkan senjata mereka, tahu-tahu mereka trlah roboh semua, tertotok dengan kecepatan luar biasa.

Kemudian si kedok hitam mendobrak daun pintu. Dua orang dayang yang menemani Hiang Bwee terkejut dan berteriak, akan tetapi sebelum suara mereka sempat keluar dengan nyaring, tubuh mereka juga sudah roboh pingsan.

Tinggal sang puteri yang terbelalak memandang, lupa untuk menjerit saki ng kaget dan takutnya. Orang berkedok yang amat lihai itu cepat menyambarnya, menotoknya dan memanggulnya setelah memasukannya kedalam karung sutera. Seperti yang dilakukan oleh Ciang Sun Hok dahulu, sekarang ini diapun melarikan diri melalui jalan rahasia sehingga dia tiba di luar istana tanpa diketahui orang lain.

Kini, berbeda dengan penculika n terdahulu, di luar istana sudah menanti sebuah kereta yang ditumpangi oleh perdana Menteri Jin Kui sendiri! Si kedok hitam lalu membawa masuk puteri da lam karung sutera hitam itu. kemudian setelah memberi Isyarat dia lalu berkelebat lenyap. Pelaku penculIkan yang amat lihai ini bukan lai n adalah Si Muka Tengkorak sendiri. Kereta lalu dijalankan oleh kusir kereta menuju ke rumah gedung Perdana Menteri Jin Kui.

Andaikata ada orang meli hat kereta itu, tentu takkan ada yang berani mencoba untuk menegur atau menyelidiki karena siара orangnya berani menegur Perdana Menteri Jin Kui ? Kereta itu masuk halaman gedung terus ke belakang, ke arah istana dan di sini, tanpa terlihat orang lai n, sang puteri diturunkan dan dimasukkan ke dalam sebuah kamar.

Hiang bwee dikeluarkan dari karung sutera dan direbahkan di pembaringan dalam keadaa n tertotok, kemudian kaki tangannya diikat dengan kain sehi ngga seandainya totokannya sudah punah, iapun tidak akan mampu bergerak.

Hiang Bwee hanya meli hat dua orang berkedok hitam yang mengeluarkannya dari dalam karung hitam dan yang mengikat kaki tangannya. Ketika ia sudah terbebas dari totokan, ia meronta- ronta-namun usahanya sia-sia karena ka ki tangannya terikat kuat oleh kain sehingga ia tidak merasa nyeri, hanya tidak mampu bergerak. ia membuka mulut hendak mengeluarkan teriakan minta tolong, akan tetapi seorang berkedok masuk kamarnya dan berkata,

"Nona, sebaiknya nona tidak mengeluarkan suara kalau tidak ingin kutotok lagi sehingga tidak mampu bergerak."

Hiang Bwee tentu saja merasa tidak enak kalau ditotok, maka ia lalu mengangguk. "Kalau nona berjanji akan diam saja dan menurut, kami tidak akan mengganggu nona dan tidak akan membe- lenggumu lagi."

"Aku akan menurut. Lepaskan ikatan kaki tanganku," kata puteri itu.

Si kedok hitam itu bukan lain adalah Tang Boa Lu Si Muka Tengkorak. Dia merasa yaki n bahwa gadis ini tidak akan mampu berbuat sesuatu. Andaikata berteriak sekalipun, tidak akan terdengar oleh orang di luar gedung.

Мака, sesuai dengan pesan Perdana Menteri Jin Kui- bahwa nona yang akan dipersembahkan kepada Panglima Besar Wu Chu itu jangan sampai menderita, dia lalu melepaskan ikatan kaki tangannya. Hiang Bwee lalu bangkit duduk, menggosok gosok kaki tangan bekas ikatan. la memandang ke kanan kiri. Kamar itu indah dan besar, bukan kamar orang biasa. Tentu kamar seorang yang kaya raya, pikirnya. la bangkit dan hendak menghampiri pintu. Akan tetapi Si Muka Tengkorak berkata,

"Sebaiknya nona tidak beranjak dari kamar ini. Kamar ini terjaga ketat dan nona tidak akan bisa melarikan diri."

Posting Komentar