Tuan sudah tua, seharusnya tetap tinggal di ranjang merawat luka.
jangan merasa kaget lagi" "Tampaknya semua sudah kau pikirkan baik..." Setelah berkata sampai disini, Leng Souw-hiang terdiam beberapa saat.
"Apakah kau tahu apa alasanku menyuruhmu tidak berhubungan lagi dengan Tu Liong?" "Aku pikir tuan pasti memiliki alasan kuat" "Kau sama sekali tidak mau bertanya padaku.." "Apa yang harus kutanyakan" Kalau tuan sudah membuat keputusan seperti itu, apapun alasannya aku yakin pasti tidak mungkin salah." "Sebenarnya Tu Liong seorang anak yang memiliki hati baik.
Orangnya juga ingat balas budi.
Hanya saja Cu Siau-thian majikannya sangat mengerikan.
Aku sudah menyuruhmu untuk meng hindari Tu Liong, tujuannya adalah agar kau menghindari Cu Siau-thian." "Oh...?" "Sebenarnya aku tidak pernah mengenal orang yang bernama Bu Tiat-cui.
Aku juga belum pernah menitipkan kopor kulit yang berwarna kuning padanya" "Tapi...." "Kau dengarlah ceritaku! setelah kita bersama- sama mencelakai Tiat Liong-san, kami sudah memikirkan akibatnya akan sampai pada keturunan-nya, bahkan semua keluarga bermarga Tiat, kakak beradik yang dimilikinya pasti akan menyimpan dendam.
Kami sudah mempertimbangkan semuanya, bagaimana cara kita menghadapi suatu saat nanti.
Cu Siau-thian sudah menuliskan empat buah surat perintah rahasia, masing masing dibagikan pada kami berempat.
Isi suratnya menyuruh kami untuk melakukan sesuatu untuk menjaga kerahasiaan.
Kalau terjadi suatu masalah yang genting, kami harus membuka surat rahasia itu dan melakukan sesuai dengan apa yang tertulis didalam surat....Kie- hong ! aku sudah menyuruh kau untuk mengurus satu hal, itu adalah perintah yang aku lakukan sesuai dengan apa yang tertulis didalam surat." "Oh...?" "Apakah kau tidak percaya?" "Bukan begitu ! mana mungkin aku bisa tidak percaya pada kata-kata tuan" "Hui Ci-hong sudah mati gantung diri, aku khawatir ini adalah perintah yang tertulis dalam surat yang diberikan Cu Siau-thian pada dirinya." "Aku rasa tidak mungkin seperti itu" Wie Kie-hong langsung memotong.
"Oh..." Mengapa tidak mungkin?" "Kedua mata tuan besar Hui sudah dicungkil keluar.
Dia tidak mungkin bisa melihat tulisan yang tertulis diatas surat itu.
Kalau dia menyuruh orang yang dipercaya untuk membacakan untuknya, dan diatas surat itu tertulis agar tuan besar Hui mengakhiri hidupnya, orang yang membacakan tidak mungkin akan langsung menyampaikan perintah itu apa adanya." "Betul ! Betul!" Leng Souw-hiang meng-angguk-anggukkan kepalanya.
"Aku memiliki sebuah permintaan" Wie Kie-hong berkata dengan sepenuh hati.
"tapi Tuan tidak harus menyetujuinya." Wie Kie-hong menambahkan.
"Katakanlah" "Aku ingin menyelidiki apa saja yang tertulis diatas ketiga surat rahasia yang lain" "Tidak boleh" Leng Souw-hiang segera memotong dan melarangnya.
"Mengapa tidak boleh?" secara reflek pertanya-an ini meluncur keluar dari mulutnya.
"Alasan yang paling mendasar bagi seseorang yang ingin melindungi dirinya adalah tidak men-campuri urusan orang lain, apalagi sampai mengorek rahasianya.
Semakin banyak kau mengetahui rahasia orang lain, semakin besar bahaya yang akan kau hadapi." Leng Souw-hiang menarik nafasnya sejenak.
"Selain itu aku juga tidak ingin berurusan dengan Cu Siauthian!" "Aku tidak mengerti apa anda ucapkan tadi.
Apakah maksudmu ada sesuatu yang harus ditakuti dari Cu Taiya ?"" "Cu Siau-thian adalah seorang pendekar di kalangan dunia persilatan.
Terlebih lagi dia adalah seorang pendekar yang sudah berpengalaman.
Orang yang seperti ini paling baik tidak kau usik ketenangannya." "Kalau memang begitu apakah pada waktu itu kalian semua perlu...." "Kie-hong ! kau tidak usah mengatakan hal yang sudah berlalu.
Es setebal tiga puluh sentimeter tidak akan terbentuk hanya karena udara dingin dalam waktu semalam saja.
Sekarang ini tidak perlu dibahas lagi" Wie Kie-hong menyadari bahwa membahas tentang masalah ini lebih lanjut pun tidak akan banyak membuahkan hasil.
Karena itu dia mencoba meng-akhiri pembicaraan "Tuan sudah harus beristirahat kembali.
Banyak-banyaklah makan dan menenangkan diri.
cepatlah sembuh.
Inilah satusatunya harapanku." "Tidak ! tidak ! sekarang ini semangatku sudah pulih.
Kita berdua masih bisa berbincang bincang sebentar lagi." Terpaksa Wie Kie-hong kembali duduk ditempatnya semula.
Sekarang dia tidak banyak bertanya.
Leng Souw-hiang sudah memintanya untuk tinggal, tentu saja dia yang harus membuka pembicaraan.
Benar saja, sekarang Leng Souw-hiang sudah memiliki topik pembicaraan yang baru.
"Kie-hong! aku ingin meminta tolong padamu, ada seseorang yang ingin kuketahui keberadaannya.
Bisakah kau membantuku mencari tahu?" "Siapa?" "Orang ini she Ciu.
Aku sudah tidak ingat apa nama yang dipakainya dulu.
Tapi aku dengar belakangan beredar kabar dia berganti nama menjadi Ciu-sam.
Mungkin sekarang dia tinggal di daerah Tian-kao." Semangat Wie Kie-hong kembali, segera dia bertanya: "Apa yang biasanya dilakukan orang ini?" "Dia seorang sipir penjara" "Sipir penjara?" semangat Wie Kie-hong semakin berkobarkobar.
"Dia adalah kepala sipir penjaga penjara besar bernama Thian-ci.
Sebelum Tiat Liong-san dieksekusi, dia sempat dikurung dalam penjaranya..." "Maksud tuan adalah....?" "Orang yang hidup di gunung makan dari hasil gunung, orang yang hidup di air makan dari air.
Sipir penjaga penjara makan dari penjahat yang tinggal disana, sipir penjara bernama Ciu-sam ini dulu bertugas mengawasi Tiat Liong-san.
Aku menebak Tiat Liong-san pasti pernah meminta tolong dirinya untuk melakukan suatu tugas.
Misalkan saja mengantar surat atau pekerjaan lainnya" "Mmm...
kira-kira berapa umur orang ini?" "Sekarang ini seharusnya dia berumur sekitar enam puluh tahun lebih" "Mengapa tuan tiba-tiba teringat tentang dia?" "Berdasarkan apa yang sudah diperbuat Thiat-yan, jelas terlihat kalau dia sangat mengerti situasi ketika Tiat Liong-san dicelakai oleh kita pada waktu itu.
Aku terus berpikir mengenai hal ini.
Yang mengetahui semua kejadian itu dengan jelas hanya Tiat Liong-san sendiri.
Pasti sebelum dia mati, dia sudah mengirimkan sebuah surat keluar." "Mencari Ciu-sam, apakah untuk mem-buktikan masalah ini?" "Benar" "Lalu kalau memang sudah berhasil membuktikan tentang masalah ini, apa untungnya bagi tuan?" "Aku bisa mengerti seseorang" "Siapa?" "Cu Siau-thian!" Leng Souw-hiang berkata dengan lemah lembut tapi katakatanya terdengar penuh tenaga.
"Aku menaruh curiga bahwa dia yang sudah mengkhianati kita semua, semua perbuatan balas dendam yang dilakukan Thiat-yan kemungkinan besar sudah diperintahkan oleh Cu Siau-thian" Pendekar ternama dikalangan persilatan pada dasarnya adalah orang yang paling berbahaya dan paling jahat.
Hanya karena sedikit kata-kata, dia akan turun tangan bertindak.
Meski sudah menjadi seorang saudagar kaya, atau seorang pejabat yang khusus mengatur pemerintahan, tetap saja akan berbuat jahat.
Leng Souw-hiang memiliki buah pemikiran seperti ini, mana mungkin dia tidak memiliki alasan yang jelas" mengapa pada waktu itu Leng Souw-hiang bisa berhubungan dengan orang-orang seperti ini" Kata-kata Leng Souw-hiang tentang "Es setebal tiga puluh centimeter" sudah jelas jelas meng-gambarkan hatinya yang pedih.
Karena itu Wie Kie-hong tidak bisa langsung bertanya padanya saat itu.
Apa yang ada didalam kepalanya hanyalah satu: agar ayah angkatnya bisa melalui hari tuanya dengan tenang.
"Baiklah!" Wie Kie-hong mengangguk-anggukan kepala nya tanda setuju.
"Setelah malam ini berlalu aku akan mengutus seseorang pergi ke Thian-kau mencari Ciu-sam.
Asalkan dia masih hidup, aku psati akan menemu-kannya." Wie Kie-hong lalu pergi keluar kamar.
Walaupun sudah berjanji untuk segera bertindak, dia tidak langsung mengerjakan apa yang sudah direncana kannya.
Dia harus berpikir dulu semua kemungkinan yang akan terjadi.
Kabut tebal menutupi rembulan.
Permukaan bumi kadangkadang terlihat terang kadang kadang menjadi gelap.
Wie Kiehong duduk seorang diri di tengah taman untuk beristirahat.
Tiba-tiba saja dia menyadari ada bayangan seseorang yang berkelebat dari dinding taman melewati dirinya....
Pandangan mata Wie Kie-hong sangat baik.
Dia tahu dia tidak salah lihat.
Dia segera pergi menyelidiki asal-usul bayangan yang berkelebat tersebut.
Setelah menemukannya dia bersiap untuk mengepungnya.
Dia sama sekali tidak mengeluarkan suara.
Dia percaya diri akan bisa menghadapinya.
Pendekar kuat manapun pasti ingin memenangkan pertarungan yang mudah.
Setelah orang itu mendarat di atas tanah, dia tidak segera bersembunyi menghilangkan jejak.
Malah sebaliknya sosok itu berjalan dengan gamblang menuju Wie Kie-hong.
"Wie Kie-hong?" perlahan-lahan Hiong-ki bertanya.
"Tidak salah.
Kau siapa?" "Hiong-ki" "Hiong-ki?" "Kau tidak usah membuang-buang tenaga berpikir.
Kau belum pernah mendengar namaku sebelumnya, namun aku sudah mengetahui tentang dirimu" "Kau datang menemuiku larut malam begini ada urusan apa?" Kata-kata Wie Kie-hong meluncur dengan nada keras, sama sekali tidak berbasa-basi.
"Aku datang berkunjung" "Mengunjungi siapa?" "Tentu saja dirimu" "Mengapa kau tidak masuk lewat pintu utama?" "Urusan ini sangat rahasia, tidak bisa diketahui oleh orang yang ketiga." "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku sedang berada di taman ini?" "Selain dirimu, siapapun tidak mungkin menge tahui gerakgerikku tadi" Wie Kie-hong terdiam.
Kata-kata Hiong-ki tidaklah salah.
Gerak-geriknya sangat lincah dan cepat, tidak sembarang orang yang dapat mengetahuinya.
"Kalau kau ada urusan denganku, kau bisa mengatakannya sekarang" "Bagaimana pandanganmu pada Tu Liong?" Wie Kie-hong menimbang-nimbang perta-nyaan ini sesaat.
Setelah itu dia menjawab, "Dia orang jujur yang tidak memiliki rasa egois.
Pengetahuannya luas, dan dia seorang yang gagah berani.
Ilmu silatnya pun tidak jelek" "Bagaimana perasaanmu terhadap dirinya?" "Kami saling merasa cocok" "Apakah kau selalu berada di sisinya?" "Rasanya hal ini tidak mungkin.
Umurnya sudah dewasa, dan lagi dia jauh lebih kuat dari-padaku.
Hanya dirinya yang dapat mempengaruhi diriku.
Aku sama sekali tidak mempunyai kemam-puan untuk mempengaruhi dirinya." "Kalau kalian memang merasa saling cocok, kau harus peringatkan dirinya" "Peringatkan tentang apa?" "Memperingatkan dia supaya menjauhi Cu Siau-thian" "Tidak mungkin" Wie Kie-hong langsung memotong perdebatan singkat ini.
"Tidak mungkin" kenapa?" "Maksudku, Tu Liong tidak mungkin meninggalkan Cu Siauthian, karena dia sudah berhutang budi padanya yang sudah merawatnya sampai dewasa." "Kau harus memperingatkan dia dengan tulus.
Seorang pria sejati tidak boleh dibutakan semata-mata oleh perasaan hatinya." Kata-kata Hiong-ki terdengar sangat tulus.
Wie Kie-hong merasa simpatik padanya.