"Terhadap seorang pemuda yang patut di-hargai seperti ini, apakah kita masih harus melukainya" Bukankah seharusnya kita menghormati dan membantunya?" "Kalau memang kau ada pemikiran semacam ini, mengapa kau tidak langsung memberitahukan penyebab kematian ayahnya sewaktu ada kesempatan tadi?" "Sekarang ini dia tidak mungkin akan percaya pada katakataku..." "Nona, nanti pun dia tidak mungkin berubah dan percaya padamu" "Paman Boh terlalu cepat membuat kesim-pulan.
Kalau kita bisa membangun kepercayaan didalam hatinya, dia tidak punya alasan..." "Nona, umurmu masih terlalu muda.
Berapa banyak kau mengerti tentang sifat manusia sebenar-nya" Orang yang dari kecilnya tumbuh didalam sebuah sangkar macan, dan setelah besar bisakah seseorang sudah membuatnya sadar bahwa dia adalah seorang manusia dan bukan seekor macan" Namun bagaimana pun juga dia tetap akan membenci orang yang berburu macan.
Wie Kie-hong tumbuh besar di sisi Leng Souw-hiang.
Dia tidak mungkin merubah pandangannya dan tiba-tiba saja menolong dirimu." "Sebenarnya aku tidak butuh bantuannya.
Asalkan dia tidak menghalangi pekerjaanku, sudah cukup, aku berlaku seperti ini, bukannya takut padanya, namun aku tidak ingin dia terluka.
dia pasti akan mengerti maksudku." "Ah...!" Boh Tan-ping menghembuskan nafas panjang.
Setelah itu dia hanya terdiam.
Dia jelas tidak ingin meneruskan perdebatannya.
"Paman Boh, aku sudah menimbang nimbang.
apa akibatnya kalau kita membiarkan dia begitu saja" sekarang ini dia tidak mengetahui apa-apa, kalaupun misalnya dia benarbenar mengerti semuanya, apakah dia akan membuka mulut" Kalau memang itu terjadi, apakah kita masih bisa memberikan surat peringatan untuk membuatnya tutup mulut" Paman Boh, sebenar-nya aku berencana untuk melakukan sesuatu, aku yakin kau pasti akan setuju rencanaku." Boh Tan-ping terdiam dan tampak semakin murung.
Setelah beberapa lama Thiat-yan berkata lagi: "Paman Boh, apakah kau marah padaku?" "Tidak...
aku bukan orang yang semacam itu, tiba-tiba aku sadar, sepertinya urusan ini menjadi semakin rumit saja.
Dan lagi aku merasa kalau kita terlalu cepat bertindak." "Aku sama sekali tidak berpikir seperti itu.
dari sudut pandangku, tujuan kita hanya satu" "Siapa?" "Cu Siau-thian!" "Nona, orang yang sudah mencelakai ayahmu, waktu itu bukanlah dirinya." "Itu adalah kabar yang sudah kita dengar sebelumnya, namun bagaimanakah kenyataannya" Siapa yang benar-benar mengetahui bahwa dia adalah dalang dibalik pembunuhan ayahku.
Paman Boh, aku merasa dia adalah satu satunya target yang kita sekarang, karena diantara kelima orang tersebut, hanya dia yang berasal dari kalangan persilatan.
Dia juga memiliki ilmu silat tinggi.
Dia sangat sulit dihadapi." "Dan masih ada lagi, seorang pemuda tangguh yang melindunginya" "Betul" "Nona, kau sudah membuat kesalahan yang sangatbesar..." "Oh...?" Thiat-yan membelalakkan sepasang matanya.
Walaupun dia selalu keras kepala, dan tidak gampang mengalah, namun menghadapi Boh Tan-ping dia bisa menyabarkan diri dan menaruh kepercayaan besar padanya.
"Nona Yan, kali ini kepergian kita ke kota, apakah untuk melampiaskan kemarahan saja?" "Tentu saja tidak" "Kalau begitu tolong anda beri penjelasan, urusan penting apa lagi yang masih harus kita kerjakan?" "Kita harus tahu kejadian yang sebenarnya.
Apa alasannya, waktu itu ayahku dikeroyok oleh kelima orang tersebut bersama-sama" "Betul.
Itu adalah salah satu tujuan kita datang ke kota.
Oleh karena itu target kita selanjutnya adalah mencari orang yang benar-benar tahu kejadian yang sebenarnya.
Tidak masalah orang ini bisa ilmu silat ataupun tidak." "Mendengar perkataanmu, tampaknya jarang orang tahu kejadian ketika ayahku dikeroyok" "Betul" Boh Tan-ping berkata tanpa ragu-ragu, "aku sudah meluangkan waktu bertahun tahun untuk mencari tahu, diantara mereka semua hanya ada satu orang yang benarbenar tahu kejadian yang sebenarnya" "Siapakah orang ini?" "Aku juga tidak tahu...
aku hanya tahu, kecuali orang itu, tidak ada orang lain lagi yang tahu" Thiat-yan tampak murung dan terdiam.
Dia terus-menerus menatap Boh Tan-ping dengan tatapan curiga dan kaget, dia merasa aneh, mengapa Boh Tan-ping tidak pernah memberitahukan tentang hal ini padanya.
Tapi akhirnya dia tetap tidak mendesak Boh Tan-ping.
Setelah sangat lama, Thiat-yan akhirnya berkata: "Sekarang kita seperti sedang berjalan dalam kabutyang tebal.
Entah kita harus mulai dari mana" "Tan Po-hai" Boh Tan-ping berkata dengan keras.
0-0-0
Tan Po-hai tampak berumur sekitar empat puluh tahun lebih, namun tidak sampai lima puluh tahun.
Kuliy eajah yang berada diantara kedua alisnya sangat lebar, siapapun bisa tahu bahwa dia adalah seorang yang menikmati hidup, kedua kupingnya masih terluka, namun dia tetap bermain alat musiknya.
Lagu yang dimainkannya adalah lagu yang sangat terkenal.
Dia pun sedang memainkan alat musiknya dengan tenang.
Permainan alat musiknya benar-benar tidak jelek.
Petikan senar biolanya sangat bertenaga.
Jari jemari yang menekannekan senar pun bergerak lincah dan sangat cepat.
Lagu yang dibawakannya benar benar sangat enak didengar, orang yang mendengarnya pasti akan tertegun karena kagum.
Namun meskipun demikian, Tu Liong dan Wie Kie-hong sama sekali tidak menikmati lagu yang sedang dibawakan.
Bukan berarti mereka tidak mengerti arti lagu itu, namun karena mereka berdua sedang memikirkan sebuah masalah lain didalam hati masing-masing, walaupun demikian, mereka terus menunggu Tan Po-hai selesai bermain dengan sabar.
"Baiklah!" akhirnya Tan Po-hai selesai memainkan lagu terakhir, lalu memasukkan alat musik kedalam sarung yang dibawanya.
"Paman Tan" Tu Liong bertepuk tangan perlahan, "benarbenar sangat bagus.
Aku tidak sedang menyanjung dirimu, namun permainanmu memang sangat bagus, pantas mendapat predikat nomor satu di kolong langit" "Aku tidak berani menyandang gelar pemain musik nomor satu di kolong langit" kata Tan Po-hai dengan nada datar.
Dia menyimpan alat musiknya dengan baik, setelah itu dia bertanya, "ada urusan apa kalian berdua datang kemari?" Wie Kie-hong berkata: "Kami datang kemari untuk menengok anda" "Menurutku, orang yang tidak memiliki telinga tidak enak dilihat..." "Paman Tan, tampaknya anda tidak merasa dendam." Tu Liong benar-benar mengerti cara mengambil kesempatan.
Dia tidak membuang-buang waktu.
"Merasa dendam?" Tan Po-hai mengangkat bahu dan menunjukkan telapak tangannya, dia lalu berkata "apa yang sudah kita tabur, itu yang harus kita tuai....
Kie-hong, bagaimana kabar Leng Taiya" Apakah dia masih baik baik saja?" "Masih baik-baik.
Umurnya sudah tua, dan baru mendapatkan musibah yang sangat besar.
Namun dia sangat tabah, tidak sedikitpun masalah yang tidak bisa diatasinya, orang tua ini masih bisa bertahan terus" "Hui Ci-hong sudah meninggal, aku benar benar memuji kebesaran hati Leng Taiya setelah mendengar berita ini.
kau berkata seperti ini, hatiku menjadi tenang." "Paman Tan!" Tu Liong berkata dengan nada berat "sepertinya kau juga sudah tahu, kali ini pelakunya belum sampai mendatangi Cu Taiya.
Namun cepat atau lambat dia pasti akan datang, menurut paman dia sudah melukai empat orang, mengapa masih belum turun tangan pada Cu Taiya?" "Aku pikir.....dia pasti sedang menunggu" "Menunggu apa?" "Menunggu kesempatan tentunya.
Cu Taiya adalah seorang pendekar yang mahir ilmu silat, pelakunya tidak berani bertindak gegabah?" "Maksud paman, pelakunya masih takut pada Cu Taiya?" "Tentu saja" "Paman..." Melihat Tan Po-hai menjawab semua pertanyaannya tanpa sedikitpun merasa ragu ragu.
Maka Tu Liong terus mengajukan pertanyaan padanya, "menurut kesimpulanku, pelakunya ingin membalas dendam.
Bagaimana menurut paman?" "Tidak salah" "Kalau begitu, seharusnya kita mencari tahu hutang apa yang telah dibuat sebelumnya...
Pertama-tama kita bicarakan diri paman.
Apakah paman memiliki dendam dengan Tiat Liong-san?" "Tidak ada" "Apakah ada hubungan saling merugikan?" "Tidak ada" "Kalau begitu, apakah pada saat Tiat Liong-san dicelakai, paman ikut ambil bagian?" "Ada" "Kalau begitu aku tidak mengerti.
Kalau memang Tiat Liong-san tidak memiliki dendam ataupun merugikan, mengapa paman mencelakai-nya?" "Tu Liong" kata Tan Po-hai penuh perasaan, "apa tujuanmu menanyakan semua ini?" "Aku ingin melindungi majikanku agar tidak dicelakai.
Karena itu aku harus bertanya dan mengerti keadaan yang sebenarnya terjadi.
Aku berharap semua yang paman ketahui bisa diceritakan pada kami" "Tu Liong, kalau diceritakan juga kau pasti tidak akan percaya, pada waktu itu kami berlima melukai Tiat Liong-san, aku pun tidak tahu mengapa kami melakukannya." "Diantara kalian berempat, sebenarnya siapa yang memiliki permusuhan dengan Tiat Liong-san?" "Tidak tahu" "Oh" Kalau begitu siapa yang mengajukan usul mencelakai Tiat Liong-san?" "Cu Taiya" "Apakah kalian tidak bertanya padanya apa alasannya?" Tan Po-hai kembali mengangkat bahu dan membukakan telapak tangannya, dari raut wajahnya terlihat jelas kalau dia sudah pasrah.
"Tu Liong, sebaiknya kau juga ikut berpikir.
Cu Taiya adalah seorang pendekar yang ternama di kalangan persilatan.
Hui Taiya memiliki banyak kekayaan dan kekuasaan yang tidak kalah besarnya.
Leng Taiya sangat terkenal dikalangan pemerintahan.
Dia memiliki hubungan yang sangat luas.
Oey Souw memiliki banyak prajurit bawahan, mereka semua tidak ragu-ragu membunuh jika diperintahkan, aku bisa bergaul bersama beberapa orang besar ini, karena mereka menyukai sifatku....Tu Liong, ketika mereka berpikir ingin mencelakai seseorang, apakah aku masih bisa bertanya pada mereka apa alasan mereka melakukan itu?" Tu Liong dan Wie Kie-hong saling bertukar pandang, lalu melanjutkan pertanyaannya "Pada waktu itu bagaimana mereka mencelakai Tiat Liong-san?" "Mereka menuduh....mengatakan bahwa dia berkomplot membelot pemerintahan" "Apakah ada bukti?" "Tentu saja ada.
Namun bukti itu dibuat-buat, tidak sebenarnya terjadi." "Apakah paman bisa menceritakan pada kami lebih jelas lagi?" "Surat tuduhannya ditulis oleh Leng Taiya.
Aku dan Hui Taiya adalah saksi.
Oey Souw menyuruh tentaranya pergi menangkap dia.
Hui Ci-hong mengaku melihat dengan mata kepalanya bahwa Tiat Liong-san telah membunuh seorang prajurit pemerintahan.
Aku mengaku pernah mendengar dia didepan umum berpidato ingin menggulingkan pemerintahan....