Melihatnya Tu Liong segera berkata: "Aku tahu kau pasti akan datang.
Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu" Ternyata barang itu adalah sebuah kopor kuning.
Kopor itu sudah terbuka.
Didalamnya kosong.
"Ini....?" Wie Kie-hong tidak menyangka melihat barang itu disini.
"Ini adalah kopor yang akan diberikan oleh Bu Tiat-cui padamu tadi." "Benarkah?" "Untuk apa aku membohongimu" Orang yang sudah merampas kopor dan langsung pergi, dan juga orang yang sudah salah mengenal dirimu, mereka berdua adalah orang yang sudah aku suruh untuk melakukannya." "Barang yang ada didalam kopor itu?" "Kopor itu pada awalnya memang sudah kosong" Tu Liong berkata dengan nada dingin.
Wie Kie-hong tidak memiliki alasan untuk tidak mempercayai Tu Toakonya yang sudah dipujanya selama ini.
Namun dia lebih tidak memiliki alasan untuk tidak mempercayai ayah angkatnya Leng Souw- hiang....
Tu Liong melihat rasa curiganya, maka berkata: "Didalam hati para generasi tua pastilah tersimpan sebuah rahasia yang tidak bisa diberitahukan pada orang lain.
Kita ambil contoh Cu Taiya, dia adalah majikan yang sangat kusanjung.
Namun dari awal dia sudah menjelaskan, kalau aku senang bermain tebak tebakan dan memecahkan misteri, aku boleh terus bermain, namun aku tidak boleh menanya-kan apapun padanya....Kiehong, oleh karena itu tadi aku sudah berkata padamu, bahwa perintah Leng Taiya Souw-hiang yang sudah menyuruhmu untuk mengambil kopor pun kemungkinan adalah sebuah jebakan." Wie Kie-hong hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Dia benar-benar kebingungan.
"Kalau aku tidak merebut kopor ini kedalam tanganku, kau akan bagaimana" Kau pasti sudah naik kereta ke sebelah utara Tai-ouw dan mengerjakan perintah ayah angkatmu dan membuang kopor ini ke laut.
Dengan begitu bagian pemecahan teka-teki dari kopor ini akan hilang selamanya." "Tu Toako, tapi sebelumnya kau melarangku untuk pergi ke stasiun kereta...." "Tujuannya juga tidak jauh berbeda.
Aku bermaksud mengambil kopor ini kedalam tanganku.
Kau tidak mungkin akan mengingkari janjimu pada ayah angkatmu.
Aku sedikitpun tidak meragukan hal ini...." "Tidak, Tu Toako, ini bukanlah hal yang baik untuk dilakukan...." "Kie-hong...
kau benar-benar seorang laki-laki sejati.
Sebagai seorang laki-laki sejati, apakah kau tidak ingin mengetahui duduk perkara yang sebenarnya?" "Tapi...." "Sekarang coba kita lihat dari sudut pandang yang lain.
Kalau misalnya Bu Tiat-cui sudah menukarkan kopor ini dengan yang lain, lalu kau membuang kopor ini begitu saja kelaut dan merasa bahwa kau sudah menyelesaikan tugas, Leng Taiya juga menyangka kalau kau sudah menyelesaikan tugas dan membuatnya merasa tenang sesisa hidupnya.
Namun bagaimana sebenarnya?" Penjelasan yang dikemukakan oleh Tu Liong terdengar sangat keras, namun sangat masuk akal.
Wie Kie-hong kehabisan kata-kata.
Dalam hatinya dia tetap terus mengagumi kemampuan Tu Liong dalam membuat kesimpulan.
Namun bagaimanapun juga dalam hatinya dia merasa khawatir.
"Aku sudah membuat janji dengan tuan besar Tan.
Nanti kita berdua akan pergi mengunjunginya.
Walaupun kedua kupingnya sudah dipotong Thiat-yan, namun itu tidak akan merintanginya untuk bicara." "Apakah yang kau maksud dengan tuan besar Tan adalah Tan Po-hai?" "Betul" "Tu Toako ingin menanyakan apa padanya?" "Masalah yang berkenaan dengan kejadian pada waktu itu dimana lima orang tua turun tangan dan mencelakai Tiat Liong-san.
Untuk satu hal ini, Cu Taiya sudah mengakuinya sendiri dihadapanku.
Namun tetap saja aku merasa urusan ini tidak sederhana seperti yang aku bayangkan.
Kalau sederhana, dimana serunya memecahkan sebuah misteri?" "Kalau kau hanya memikirkan mendapat kesenangan dengan memecahkan sebuah misteri, aku tidak akan melayanimu lagi." "Eh?" Tu Liong sangat kaget mendengar kata-kata ini.
dia menatap Wie Kie-hong.
Didalam benaknya mengatakan, selama ini Wie Kie-hong adalah seorang yang sangat penurut.
"Tu Toako, ini bukanlah sebuah permainan.
Ini adalah urusan yang menyangkut hidup dan mati.
Sekarang ini urusan sudah ada didepan mata.
Sudah dua orang yang mati dan tiga orang yang terluka.
Kalau menuruti omongan Cu Taiya, dia belum dibunuh karena Thiat-yan sedang mencari sebuah barang.
Kalau begitu suatu saat nanti pastilah akan ada orang yang mati atau terluka lagi.
Tu Toako, tanggung jawab yang kita pikul sangat besar." "Kie-hong...." Tu Liong menepuk bahu Wie Kie-hong katanya, "aku benar-benar tidak menyangka kau akan berkata serius seperti itu....tenang saja, aku tidak sedang bermain sebuah permainan.
Setidaknya aku juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi Cu Taiya agar tidak terluka.
Jangan lupa kita berdua sedang berburu.
Yang sedang kita buru bukanlah Thiat-yan atau orang apapun, namun yang kita buru adalah kejadian yang sebenarnya.
Diantara kelima orang tersebut, hanya ada satu orang yang benar-benar mengetahui kejadian sesungguhnya."
0-0-0
Kasih Sayang Thiat-yan duduk menopang wajahnya.
Jelas terlihat dia sedang murung karena sebuah masalah.
Kusir kuda separuh baya berpakaian rapi yang sudah mengantarnya ke kediaman keluarga Leng sedang berdiri didepannya.
Raut mukanya juga sangat tidak enak dilihat, namun yang berbeda adalah bahwa dia terlihat sedikit khawatir.
Kedua orang ini terdiam sangat lama.
Situasi terasa sangat canggung.
"Nona?" pada akhirnya pria separuh baya itu mulai membuka mulut dan memulai percakapan, "apakah kau sedang marah padaku" Apakah kau sedang menyalahkanku karena tadi aku sudah salah bicara?" "Paman Boh..." Thiat-yan terus menopang wajahnya, namun nada suaranya terdengar lemah lembut, "kau lebih tua dariku, mana mungkin aku berani marah padamu" Aku hanya merasa bahwa kau tidak mengerti isi hatiku." "Nona, semenjak ayahmu meninggal, kau selalu memanggilku dengan sebutan paman.
Tentu saja aku harus mengerahkan semua kemampuanku untuk melindungimu dari bahaya apapun.
Sewaktu kau lengah, aku juga akan segera merespon dan menyadarkanmu.
Sekarang kau sedang murung, aku pun harus berkata sesuatu.
Kau tadi sudah melepaskan Wie Kie-hong, itu adalah sebuah tindakan yang gegabah.
Benar-benar tidak masuk akal." "Bukankah tadi aku sudah mengatakan padamu" Paman Bohbenar-benar tidak mengerti isi hatiku" "Nona, saat ini kita berdua berada dekat dengan ibu kota, sama dengan berada di dalam kandang macan.
Kita tidak boleh bertindak gegabah." "Kalau begitu kau sudah salah lebih jauh lagi.
Apakah kau pikir kalau aku punya perasaan istimewa terhadap Wie Kiehong" Tidak mungkin....sama sekali tidak mungkin.
Hatiku sudah lama menjadi dingin....
kalau dinilai dari sifatku, aku tidak mungkin akan langsung jatuh cinta dengan seorang lakilaki pada pandangan pertama.
"Kalau begitu aku tidak tahu ada urusan apa lagi yang membuatmu murung seperti itu" "Mengenai ayah kandung Wie Kie-hong yang bernama Wie Ceng, kau sudah mengetahui keadaannya sangat baik.
Sewaktu ayahnya masih hidup di dunia, kau juga pernah menyebutnya sebagai seorang laki-laki tangguh." "Tidak salah.
Wie Ceng bisa disebut seorang laki-laki tangguh.
Namun dia tidak cukup baik menjadi laki-laki sejati.
Nona, dia adalah laki-laki tangguh yang ceroboh atau laki-laki tangguh yang bodoh" "Paman Boh berkata seperti ini, apakah menurutmu ini adil baginya?" "Nona, aku Boh Tan-ping tidak pernah berurusan ataupun bermusuhan dengan Wie Ceng.
Untuk apa aku menjelekjelekkan dirinya" Orang semacam itu bodoh sekali mau menjadi pesuruh Leng Souw-hiang.
Kalau bukan laki-laki tangguh yang ceroboh atau laki-laki tangguh yang bodoh, julukan apa yang lebih pantas untuk diberikan padanya?" "Aku harus membantah ucapanmu yang terakhir ini.
Wie Ceng berasal dari keluarga perampok.
Dia meninggalkan hidupnya dari merampok dan membunuh orang.
Dia lari ke tempat Leng Taiya dan menjadi seorang pengawal.
Menjadi seorang pengawal yang dipercaya adalah suatu hal yang sangat sulit didapatkan.
Apa yang bisa dilakukannya" Leng Souw-hiang adalah orang kepercayaan raja Su-cen.
Lagi pula diatas kepalanya tidak terukirkan kata "Penjahat".
Rasanya tidak salah kalau dia melayaninya." "Aih, nona, aku sudah tidak mampu memberi nasihat padamu." "Kita tidak sedang berdebat, tapi sedang mencoba meluruskan perkara ini sampai jelas, kalau kau berkata seperti itu, aku tidak berani melanjutkan." "Baiklah!" Boh Tan-ping kembali berusaha berkompromi dengan Thiat-yan.
Dia jelas terlihat sangat menyayangi dirinya.
"Aku mendengarkanmu" "Menurut kabar, kudengar, Leng Souw-hiang sudah beberapa kali mencoba mencarikan jodoh untuk dinikahkan dengan Wie Kie-hong.
Namun dia selalu menolaknya.
Alasannya adalah....sebelum penyebab kematian ayahnya diketahuinya, dia tidak akan pernah menikah dan berkeluarga.
Dari sana dapat terlihat dia adalah seorang anak yang tahu balas budi." "Mmmm, untuk yang satu ini aku setuju dengan pendapat nona." "Pada saat yang sama juga bisa terlihat bahwa didalam hati Wie Kie-hong, dia lebih menghargai ayah kandung yang sudah melahirkannya daripada ayah angkat yang sudah membesarkan dan mendidiknya sampai sekarang." Boh Tan-ping tidak berkata apa-apa.
Seolah-olah dia sangsi kata-katanya.
"Paman Boh, dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, Wie Kie-hong seharusnya menuruti permintaan ayah angkatnya dan segera menikah.
Tapi dia malah menolak permintaan Leng Souw-hiang, karena penolakannya, sedikit banyak pasti akan membuat Leng Souw-hiang tidak senang.
Wie Kie-hong pintar, apakah dia tidak berpikir sampai sejauh ini" rasanya tidak mungkin" "Mmmm..." Boh Tan-ping hanya mengangguk-anggukkan kepala.